ASTROPHILE

By sykmila_

7.7K 1.1K 476

Ini tentang Mentari yang mencoba menggapai sang Bintang. Akankah Ia berhasil meraih sang Bintang ? Ataukah ia... More

BINTANG
[1] Kehidupan Mentari
[2] Mentari vs Friska
[3] Rooftop
[4] Di Anterin?
[5] Friska Berulah
[6] Dia Kembali
[7] Bintang vs Oskar
[8] Mundur?
[9] Sulit
[10] Kenzo
[12] Deg-degan
[13] Perasaan Bella
[14] Kembali Berjuang
[15] Sorry
[16] Tidak Sendiri
[17] Curhat
[18] Insiden
[19] Siapa?
[20] Misi
[21] Di Perpustakaan
[22] Tentang Rina
[23] Mentari Marah Dan Bella Kecewa
[24] Siapa Pelakunya?
[25] Sahabat Lama
[26] I Promise
[27] Dilema
[28] Minta Maaf
[29] Pertemuan Keluarga
[30] Ungkapan Perasaan
[31] Awal Kisah Kita
[32] Sebuah Janji
[33] ILY 224 MEANING
Pun10
[34] Classmeet
[35] Dengan Siapa?
MEMINTA TOLONG
[36] Rencana Holiday
[37] Happiness
[38] Holiday
[39] Love Each Other
[40] Pindah & Penjelasan Oskar
[41] Pamit
[42] You Are A Real Star For Me
[43] Bunga Gardenia
Chatting
Chatting II

[11] Kesal

189 39 35
By sykmila_

Happy 400 readers yeay💐.

...

Semakin lo nyebelin, kenapa malah bikin gue makin suka sih_-

-Mentari Kirana.

✨✨✨


Mentari melirik Bella yang saat ini sedang sibuk bermain ponselnya dikelas. Karena saat ini jam kosong, guru yang mengajar tidak masuk hanya memberi tugas melalui Guru piket.

"Maen hp mulu sih lo, bukannya ngerjain." ujar Mentari yang tidak suka karena Bella memainkan ponsel terus tidak mengerjakan soal yang sudah diberikan Guru piket.

Bella berdecak malas. "Ahelah, palingan gak dikumpulin. Lo aja yang kerajinan tar." Mentari mendelik. "Gak boleh menyepelekan tugas yang dikasih guru bell. Mau lo nilai nya turun terus masuk kelas IPA 6? Hah?!" saat ini Mentari dan Bella duduk dikelas sebelas IPA 2. Meskipun bukan kelas unggulan, Murid murid Dikelas ini juga terkenal cukup pintar. Sedangkan IPA 6 adalah kelas terakhir, yang berisi anak-anak bandel yang tidak masuk dua puluh besar.

Bella menyerah, ia mematikan ponselnya dan menaruh di saku. Lalu membuka bukunya dan mengerjakan soal soal yang diberikan Guru piket tadi. Mentari tersenyum melihatnya. Lalu kembali mengerjakan soal soal sesekali membuka buku paket untuk mencari jawabannya

Tok tok

Refleks semua murid IPA 2 menoleh ke arah pintu ketika mendengar suara ketukan. Disana berdiri seorang cewek yang malu karena menjadi pusat perhatian.

"Permisi, ada Mentari Kirana gak?" tanya Putri.

Mentari langsung berdiri ketika namanya disebut. "gue, ada apa?" tanya Mentari. Putri menoleh ke arah Mentari.

"Lo di panggil Bu Jani di kelas sebelas IPA 4." ucap Putri, kemudian pamit pergi.

Bella menatap Mentari. "Njir, kelasnya Bintang, Tar." Mentari mengangguk. Ada apa Bu Jani memanggilnya? Kenapa pula harus dikelas sebelas IPA 4 sih. Itu kan kelasnya Bintang, berarti nanti dirinya bertemu Bintang dong disana. Ck, kenapa ada saja yang membuatnya harus bertemu Bintang.

Mentari berdiri. "Gue kesana dulu ya Bell." pamitnya kemudian keluar kelas untuk pergi ke kelas IPA 4 yang tidak jauh dari kelasnya.

🌞

"Bintang, Ibu udah bilang! Jangan malas malasan belajarnya. Kamu itu udah kelas sebelas lho. Gak malu kalau adek kelas yang ngefans sama kamu tahu kalau kamu itu anaknya males banget disuruh belajar." ceramah Bu Jani. Bintang yang berada didepannya hanya tertunduk mendengar ceramahan Bu Jani, wali kelasnya sekaligus Guru mtk.

