Pagii guys.
Jangan lupa vote comment and share nya.
Sayang kalian banyak-banyak 💕💕
Part ini buat seneng seneng aja. Konfliknya ntaran.
Happy reading!
🍁🍁🍁
Apartemen Alivia begitu ramai, ada Alga berserta gengnya, Alan, Alivia dan Karina. Malam ini, Alga mengajak kelima temannya untuk belajar sekaligus bermain di apartemen Alivia.
Karina datang membawa minuman dan cemilan di nampan, lalu meletakkannya di atas meja dan ia duduk disebelah Bara.
"Ini pada mau belajar atau numpang WiFi?" tanya Alan dengan nada menyindir.
Pasalnya, Reygan, Bastian, Gunawan dan Dipta tengah asyik bermain ponsel sendiri. Alan yakin jika ponsel mereka sudah tersambung dengan WiFi yang ada di apartemen Alivia. Karena tadi mereka sempat meminta sandi WiFi.
Mereka berempat menyengir, langsung menyimpan ponsel daripada nanti tidak bisa menggunakan WiFi gratis lagi mereka memilih untuk mengambil buku di tas yang mereka bawa lalu membukanya. Dan melakukan hal yang biasanya dilakukan oleh seseorang yang tengah belajar.
"Bas, ambilin minum dong." pinta Reygan karena jaraknya dengan tempat minuman berada cukup jauh.
Bastian berdecak tapi ia tetap mengambilkan minum untuk Reygan. "Makasih, Babas." ujar Reygan setelah menerima minuman itu.
"Bas, gue juga." sahut Dipta menyodorkan tangan.
"Ambil sendiri aja, emang gue pembantu!" decak Bastian.
"Elah, kek bocah lo Bas." sinis Reygan.
"Udah untung ya gue ambilin!" balas Bastian lalu menyerahkan minuman yang tadi ia ambil pada Dipta.
"Gitu dong Bas, lo kan besplen gue."
"Best friend Dip, bukan besplen!" ralat Reygan.
"Serah gue dong, mulut-mulut gue!" sungut Dipta.
"Gimana mau kuliah di luar kalau bahasa Inggris lo masih kayak gitu," cerca Reygan.
"Gue kan masih belajar, pasti nanti bisa kok."
"Heh, dua bocah mending diem deh. Kalau dah gelut susah banget diemnya." sahut Bastian.
"Tau ini, ntar nangis kita yang repot." tambah Gunawan.
"Enak aja, gue nggak nangisan kayak Rey!" elak Dipta.
"Makanya lo jangan cari masalah sama bocah! Nangis gue nggak tanggung!" balas Bastian.
Sedangkan Rey yang menjadi bahan perbincangan hanya diam tak membalas. Kan lumayan dosanya berkurang.
"Haduh, kuping gue panas di sini." Alan bersuara membuat mereka beralih menatap Alan, termasuk Alga, Alivia, Kinara dan Bara yang asyik belajar.
"Kenapa, bang?" tanya Dipta heran.
"Gue adem-adem aja kok, bang." tambah Bastian.
"Pasti kuping bang Alan ada setannya, harus di ruqyah nih." timpal Reygan ngawur.
"Mana ada setan di kuping, goblok!" umpat Bastian.
"Katanya setan ada dimana-mana, di kuping juga, kan?" ujar Reygan membuat mereka menggeram.
"Nyesel gue ajak kalian." gumam Alga.
"Ga, jangan gitu. Kalau nggak ada kita nggak rame tau!" balas Reygan.
"Iyain aja deh," sahut Alan malas.
Reygan mengambil ponselnya, keningnya mengerut. Lalu menatap tiga sekawan yang duduk berurutan. "Ini WiFi nya rusak ya?" tanya Rey.
Kening mereka mengerut. "Enggak kok, punya gue masih tersambung." sahut Dipta setelah mengecek ponselnya.
"Tapi punya gue kok nggak bisa buat Internetan!" pekik Rey panik.
"Coba gue liat." Bara mengambil alih ponsel milik Rey.
Begitu paham permasalahannya, Bara mendengus. "Gimana bisa tersambung, WiFi di hp lo belum dinyalain." jelas Bara lalu mengembalikan ponsel Rey.
"Anying Rey!" umpat Bastian frustasi punya teman seperti Rey. Rey memang jika di luar seperti lelaki pada umumnya tapi jika sudah bersama mereka, cowok itu akan, ya seperti sekarang.
Rey menyengir. "Gue lupa," cengir Rey.
"Nama aja yang bagus, tapi sikapnya? Haduhhh," cerca Dipta lirih.
"Woy, gue kasih tau jawaban nomer 1 dong." pinta Rey setengah berteriak. Cowok itu menggaruk tengkuknya ketika melihat soal-soal di bukunya.
"Lah? Dari tadi lo ngerjain apa emang?" tanya Bastian.
