Saat memasuki salah satu pusat perbelanjaan terbesar di jakarta.
Arsen dan Rere berjalan memutari Mall
"Sen" panggil seseorang pada Arsen.
"Wih siapa nih" ucapnya lagi
"Gandengan baru" jawab Arsen sambil menautkan jarinya pada Rere.
Sedangkan Rere yang mendengar jawaban random dari Arsen pada temannya itu hanya bisa diam terpaku.
"Yaudah gue duluan ya" ucap temannya lagi, lalu Arsen melepaskan tautan jarinya.
"Sorry Re"
"Ehehe its okey bang. Bang Agaf juga sering gitu ke gue" jawab Rere kikuk.
"Btw abang mau beliin kado untuk siapa?" Tanya Rere untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Untuk adeknya calon cewek gue" jawab Arsen,
"Nggak papa Re, baru calon cewek. Masih bisa di tikung, jangankan calon cewek, meskipun bang Arsen bilang calon istri juga masih bisa lo tikung" batin Rere menyemangati, sambil tersenyum jahat mengikuti salah satu scane plakor di drakor yang akhir-akhir ini dia tonton.
Setelah memilih kado, Arsen mengajak Rere untuk makan siang bareng di kafe sebagai tanda terimakasihnya karna Rere telah menemaninya.
"Habis ini mau jalan nggak?" Tawar Arsen pada Rere.
"Boleh tu bang keliling-keliling gitu" jawab Rere antusias dan di setujui oleh Arsen. Mereka pun jalan-jalan keliling kota hingga menjelang Magrib.
"Oh iya Re, lo pernah pacaran?" Tanya Arsen saat mereka tengah berada dijalan menuju rumah.
"Pernah bang"
"Sama orang sana?" Tanya arsen lagi, yang dijawab anggukan oleh Rere.
Lalu suasana menjadi hening hingga mereka sampai dirumah keluarga Nugroho yang bercat biru laut itu.
Tampak Arlen sedang berdiri di depan pintu dengan bersedekap, seperti seoarang ayah yang hendak memarahi anak gadisnya yang terlambat pulang.
"Ngapain lo berdiri disitu." Ucap Arsen saat melewati Arlen.
"Lo balik kurang malem" sindir Arlen
"Yaudah besok sampai jam 12" jawab Arsen setengah berteriak.
Membuat Arlen enggan meneriaki abangnya itu, mengingat azan magrib tengah berkumandang.
"Kalau jalan sama cowok itu pulangnya jangan kemalaman"
"Ya ampun len, ini baru magrib, masih sore kali" jawab Rere sambil memasuki rumah untuk membersihkan badan sambil merasa bingung dengan sikap Arlen kepadanya.
Setelah membersihkan diri, dan mengeringkan rambutnya. Rere turun dari kamarnya menuju dapur untuk mengambil minum.
Dilihatnya Arlen tengah mempersiapkan makan malam.
"Onty belum pulang?" Tanya Rere lalu mengambil minuman dingin di kulkas
"Hari ini mama sama papa nggak pulang" jawaban Arlen sukses membuat Rere tersedak oleh minumnya
"Cobaan macam apa ini ya tuhan. Gue takut khilap" batin Rere berteriak.
"Sini makan" ajak Arlen
"Gue udah makan tadi" jawab Rere, lalu pergi meninggalkan Arlen namun tangannya dicekal oleh Arlen.
"Temenin gue makan" pintanya, lalu Rere pun memilih duduk disebelah Arlen sambil menatap lelaki itu memakan makan malamnya.
Setelah menemani Arlen makan, Rere berpindah haluan ke ruang keluarga untuk menonton tv.
"Tontonan murahan kayak gitu ditonton" celetuk Arlen lalu mengganti channel ke siaran berita nasional dan memilih duduk tepat disamping Rere.
"Eh, bang Arsen kemana?" Tanya Rere yang tersadar sejak tadi tak melihat lobang hidung arsen.
"Kerumah temennya sebentar" jawab Arlen, sedangkan Rere hanya ber-oh ria.
Hingga semuanya tampak gelap, karena pemadaman listrik.
"Ai" panggil Arlen namun tak ada jawaban.
"Ai, lo masih disini kan" tanya Arlen lagi, hingga ada suara tangisan yang terdengar di telinga Arlen.
"Ai, lo nangis?" Tanya Arlen lalu mendekati Rere dan tangisan itu terdengar semakin jelas. Benar saja gadis itu tengah menangis sekarang.
"Ai" panggil Arlen lagi sambil memegang tangan Rere.
Rere diam, masih menangis lalu memeluk arlen yang berada didekatnya. Arlen yang mendapat pelukan secara tiba-tiba terkejut lalu mulai menenangkan gadis yang berada dipelukannya itu.
"Gue takut gelap Len" Ucap Rere masih dengan sesenggukan.