"Kamu ini anak Murid saya, masa iya nilai kamu paling kecil dipelajaran saya sih?!" lanjut Bu Jani memberikan siraman rohani kepada murid didepannya ini.

Tok tok..

Bu Jani menoleh ketika pintu kelas di ketuk. Beda dengan Bintang ia malah diam saja sambil menatap meja didepannya. Ia sudah tahu siapa yang datang. Karena tadi ia sempat mendengar Bu Jani menyuruh Putri memanggil Mentari kesini. Entah untuk apa Mentari dipanggil ke sini.

"Mentari! Sini masuk." suruh Bu Jani.

Mentari mendekat dan ia sempat melirik orang yang sedang berhadapan dengan bu jani saat ini. Dia, Bintang. Jantung Mentari berdegup cepat ketika sudah sampai di meja guru. Bu Jani menyuruh nya duduk di samping Bintang, Mentari ingin menolak namun tidak bisa. Ia tidak berani membantah ucapan Guru, takut kena karma.

"A-ada apa ya bu manggil saya kesini?" sial kenapa dia gugup gini sih, malu kan di dengar Bintang. Huft! Ia mencoba menetralkan detak jantungnya yang berdegup kencang, pengaruh Bintang masih sehebat ini fikirnya.

"Jadi saya nyuruh kamu kesini itu saya mau minta tolong sama kamu buat menjadi guru les matematika sementara untuk Bintang." Mentari refleks melotot, namun ia segera menetralkan kembali raut terkejutnya. "Kenapa harus saya Bu? Kan masih ada anak unggulan yang nilai nya lebih bagus dari saya?" tanya Mentari hendak menolak.

"Anak unggulan saya fokuskan belajar untuk ujian dikarenakan juga akan ada olimpiade matematika yang akan mereka ikuti setelah ujian selesai nanti. Dan nilai kamu saya lihat paling tertinggi di kelas. Jadi saya lebih baik minta tolong kamu saja." jelas Bu Jani. Mentari menghela nafasnya. Mau menolak juga tidak mungkin, nanti bisa bisa nilai matematika nya dikurangin.

"Kamu gak keberatan kan?" Mentari menggeleng. "Engg-" Bintang menyela ucapannya, "saya yang keberatan bu." tolaknya tidak setuju.

"Ada apa Bintang? Toh, Mentari juga setuju. Saya tidak mau mendengar penolakan kamu lagi, pokoknya kamu harus mau belajar bersama Mentari. Ini demi masa depan kamu Bintang!" tegas Bu Jani membuat bintang berdecih pelan.

Bu Jani menatap Mentari. "Terima kasih Mentari sudah mau membantu saya. Nanti kamu atur saja jadwal nya. Sebagai balasannya nanti saya tambahkan nilai kamu." ujar Bu Jani, Mentari hanya mengangguk saja mengiyakan. "Apa saya sudah boleh kembali ke kelas bu?" Mentari sudah tidak kuat berada di dekat Bintang, nafasnya sedikit sesak dan jantungnya terus saja berdegup cepat.

Bu Jani mengangguk. "silahkan." ujarnya. Kemudian mentari pamit menyalimi Bu Jani. Lalu kembali ke kelasnya. Kemudian Bu Jani juga memperbolehkan Bintang untuk kembali kebangkunya, dan mengerjakan soal soal yang sudah diberikan Bu Jani tadi sebelum dirinya dipanggil ke depan.

Bintang duduk di samping Joan. Joan menatap temannya yang berwajah kusut seperti pakaian tidak digosok berhari hari. "Disuruh ngapain lo sama Bu Jani?" tanya joan yang sudah penasaran. "Gue disuruh les private sama Mentari njir." jawabnya seraya mendumel. Kenapa harus Mentari yang ditunjuk Bu Jani, kenapa tidak yang lain saja.

Joan mengangkat alisnya kemudian tertawa pelan agar tidak terdengar Bu Jani. "Haha, sukurin lo." ejek Joan. Membuat bintang geram lalu memukulnya lumayan kencang, sampai membuat Joan meringis.

Rio yang sejak tadi mendengarkan, menoleh kebelakang. "Mungkin tuhan berencana buat deketin lo sama Mentari." sahut Rio kemudian tertawa. Bintang memukul kepala Rio yang berada didepannya dengan pulpen. "Jaga ucapan lo njir." balas Bintang ketus.

