Meskipun belom nyampe target gapapa deh up, karena aku sayang kalian wkwk. Tapi kalian aja yang pelit gamau like sama komen :(
Budayakan vote sebelum membaca, biar nanti ngga lupa karena keasyikan baca <3
Jangan lupa follow Instagram :
@tamarabiliskii
@drax_offc
@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan
"ALAN GUE SUKA SAMA LO! VALID NO DEBAT!"
Gadis yang rambutnya dikuncir kuda itu dengan percaya diri berdiri di atas podium. Mengedarkan pandangannya ke seluruh siswa dan siswi Cakrawala yang sedang berbaris di lapangan untuk persiapan mengikuti upacara bendera hari Senin. Sampai pandangan Meisya berhenti di satu cowok yang menatap datar ke arahnya.
Meisya tersenyum lebar. Tidak peduli jika sekarang semua orang menatap aneh ke arahnya atau merasa jijik dengan tingkah Meisya. Yang terpenting, rencana pertamanya berhasil. Meski tidak terbalas. Senyum Meisya terus mengembang. Sebelum akhirnya Meisya diusir oleh pak Surya.
"Heh! Kamu ngapain di sini? Mau jadi pembina upacara?"
Gadis itu malah nyengir tak berdosa. "Bukan pembina upacara, pak. Tapi pembina hatinya Alan hehe..."
Pak Surya geleng-geleng heran melihat tingkah murid barunya ini. "Sudah-sudah! Sana baris di barisan kelas kamu!"
"Siyap pak Jago!"
Tanpa menunggu perintah pak Surya untuk kedua kali, Meisya segera berlari ke barisan kelasnya. Tapi sebelum itu, Meisya sempat mengerlingkan satu mata ke arah Alan. Cowok yang berdiri di barisan paling depan sebelah barisan kelas Meisya itu tampak tidak peduli sama sekali.
"Sya, lo gila ya?" Sarah menatap sahabatnya heran. "Lo ngga malu apa dilihat satu sekolah, nyatain perasaan kaya gitu? Ntar lagi pasti nama lo bakal viral di Cakrawala."
"Aduh Sarah gue itu emang gila. Tergila-gila sama Alan," cengir Meisya menunjukkan deretan gigi putihnya. "Lagian ya Sar, kalo emang bener setelah ini nama gue bakal menyebar ke seantero Cakrawala. Itu bagus dong."
"Bagus gigi lo? Yang ada lo bakal dihujat. Fans nya kak Alan itu bejibun, Sya. Mulai dari adek kelas, kakak kelas, guru-guru sampe yang jual mie ayam di kantin pun suka sama kak Alan."
Meisya menghela napas beratnya. Menatap Sarah dengan kedua tangan yang menepuk-nepuk pundak gadis di depannya itu. "Sar, kalo gue ngga ngelakuin kaya tadi. Gue ngga bakal terlihat sama Alan. Gue bukan murid hits atau apalah itu. Gue ini cuma remahan peyek."
"Jadi, satu-satunya cara buat narik perhatian Alan, ya dengan mempermalukan diri kaya tadi," sambung Meisya santai.
"Lo itu Sya, Sya. Baru juga seminggu pindah ke Cakrawala. Udah buat ulah aja."
"Udah deh, Sar. Tenang aja. Gue bakal buktiin ke lo kalo gue bisa dapetin Alan dengan cara gue ini. Biar kepindahan gue ke Cakrawala ngga sia-sia."
*****
"Sya! Sya! Ituuuu...." panggil Sarah menggoyang-goyangkan lengan Meisya yang sedang menyantap rawon di kantin. Meisya menoleh pada Sarah.
"Kenapa sih, Sar?"
"Ituuuuuu....Syaaaa..."
"Itu-itu mulu, apa sih?!" kesal Meisya. Sarah itu kebiasaan, kalau ngomong selalu menggantung tidak jelas. Itu-itu mulu.
"Itu Sya!" Sarah mengarahkan kepala Meisya ke pintu kantin. Di sana terlihat Alan dan teman-temannya anak Drax berjalan masuk ke dalam kantin.
Drax adalah geng motor yang ada di SMA Cakrawala. Geng motor yang diketuai oleh Gala Arsenio Abraham atau kerap dipanggil Gala. Dengan anggota inti, Alan, Ilham dan Akbar. Selain menjabat sebagai anggota inti, Alan juga menjadi wakil ketua geng. Yang artinya peran Alan di Drax juga tidak kalah besarnya dengan Gala.
Sumpah, demi apapun. Dari cara jalannya yang tegap, tatapan matanya yang dingin, mukanya yang datar. Alan itu terlihat sangat kece, badai, cakep, ganteng, pokonya terlihat paling amazing di antara teman-temannya. Tidak salah kalau fans Alan itu paling banyak dari pada anak Drax yang lain.
"MasyaAllah, terima kasih ya Allah, udah kasih tau Meisya, gambaran ayah dari anak-anak Meisya di masa depan," gumam Meisya dengan mata berbinar yang tak berkedip sama sekali.