Rey menoleh lalu menyengir. "Gue nggak paham, ya nggak gue kerjain dong! Salah gurunya ngasih soal yang nggak gue paham!"
"Makanya belajar." sahut Gunawan.
"Gimana mau belajar kalau gurunya aja jelasinnya kayak gitu. Nggak sesuai yang gue harapkan."
"Banyak maunya lo!" cibir Dipta.
"Bodo amat! Orang kaya mah bebas, tapi lebih sultanan Alga sih."
"Kayak ada suara ketukan pintu, tapi nggak ada orangnya." cerca Dipta.
"Coba lo liat Rey, siapa tau Om Adi yang datang." suruh Bastian pada Rey.
Rey mendengus. "Lily aja, dia kan tuan rumah." balas Rey spontan.
Bastian dan Dipta langsung menonyor kepala Rey. Alga dan Alan menatap Rey tajam serta Alivia dan Bara yang menatap Rey datar.
"Ampun bang jago." Rey menempelkan dua telapak tangannya lalu ia angkat di atas kepala.
"Udah sana!" suruh Bastian lagi bahkan cowok itu mendorong Rey hingga cowok itu mau berdiri.
Rey mengangguk cepat, berdiri dan mendekati pintu apartemen. Mengintip orang yang datang. Rey membulatkan matanya ketika tau siapa yang datang. Cowok itu langsung berlari menuju temannya tadi.
"Gawat! Gawat! Gawat darurat!" pekik Rey berteriak dan dengan wajah paniknya.p
Mereka langsung menutup telinga karena suara Rey yang bisa saja merusak gendang telinga.
"Gawat apaan?! Kalau ngomong jangan setengah-setengah bisa?" ujar Bastian berdecak.
"Otaknya udah setengah," sahut Gunawan enteng membuat mereka menahan tawa sedangkan Rey mendengus.
"Ada Om Adi?" tebak Gunawan. Rey menggeleng.
"Bukan, ini lebih bahaya dari dia!"
"Kenapa?" tanya Alga, merasa hal yang akan disampaikan Rey penting.
"Pokoknya ini tuh bahaya darurat! Eh, nggak ada bahaya darurat ding, adanya buaya darat."
"Rey! Jangan buat gue tambah bingung deh." cerca Dipta.
"Ada Zidan di depan."
Sontak mereka melotot.
"Jangan ngadi-ngadi lo!" balas Bastian.
Rey menggeleng cepat. "Nggak! Gue orangnya jujur nggak pernah bohong!"
"Sembunyi-sembunyi!" perintah Alan dan langsung membuat mereka berlari ke sana kemari tidak jelas. Sedangkan Karina membersihkan barang-barang mereka yang masih ada di ruang tamu.
"REY, LO NGUMPET DIBAWAH MEJA KETAUAN, GOBLOK!"
"HEI, JANGAN DIKAMAR GUE DONG!"
"GUE NGUMPET DIMANA?"
"DI KOLONG JEMBATAN SANA!"
"JAHAT BENER."
"REY, KALAU LO NGUMPET DI KAMAR ALIVIA, GUE GOROK LEHER LO!"
"AMPUN BANG ALAN. NGGAK LAGI."
"AMPUN DAH, INI KAMAR MANDI BAU BENER! BABAS, LO TADI BUANG AIR BELUM DISIRAM YA?"
"CEPETAN! LAMA BENER CUMA NGUMPET DOANG!"
"YA ELAH BANG, PROTES AJA LO."
"BERANI SAMA GUE?"
"ENGGAK."
"NGUMPET AJA DI KAMAR YANG KOSONG ITU."
"SEREM BENER BANG, PAKE KAMAR KOSONG SEGALA. KALAU KEGANTENGAN GUE DIAMBIL PENJAGA KAMAR KAN BERABE."
"SEWOT AJA DEH LO, BAMBANG!"
"NAMA GUE REY, BUKAN BAMBANG, BAS!"
"UDAH SONO CEPETAN!"
BRAK.
"KENAPA LAGI?"
"INI NIH, SI BOCAH BERHENTI NGGAK BILANG-BILANG. NABRAK SEMUA KAN KITA."
"NABRAK APA?"
"PINTU BANG!"
Tak lagi mendengar suara teriakan, Alivia menatap kedua kakaknya. "Kalian nggak ikut ngumpet?" tanya Alivia pada kedua kakaknya yang masih diam ditempat.
"Ini mau." Alan dan Alga lalu menyusul Rey dan lainnya.
"WOY, PINTUNYA DIBUKA DONG! GUE MAU MASUK NIH, MALAH DIKUNCI! SIALAN KALIAN!"
"BUKA-BUKA, BANG JAGO SAMA GAGA MAU MASUK!"
"MINGGIR, LO YANG NGALANGIN PINTU, ANYING!"