"Shutt, tenang Ai. Ada gue" jawab Arlen menenangkan sambil mengusap pucuk kepala Rere.
Tak lama kemudian lampu pun kembali hidup, Rere segera melepaskan pelukannya.
Arlen melihat gadis disampingnya itu, hidung merah dan mata sembab.
Arlen menghapus sisa air mata yang berada dipipi Rere menggunakan ibu jarinya.
"Jangan nangis lagi Ai, kalo mama lihat lo nangis gini ntar gue di tuduh habis apa-apain anak kesayangannya" ucap Arlen masih dengan menatap gadis cantik disampingnya itu.
"Len, pasti sekarang gue jelek banget ya" tanya Rere sambil menatap Arlen dengan sendu
"Lo tetep cantik"
"Beneran" tanya Rere meyakinkan
"Iya cantik, kayak itik" jawab Arlen asal lalu dihadiahi bogem mentah dilengan Arlen.
"Kecil-kecil tinjunya mantap ya" ujar Arlen sambil terkekeh
"Lain kali jangan asal peluk orang kalau takut" ucap Arlen memperingati Rere
"Yakan mau gimana lagi, kebiasaan sama bang Agaf" jawab Rere sambil mengerucutkan bibirnya.
"Lagian gue juga peluknya pilih-pilih kok" sambung nya meyakinkan
"Berarti gue orang yang terpilih nih?" Ucap Arlen sambil terkekeh
"Yeu, tadi mah gue khilap."
"Khilap apa khilap" tanya Arlen sambil menoel pipi Rere.
"Is, apaan sih lo. Kok toel-toel, emangnya gue cewek apaan" ucap Rere dengan dramatis
"Jijik" jawab Arlen lalu menyentil jidat Rere, membuat sang punya jidat mengerucutkan bibirnya.
"Mau ngalahin donald bebek heh?" Tanya Arlen.
"Itu bibirnya mau ngalahin donald bebek?" Lanjut Arlen melihat Rere yang tak nyambung dengan ucapan sebelumnya.
"Nggak woi, bibir seksi gini. Masa iya mau kontes ngalahin bibirnya donald bebek"
"Eh besok hari ketiga gue disini ya?" Tanya Rere dan di angguki oleh Arlen
"Asik besok Buna jemput gue dong" ucap Rere dengan mata berbinar.
"Seneng banget ya bisa keluar dari rumah gue" tanya Arlen.
"Wo jelas dong" jawab Rere antusias, namun menyadari satu hal yang salah
"Eh maksud gue nggak negatif ya. Maksudnya tuh, Gue seneng bisa bareng Buna lagi" lanjut Rere memberi penjelasan.
"Iya gue ngerti kok" jawab Arlen dengan tak bersemangat.
"Jadi besok jam berapa dijemput Buna?" Tanya Arlen
"Katanya sih habis magrib" jawab Rere sambil mengingat-ingat. Jawaban Rere membuat Arlen sedikit bersemangat. Masih ada waktu untuk bisa bersama Rere.
"Besok jalan sama gue mau?" Tanya Arlen
"Loh emangnya lo nggak sibuk?. Kata onty, lo anaknya yang tersibuk ngalahin om Nugroho"
"Om Nugroho?. Maksud lo bang Nugroho?" Tanya Arlen menggoda Rere.
"Is, kan gue nggak tau. Lo juga sih nggak ngasih tau gue dulu" jawab Rere malu, mengingat betapa memalukannya saat itu.
"Kan lo nggak nanya ke gue, lo sibuk ngerumpi sama abang gue" jawab Arlen sedikit ketus seperti seorang kekasih yang tengah cemburu.
"Iyaiya salah gue" jawab rere pasrah.
"Tumben nggak nyolot, biasanya cewek nggak pernah mau disalahin"
"Suka-suka gue dong"
"Nah gitu dong, ngegas" jawab Arlen sambil terkekeh, melihat Rere yang ngegas. Membuat Rere mengerucut bibirnya. Sekarang Arlen tau satu hal, gadis disampingnya ini akan mengerucutkan bibirnya jika dia merasa kesal. Satu kata yang menggambarkan Rere di benak Arlen,
yaitu Lucu....
"Gimana, mau nggak?" Tanya Arlen lalu dijawab Rere dengan anggukan.
"Gue keatas duluan ya, ngantuk" ucap rere, Arlen pun mengikuti Rere untuk beristirahat juga.
"Ai" panggil Arlen, ketika mereka terpisah oleh pintu kamar. Rere yang hendak menutup kamarnya pun terhenti lalu melihat Arlen.
"Good night" ucap Arlen salting, sedangkan Rere hanya membalasnya dengan senyuman
.
.
.
.
Tbc
✈️✈️✈️
Bengkulu, 2020
Siperilirsh 🐾
Part 3, semakin gaje kah? 🤣
Maafkeun atas typo yang merajalele 🤭
Good night 🌷