"Sar, lihat deh, Sar. Tatapan Alan itu kaya ngajak malam pertama aja, Sar."
Sarah menoyor kepala Meisya kesal. Khayalan Meisya memang sudah sampai ke tahap kronis. Bisa gila kalau dibiarkan terlalu lama. "Malam pertama, malam pertama. Di unboxing beneran baru tau rasa lo," cecar Sarah.
"Rasanya kaya apa ya, Sar? Kalo di unboxing cowok cakep sejenis Alan?" tanya Meisya semakin ngelantur.
Sarah mendengus lelah. "Beneran konslet pala lo, Sya."
Ketika melihat Alan berjalan semakin dekat dan akan melewati mejanya. Meisya menggoyang-goyangkan lengan Sarah heboh. "Astaga, Sar. Jantung gue mau copot anjim."
"Kalo jantung gue copot lo pasangin lagi ya, Sar?!" pinta Meisya tak mengalihkan pandangan matanya dari Alan sedikitpun. Meisya benar-benar tidak rela melewatkan pemandangan mengagumkan yang akan lewat di depannya kali ini.
Sarah berdecak. "Ogah. Kalo jantung lo copot. Pasang aja sendiri."
"Mana sempat, Sar. Gue ngga bakal sempat pasang jantung gue."
"Kenapa?"
"Karena gue sibuk mencintai Alan."
"Basi, Sya," dengus Sarah.
Pyarrrr
"Meisya!!!" kaget Sarah.
"Eh sori, sori," panik Meisya. Gadis itu segera berjongkok untuk memunguti pecahan gelas yang tidak sengaja ia jatuhkan.
"Sakit?" tanya Alan ikut berjongkok. Cowok itu menatap datar ke arah Meisya yang sekarang sedang memegang ujung jarinya. Sepertinya Meisya menahan perih di jari yang terkena pecahan gelas.
Meisya menggeleng. "Engga. Jari gue ngga papa," cengir Meisya. "Sori ya Lan, gue tadi gugup banget pas lo lewat sini. Makanya sampe gue nyenggol gelas ini. Sepatu lo jadi basah deh," jujur Meisya. Entah bodoh atau tidak tahu malu yang jelas Meisya tidak takut untuk mengakui hal yang ia rasakan saat ini. Kalau dirinya memang benar-benar gugup saat Alan akan melewati mejanya.
Dilewati aja gugup. Gimana mau diunboxing, Sya.
"Ciyeeee..."
"Uhuyyyyyy....abang Alan."
"Ciye Alan normal ciye..."
Tidak menjawab Meisya apalagi meladeni ledekan dari teman-temannya. Alan langsung membersihkan pecahan gelas di lantai dan membuangnya ke tempat sampah.
"Lan sori ya, sepatu lo jadi basah," ujar Meisya setelah Alan kembali ke hadapannya.
"Cuma sepatu," jawab Alan singkat.
"Yakin cuma sepatu yang basah?"
Pertanyaan ambigu dari Ilham itu berhasil membuat Alan menatap Ilham horor.
"Anjir, jangan salah paham napa. Maksud gue cuma sepatunya aja yang basah? Kaos kakinya engga? Gitu loh, elah. Horor amat mas natap nya, kaya mak-mak rentenir."
"Lan, gue beneran ngga sengaja. Maaf yaaaa...."
Meisya merasa tidak enak pada Alan. Tadi Meisya benar-benar tidak sengaja menjatuhkan gelas itu. Meisya sama sekali tidak berniat untuk mencari perhatian Alan. Tapi sepertinya semesta memang sedang berpihak padanya. Jadi, Meisya tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Meisya harus bisa memanfaatkannya dengan sebaik mungkin.
Semangat Meisya!
Menatap Meisya. Alan menggerakan dagunya ke depan. "Jari lo?"
"Jari gue ngga papa kok, Lan."
Meisya tersenyum manis. Ada sedikit rasa perih di jarinya yang terkena pecahan gelas. Namun itu urusan nanti. Untuk sekarang urusan hati lebih prioritas. Apalagi melihat Alan yang perhatian begini. Meisya kan jadi makin cinta. Eh!
"Jari gue emang ngga papa, Lan. Tapi...." Meisya sengaja menggantungkan kalimatnya. Matanya menyorot Alan. Sibuk meneliti setiap inchi permukaan wajah Alan yang terpahat begitu sempurna.
Duh, nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dusta kan, Sya.
Alan mengerutkan dahi, penasaran. "Tapi apa?"
"Lan..."
"Hm?"
"Jari gue emang ngga kenapa-napa. Tapi hati gue, Lan."
Alan mengernyit bingung.
Menghela napas. Meisya memberanikan diri untuk berbicara jujur. "Hati gue kenapa-napa gara-gara tatapan lo, anjirrr!!!!"