Alivia memijit pelipisnya, beruntung unit apartemennya kedap suara. Sehingga suara teriakan mereka tidak terdengar sampai luar. Alivia melupakan sesuatu, ia hampir saja lupa jika Zidan masih ada di luar menunggunya membuka pintu.
"Lama banget bukanya, sampai gue jamuran di sini." cerca Zidan begitu Alivia menunjukan dirinya.
"Sibuk."
"Ada Karina di dalam?" Alivia mengangguk.
"Gue boleh masuk?" tanya Zidan, setidaknya ia dan Alivia tidak akan berduaan dalam satu unit apartemen. Bisa khilaf ia nanti.
Alivia berpikir sebentar lalu mengangguk. Gadis itu masuk lebih dulu lalu diikuti Zidan.
Zidan mengedarkan pandangannya, lalu duduk di sofa. Begitupun dengan Alivia. Mereka duduk tidak berdekatan karena ada jarak yang memisahkan.
"Ada yang baru dateng?" tanya Zidan melihat masih ada sisa minuman di nampan.
"Iya," jawab Alivia seadanya.
"Siapa?"
"Kakak gue sama temennya." jujur Alivia.
"Kakak lo laki-laki?" Alivia mengangguk.
"Udah pulang?"
Alivia berpikir sejenak, bingung harus jujur atau berbohong. "Belum."
"Mereka dimana? Gue pengen ketemu."
"Kamar,"
Zidan melotot. "Kamar?" beo Zidan.
"Nggak usah mikir aneh-aneh." sahut Karina yang baru saja datang, gadis itu mengambil nampan tadi lalu menatap Zidan. "Mau minum apa?"
"Air putih aja." Karina mengangguk lalu meninggalkan kedua sejoli itu.
"ANYING! TANGAN LO BAU PETE!"
Alivia memijit pelipisnya, siapa lagi kalau bukan suara abangke Rey. Alivia menunduk, Rey memang bisanya membuat Alivia malu.
"Itu siapa? Kayak kenal deh." ujar Zidan, otaknya terus berputar mencari jawaban.
"Ah—"
BRAK.
"BOCAH! ITU LEMARI NGAPAIN LO TENDANG SAMPAI RUSAK GITU? LO MAU GANTI?!"
"AMPUN BANG JAGO. TENANG GUE ORANG KAYA KOK."
"DIAM!"
"Rame ya rumah lo." ujar Zidan meringis.
Alivia tersenyum kikuk. "Iya, itu suara temen-temen abang gue."
"Lo perempuan sen—"
"HAHAHA, NGAKAK GUE LIAT MUKA GAGA WAKTU KECIL."
"BUNUH AJA, PUSING GUE."
"HEH! KALIAN NGAPAIN? JANGAN MENDEKAT! JANGAN! AAAA, NANTI HAMBA SUDAH TIDAK SUCI LAGI! BANGKE—"
Alivia memejamkan mata sejenak dan menghela napas mencoba untuk sabar dan tenang, Karina datang meletakkan minuman di meja lalu duduk disebelah Alivia.
"Mending lo pulang, udah malam." ujar Karina.
"Tapi gue—"
"Kalau ada yang mau dibicarain mending besok, Alivia mau quality time sama kakaknya." jelas Karina.
"Ya udah gue pulang duluan." Alivia dan Karina mengangguk, lantas mereka mengantar Zidan sampai depan pintu.
Setelah itu, mereka menghampiri para cowok. Saat pintu terbuka, Alivia dan Karina dibuat takjub dan terkejut dengan keadaan Rey yang, ah susah dijelaskan.
Mulut yang dilakban, kedua kaki dan tangan yang terikat. Serta wajah cowok itu yang penuh dengan coretan. Rey juga berbaring di ranjang.
"Gimana udah balik?" tanya Bara dan kedua gadis itu mengangguk.
"Gimana hasil jerih payah kita?" tanya Bastian menaikkan sebelah alisnya.
Alivia dan Karina menatap Rey, cowok itu terus memberontak tapi Bastian dan Dipta menahan cowok itu untuk diam di tempat. Sedangkan Alga, Alan dan Bara duduk santai di sofa. Mereka terlalu malas untuk ikut bergabung dengan lainnya.
Rey terus berbicara meski suaranya tidak terdengar karena mulutnya tertutup.
"Lepasin." ujar Alivia membuat mereka langsung melepaskan lakban dan tali pada Rey.
Setelah lakban terbuka, mereka langsung menutup telinga rapat-rapat. Bahkan ada yang langsung keluar dari kamar.
"BANGKE! PUNYA TEMEN GAK ADA AKHLAK SEMUA!"
•••••
Gimana part ini?
MASIH MAU LANJUT????
IG : DSULISTY_12
3 NOVEMBER 2020 // 29 Maret 2022