🌞

Bel pulang sudah berbunyi, Bella keluar lebih dulu karena ada jadwal ekskul tata busana hari ini, Bella merupakan salah satu anggota di ekskul tata busana tersebut. Sedangkan Mentari, ia lebih memilih ekskul vokal yang jadwalnya juga hari ini. Memang semua murid di SMA Bhakti ini, diwajibkan untuk mengikuti ekstrakulikuler yang ada, minimal satu ekskul. Awalnya Mentari malas ikut kegiatan-kegiatan seperti itu, namun saat tau ada ekskul vokal dia langsung mendaftarkan dirinya untuk ikut. Karena ia suka sekali bernyanyi. Ia merasa suaranya cukup bagus jadi ia ingin mengasah kemampuan yang dimilikinya, itulah alasannya mengapa dia minat di ekskul tersebut.

Saat ini Mentari masih berada dikelas, karena jadwal ekskul nya masih tiga puluh menit lagi. Jadi ia memilih bersantai bermain ponsel dikelas. Suasana kelas sudah sepi karena Murid lain sudah keluar kelas, mentari hanya seorang diri disini.

"Kiran..." Mentari menoleh, saat ada yang memanggil namanya. Oskar berada dihadapannya saat ini. Dan duduk di bangku depan berhadapan dengannya.

"Ngapain lo kesini?" tanya Mentari ketus. Ia muak sekali melihat wajah Oskar yang menyebalkan. Oskar tersenyum. "Nemuin kamu." Mentari ingin muntah rasanya mendengar sebutan Oskar 'aku-kamu. "Apaansih lo, gak usah aku-kamu an. Inget! lo sama gue udah putus." Mentari menekan 2 kata terakhirnya.

Oskar terkekeh pelan. "Gak bisa, aku udah terbiasa dengan sebutan 'aku-kamu." Mentari memutar bola matanya malas. "Mending lo pergi dari hadapan gue, males banget gue liat muka lo." usir Mentari secara terang terangan. Sebisa mungkin oskar tidak emosi. "Sebenci itu kamu sama aku?" tanya Oskar dengan nada polosnya.

Mentari tertawa sinis. "Setelah apa yang lo lakuin ke gue, wajar gue semarah ini sama lo." Mentari berdiri, ia berniat pergi namun oskar mencekal tangannya. "Kiran--"

"Mentari!" Mentari menoleh ke arah pintu saat namanya merasa dipanggil.

"Iya?" jawab Mentari.

"Ada yang nyariin nih diluar." Mentari mengernyit saat iya ingin menanyakan siapa, temannya malah pergi begitu saja. Mentari menarik tangannya secara paksa, lalu keluar dari kelas untuk menemui seseorang.

Saat di depan Mentari menoleh ke kanan untuk melihat siapa Orang yang dimaksud temannya tadi, tapi tidak ada siapa siapa. Saat mentari menoleh kekiri iya terkejut ada seseorang dihadapannya. Mentari mendongak untuk melihat Cowok yang berada didepannya ini. Ternyata dia... Bintang!

Mentari berusaha untuk tidak terlihat terkejut. Ia membenarkan rambutnya yang tergerai, kebelakang telinga untuk menghilangkan gugupnya. "Kamu-- eh elo ngapain disini?" tanya Mentari gugup. Entahlah kenapa dia selalu gugup jika berhadapan dengan Bintang.

Bintang menatap mentari datar. "Mau ketemu lo." jawab Bintang santai. Bintang menoleh ke arah pintu ketika melihat cowok yang beberapa hari lalu bertengkar dengannya, keluar dari kelas mentari. Padahal kelas mentari sepi, berarti mereka berduaan berada di dalam. Bintang tersenyum sinis, mentari ini cewek bodoh! Masih saja mau berduaan dengan lelaki yang sudah mencoba melecehkannya kemarin. Tidak salah Bintang menolak gadis ini.

Mentari melihat arah pandang Bintang, lalu kembali menatap Bintang. "Semua gak seperti yang lo pikirkan." balas Mentari yang bisa menebak apa yang sedang Bintang pikirkan tentangnya.

Bintang terlihat biasa saja. "Gue gak bisa belajar sekarang." ujar Bintang. Ia tidak mau membahas urusan Mentari, ia tidak juga peduli dengan gadis itu. "Aku-- eh gue juga gak bisa, karena mau ada ekskul hari ini." jawab Mentari yang masih susah mengatakan 'gue-elo dengan Bintang.