Setelah mengatakan itu, tahu apa yang Meisya lakukan? Ya, gadis itu hanya nyengir tanpa dosa lalu kembali duduk di kursinya. Sementara Alan, jangan ditanya lagi. Kulkas berjalan itu sudah pasti hanya berekspresi datar. Tidak menunjukkan reaksi apa-apa. Berbeda dengan seisi kantin yang heboh.
Tepat di hari senin ini. Di hari ke tujuh Meisya bersekolah di SMA Cakrawala. Seisi Cakrawala mengetahui bahwa seorang Meisya Nata Wijaya menyukai salah satu most wanted di sekolah ini. Alan Aileen. Cowok super dingin dengan sejuta rahasianya.
*****
"MAMIIIIII I'AM COMINGGGGG....!!!"
"MAMIIIIIIII....."
Seorang wanita paruh baya dengan gaun hitam di atas lutut berjalan menuruni anak tangga. Wanita itu berdecak sebal. "Ya ampun Sya, kenapa sih harus teriak-teriak?"
Meisya menghampiri maminya. Memeluknya erat lalu berujar, "Kalo bisa teriak kenapa harus pelan-pelan, mi?"
Meca, mami Meisya menggeleng heran. Putri bungsunya ini memang tidak bisa diajak serius. Bagaimanapun situasinya, pecicilan solusinya. Begitu prinsip hidup seorang Meisya.
"Mami mau ke kantor papi, sana ganti baju dulu habis itu makan."
"Makan apa?"
"Ya kamu pengen makan apa Sya, nanti biar bibi yang siapin."
"Meisya ngga pengen makan apa-apa, mi. Sekarang Meisya cuma pengen nikah," enteng Meisya. Nada bicaranya terdengar seperti tanpa beban.
Meca menyentil dahi Meisya pelan. "Kamu ini selalu bercanda. Kapan sih bisa serius? Ngga pecicilan terus."
"Meisya bisa serius kalo sama Alan doang, mi."
Meca membekap mulutnya tidak percaya. "Jadi kamu suka sama Alan? Alan penjual sayur yang bencong itu? Yang kalo malem namanya berubah jadi Alin?"
Meisya menghentakkan kaki kesal. Ya kali dirinya suka dengan tukang sayur yang setiap pagi lewat di komplek rumahnya. Terus kalau malam mangkal di lampu merah dengan nama Alin. "Bukan itu miiii.....Alan yang Meisya maksud itu Alan kakak kelas Meisya. Dia ganteng bangeettt...Sumpah ngga boong."
"Yang pernah nolongin Meisya waktu Meisya hampir dirampok sama mang Onang," tambah Meisya. Gadis itu mencoba membuat maminya ingat mengenai kejadian beberapa hari yang lalu sebelum Meisya pindah ke SMA Cakrawala.
"Oh itu," Meca mengangguk paham. "Ah, palingan juga biasa aja mukanya. Mami ngga percaya kalo dia ganteng. Mami tuh ragu sama selera kamu. Paling juga masih gantengan papi kamu."
"Mami ih," Meisya mencebikkan bibir bawahnya kesal. "Sana gih mami pergi. Meisya kesel sama mami," usir Meisya.
Menatap Meisya yang berjalan menaiki anak tangga menuju kamar. Meca menggeleng heran. "Dasar anak perawan jaman sekarang, ngambekan. Pantes kalo perjaka sekarang lebih suka janda."
*****
"Alaaannnnn....i love you sekebon!!!!"
Meisya yang baru saja selesai mengerjakan PR matematika. Membaringkan tubuhnya di atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar yang ia tempeli dengan hiasan bintang menyala. Sejenis hiasan yang bisa menyala jika kamarnya gelap.
Meisya sangat menyukai bintang. Baginya bintang itu spesial. Meski pun kecil dan hanya terlihat di malam hari. Namun bintang tetap bersinar tanpa rasa minder pada bulan yang sinarnya jauh lebih terang.
"Gue bisa ngga ya jadi pacar Alan?" monolog Meisya. "Gue kan kentang. Sedangkan Alan most wanted Cakrawala."
"Lemah banget sih hati gue. Baru ditolongin gitu doang langsung jatuh hati sama dia. Aduuuhhhh...gue ngga kuat Lannnn...." Meisya menutup wajahnya dengan bantal. Entah kenapa, setiap ia mengingat tentang Alan senyumnya otomatis langsung mengembang. Seperti ada sesuatu yang tiba-tiba menggelitiki perutnya. Membuat Mesiya geli sendiri.
"Aaaaaaa....Alaaannnn...lo kenapa cakep banget sih anjir," gerutu Meisya. "Nyusahin hati gue aja."
*****
Gimana, gemes ngga sama Alan Meisya?
Spam komen yang banyak untuk part selanjutnya!!!!
Jangan lupa follow Instagram :
@tamarabiliskii
@drax_offc
@alan.aileen
@meisyanata_
@galaarsenio
@ilhamgumilar1
@akbar_azzaidan