How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya ✨✨
6666666
Sebuah tepukan kecil di bahu membangunkan Jihoon dari tidur nya. Kepala nya cukup sakit, dia ingat, dia pingsan setelah Jeongin berkata darah nya akan habis jika luka nya di biarkan begitu saja. Mata Jihoon mendapati Erina yang menghamburkan pelukan nya ke Jihoon sambil menangis.
Dia berada didalam ruangan, seperti ruang rawat rumah sakit pada umum nya tapi konsep disini lebih klasik.
"Hoon, mereka berdua udah enggak ada."lirih Erina.
Mereka berdua?
Seketika dunia Jihoon hancur, kedua orang yang dimaksud Erina merupakan salah satu orang yang paling penting didalam hidup nya. Mereka berempat-Erina, Jihoon, Yoonbin, dan Eden-sudah berteman sejak umur sepuluh tahun. Dan sekarang, Jihoon harus merelakan dua diantara mereka berempat mati dengan cara yang jauh dari kata layak.
"Ed-Eden, bunuh diri, tiga hari setelah Yoonbin meninggal."
"aku udah pingsan berapa hari?"tanya Jihoon.
"seminggu, Jeongin bilang, keadaan kamu belum sehat tapi kamu malah ngelawan vampire vampire itu pake kekuatan kamu."jawab Erina.
Erina mengusap air mata nya lalu dia tersenyum, Jihoon tahu jika Erina sedang memaksakan senyum nya. Tangan Erina memegang tangan Jihoon, dia memberikan Jihoon secarik kertas.
"aku keluar sebentar, kamu butuh waktu sendiri buat baca surat ini. Oh iya, ada yang mau ketemu sama kamu, nanti."
Setelah mengusap rambut Jihoon, Erina segera beranjak dari sisi kasur Jihoon dan pergi keluar melewati pintu. Sekarang fokus Jihoon hanya kepada surat yang Erina berikan. Perlahan tangan Jihoon membuka surat tersebut dan membaca isi dari surat.
'so, eum hai!
Aneh banget ya,
Hoon, rin, lu berdua sahabat gua.
Gua bangga bisa jadi sahabat lu berdua selama bertahun tahun. Langgeng terus ya, awas aja sampai putus. Gua sama Yoonbin marah.
Hidup jadi vampire tanpa ada Yoonbin disisi gua susah banget rin, Hoon. Gua jadi enggak bisa ngontrol emosi gua. Maaf ya, kalau mereka malah nemuin tubuh gua yang udah enggak bernyawa.
Gua ngelakuin ini karena gua takut ngelukain manusia.
But, jangan pikirin gua. Life must go on! Walaupun gua sama Yoonbin enggak bisa ada disamping kalian lagi, kalian harus tetep bahagia sama hidup kalian, oke?'
Diam diam Jihoon terkekeh melihat tulisan Eden. Sungguh, jika Jihoon tidak sedang berada dalam keadaan seperti ini. Jihoon akan berkata Eden alay. Tapi sayang nya, Jihoon malah mengharapkan Eden terus menulis seperti ini dibandingkan Eden harus pergi bersama Yoonbin keatas sana.
Ceklek...
Pintu kamar rawat Jihoon terbuka, terlihat Yedam berjalan masuk dengan kedua lengan nya yang di perban. Dia tidak berani mendongkan kepala nya lalu duduk di kursi yang disediakan di samping kasur Jihoon.
"tangan lu kenapa?"tanya Jihoon.
"luka bakar, karena kejadian kemarin. Kekuatan gua keterlaluan besar."jawab Yedam.
"sakit?"tanya Jihoon.
"enggak, lebih sakit liat temen temen terluka."jawab Yedam.
Terdengar helaan nafas dari Jihoon. Ingatan yang Jihoon impikan terhapus dalam memori otak nya kembali terulang. Walaupun tidak tahu dengan jelas, tapi tetap saja. Kejadian tersebut terlampau menyeramkan.
Lalu terlihat Yedam memberikan sebuah amplop berwarna hitam di nakas samping kasur Jihoon.
"apaan itu?"tanya Jihoon.
"buka aja,"jawab Yedam.
Hal yang tidak terduga lain nya adalah Jeongwoo datang sambil makan roti. Dia duduk sisi kasur Jihoon. Terlihat perban di kepala Jeongwoo, ah luka Jeongwoo juga belum sembuh sepenuhnya.
"awas roti nya berantakan."kata Yedam.
"santai elah, ini gua makan nya hati hati."balas Jeongwoo.
"Haruto mana?"tanya Jihoon.
"di kerajaan nya."jawab Yedam.
Jeongwoo memberhentikan aksi makan nya yang membuat Yedam dan Jihoon sama sama menatap Jeongwoo.
"sehari setelah kejadian itu, Haruto enggak bisa ngendaliin kekuatan nya. Sekarang dia udah bisa ngendaliin, tapi katanya Livia, Haruto enggak pernah tidur karena dia takut."ujar Jeongwoo.
"takut kenapa?"tanya Jihoon.