Bintang mengangguk. "Berarti kita mulai belajarnya besok." ujar Bintang. Tanpa bintang ketahui, hati mentari sangat senang ketika bintang mengucapkan kata 'kita' yang merujuk pada, dirinya dan bintang. Entah mentari tidak mengerti mengapa hanya dengan mendengar hal itu dirinya merasa senang.

Mentari berdehem untuk menghilangkan gugupnya. "Hm, ya udah. Lo atur aja jadwalnya. Asal jangan hari rabu aja, karena itu jadwalnya gue ekskul vokal." jawab Mentari mencoba menatap Bintang.

Sekali lagi Bintang mengangguk setuju. "Oke, besok pulang sekolah lo bareng gue. Belajarnya dirumah gue aja." Anjiiiiirrrr, entahlah Mentari harus senang atau kesal. Di satu sisi ia senang karena ia akan sering bertemu Bintang dan berduaan dengannya. Tapi di sisi lain, Mentari ingin menjauh dari Bintang dan melupakan pemuda itu. Tapi kenapa semesta seolah tidak menyetujui keputusannya? Dan malah mendekatkan ia dan bintang. Percayalah saat ini tangan Mentari keringat dingin.

"Harus banget dirumah lo? Kenapa nggak disekolah aja?" tanya Mentari. sebisa mungkin ia terlihat biasa saja. Padahal saat ini jantungnya hendak copot.

"Jangan Ge'er! Jangan berfikir kalau gue sengaja milih tempat dirumah gue supaya bisa berduaan sama lo." jawaban Bintang membuat Mentari menatapnya kesal. "Gue gak berpikir begitu. Bisa gak sih lo gak usah nething jadi orang?!" balas Mentari kesal. Kenapa Bintang ini menyebalkan sekaliii, dan sialnya Mentari bukan malah membenci justru malah semakin cinta dengan bintang. Aish! Sepertinya ia sudah gila saat ini.

Bintang tersenyum remeh. Namun hal itu malah membuat nya terlihat lebih tampan di mata mentari. Plis stay cool Mentari, inget move on move on. Jangan ke goda sama wajah tampannya. Ujar Mentari dalam hati.

"Gue tau lo gak akan bisa ngejauh dari gue! Kelihatan dari sikap lo saat berhadapan dengan gue. Gue kasih peringatan sama lo, jangan jadiin perintah bu jani, untuk deketin gue. Karena sampai kapan pun lo gak akan bisa buat gue jatuh hati sama lo." setelah mengatakan itu Bintang berlalu pergi dari hadapan mentari dengan santainya, tanpa merasa bersalah akan ucapannya dengan Mentari itu.

Mentari kesal setengah mati mendengarnya. Ia sampai menendang tembok yang ada disampingnya lalu meringis kesakitan setelahnya.

"Nyebelin banget tuh orang, untung gue sayang." monolog Mentari. "anjiir cantengan dah jempol kaki gue, Huaaa."

◌⑅●♡⋆♡LOVE♡⋆♡●⑅◌

Selamat berpuasa bagi yang menjalankannya💕

Jangan lupa follow akun ini! Dan tolong tinggalkan jejak kalian disetiap part yang telah kalian baca dengan memberikan vote dan komentar.

Karena dengan hal itu, kalian sama saja me-support saya untuk terus lanjutin cerita ini.

Jangan lupa follow ig :

@syrfh.31
@millsyrfh_

Tq😘

Publish : 29/04/20

Continue Reading

You'll Also Like

10.3K 570 37
Gue Prisa. Hidup gue udah rusak sejak SMP. Puncaknya saat gue kelas 10. Gue hamil. Gue benci. Gue aborsi. Dan cuma bisa meringis saat benar-benar mer...
2.1K 453 29
FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! Amarta High School (SMA AMARTA), merupakan sekolah Elit yang terletak di Jakarta, tidak hanya di Jakarta, sekolah ini be...
261K 19.5K 84
menikah secara terpaksa yang di lakukan oleh ten karna harus menikahi duda anak dua karna alasan untuk menyelamatkan nyawa eomma dan appa nya karna m...
288K 13.4K 33
Dia Mauriella gadis yang mengejar cinta, tapi sia sia tak hanya cintanya yang dihancurkan namun kehidupannya juga di hancurkan. Tangannya mengarahkan...