"Haruto selalu dapet mimpi buruk, dia terpuruk banget Bang Yoonbin meninggal."
Ketiga nya terdiam, tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi. Haruto mungkin salah satu yang memlikik efek paling parah karena dia telah kehilangan sosok yang menjadi panutan nya. Jeongwoo benar, saat awal awal mereka di selamatkan, Haruto selalu hilang kendali. Hampir semua penjaga di lukai oleh Haruto, beruntung ada Livia yang dapat selalu menenangkan Haruto.
Ketika Haruto sudah dapat mengendalikan diri nya, Haruto jadi lebih sering merenung yang berakhir dengan tangisan. Ditambah Haruto terlalu takut untuk tidur, karena saat Haruto tidur. Semua kenangan tentang dirinya terputar menghantui Haruto.
"buka apa bang surat nya."kata Jeongwoo tiba tiba.
Tangan Jihoon terulur mengambil amplop berwarna hitam. Dia segera membuka amplop tersebut dan mengambil kertas yang ada didalam nya. Betapa terkejut nya Jihoon saat membaca isi surat tersebut.
"enggak usah bohong,"lirih Jihoon.
"kita enggak bohong."balas Yedam.
"betul."tambah Jeongwoo.
"tapi gimana bisa? Bukannya dia--"
"lu pikir Raja Raja bakalan diem aja anak nya mati? Ini dunia Immortal cui, apapun bisa di lakuin buat balikin kehidupan seseorang."
Bukan Jeongwoo maupun Yedam yang menjawab, melainkan Jaehyuk yang datang bersama Doyoung. Dia tersenyum kecil menatap Jihoon.
"BANG DOYOUNG! ROTI GUA!"protes Jeongwoo.
"laper woo, sorry."kata Doyoung.
Kertas yang Jihoon baca adalah surat undangan penobatan Raja Demon baru yang tidak lain tidak bukan adalah Hyunsuk. Iya, jelas jelas Jihoon membaca nama Choi Hyunsuk yang tertera di kertas tersebut sebagai calon raja Demon.
"yang lain mana?"tanya Jihoon.
"Pangeran nya pada sibuk di kerajaan masing masing, selain Hyunsuk. Ada yang dikit lagi bakalan jadi Raja, bang Yoshi."jawab Doyoung.
"Mashiho?"tanya Jihoon.
Keempat yang berada disekitar Jihoon seketika menutup mulut nya. Mereka berempat memainkan permainan mata. Bisa dikatakan tidak ada yang ingin menjawab pertanyaan Jihoon. Akhirnya Jaehyuk mengalah, sebagai yang paling tua diantara Yedam, Doyoung, dan Jeongwoo. Jaehyuk yang akan menjawab pertanyaan Jihoon.
"Junkyu ngelukain diri nya sendiri terus setelah dia di bangkitin pake nyawa nya Hwall, dia ngerasa semuanya salah dia. Mashiho disana buat nemenin Junkyu, takut takut Junkyu ngelakuin percobaan bunuh diri lagi. Bukan cuma Mashiho, ada Jeongin sama Hwall yang jagain Junkyu."
"tapi! Tapi gua dapet kabar dari Bang Mashi, kalau Bang Junkyu udah mulai baikan setelah Hyunsuk dateng ngajak Junkyu bicara berdua dan mohon ke Junkyu untuk enggak ngerasa bersalah. Terus juga, kan Bang Hyunsuk mau jadi raja tuh, sekalian aja dijadiin akal akalan biar Junkyu mau hidup lebih baik lagi."tambah Doyoung.
"kalau lu tau lebih banyak, mending lu aja yang jawab!"kata Jaehyuk.
"terserah gua dong! Ngapa elu jadi sewot?"
"ayo ribut, gua udah punya hp baru."ujar Jeongwoo sambil mempersiapkan smartphone nya.
Yedam bagian tertawa melihat Jaehyuk sudah menggulung lengan baju nya persiapan untuk melawan Doyoung.
"Yoonbin?"tanya Jihoon penuh harap.
Lagi dan lagi, suasana kembali hening. Senyum keempat lelaki tersebut menghilang digantikan oleh wajah sendu.
"ada beberapa hal yang enggak bisa di bangkitin dari kematian bang. Contoh nya, jantung vampire yang rusak karena benda perak. Kaya Bang Yoonbin."jawab Yedam.
Seharusnya Jihoon sadar, Yoonbin kembali dihadapan nya dan berkata seakan dia sedang mengajak Jihoon ribut adalah hal yang mustahil. Tapi entah kenapa, Jihoon selalu berharap terhadap hal mustahil itu.
"Jangan terlalu terpuruk karena kematian seseorang, kita enggak tau orang itu bakalan sedih atau marah kalau kita ngelukain diri sendiri karena kepergian dia. Bang Yoonbin pasti pengen nya kita hidup bahagia lagi. Ada atau tanpa dia."kata Yedam.
Tbc.
Eum guys, jangan lupa mampir ke cerita sebelah ya.