Nih bonus, hehe:)
°°°
Angin sepoi-sepoi terlihat menerbangkan rambut panjang gadis itu, matanya saat ini sedang fokus menatap ke arah lapangan basket yang tengah dipenuhi anak cowok yang sedang bermain di jam istirahat.
Dari atas—rooftop—ia bisa melihat sekumpulan siswi yang sedang meneriaki para anak cowok yang ketampanannya menjadi dua kali lipat ketika bermain basket.
"Cha," panggil Langit dari arah belakang membuat gadis itu menoleh dan mendapati Langit sedang duduk di kursi panjang terbuat dari kayu yang sudah berada di sana entah sejak kapan. Pria itu menepuk bagian kursi di sebelahnya yang masih kosong.
Ocha yang sedari tadi berdiri di sisi pagar pembatas rooftop pun melangkahkan kakinya mendekat ke arah Langit lalu duduk di samping pria itu.
"Ocha," panggil pria itu sambil menggapai salah satu tangan Ocha menggunakan kedua tangannya. Raut wajah pria itu tiba-tiba berubah menjadi sedih membuat Ocha sedikit terenyuh.
"Jangan tinggalin aku Cha," lirih Langit tiba-tiba dengan nada hampa dan putus asa.
Ocha menggelengkan kepalanya pelan sambil menatap sepasang iris berwarna hitam pekat di depannya.
"Kamu yang ninggalin aku Lang."
Tubuh Langit menegang, Ocha benar, selama ini ia yang selalu meninggalkan Ocha dan saat gadis itu mulai meninggalkannya, Langit merasa seolah-olah dia yang paling tersakiti, padahal selama ini ia yang selalu menyakiti.
"Maaf Cha... aku janji, aku nggak bakal ninggalin kamu lagi."
Gadis itu mendesah pelan mendengar perkataan Langit.
"Kenapa kamu selalu menjanjikan hal yang sudah pasti tidak bisa kamu tepati, Langit?" tanya Ocha frustasi, seharusnya pria di depannya ini bisa mengerti seberapa tersiksanya dia ketika semua janji manis yang diberikan pria itu diingkari dengan begitu mudah olehnya.
Langit menundukkan kepalanya, ia sadar betul bahwa ia memang sering mengingkari janji yang selalu ia berikan ke Ocha. Tapi kali ini ia akan bersungguh-sungguh dengan memegang janjinya.
"Aku kali ini benar-benar akan menepati janjiku, aku benar-benar merasa kosong dan kehilangan saat kamu tidak menganggapku ada, kamu ngabaiin semua chat yang aku kirim." Pria itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya.
"Dan entah kenapa aku ngerasa bisa gila gara-gara itu," ucap pria itu pasrah.
Gadis itu menundukkan kepalanya. "Nggak bisa Lang, kamu kan udah dijodohin sama Kak Vio...."
"Aku nggak mau Cha-" Ocha memotong perkataan Langit.
"Harusnya dari awal aku udah tau diri untuk tidak nerima kamu, harusnya dari dulu aku udah mundur dan ngejauh dari kamu Lang. Kalau kamu mau tau, saat ini aku cuma ngerasa jadi penghalang buat kamu dan Kak Vio." Gadis itu kini sudah berderai air mata, tak ada suara tangis tak ada isakan, ia menangis dalam keheningan.
Gadis itu mengusap air matanya menggunakan punggung tangan, lalu mengangkat kepalanya dan langsung bertatapan dengan tatapan sayu Langit.
"Hubungan kita udah nggak ada harapannya saat kamu udah dijodohin sama kakak aku. Kita harus berhenti Langit, biarkan aku berusaha untuk lupa dengan apa yang udah kita lalui, aku harus pergi."
Mendengar perkataan Ocha, Langit langsung mencengkeram kedua bahu gadis itu dan menatap kedua matanya dengan raut wajah yang tak dapat diartikan.
"Jangan!" bentak Langit.
Ia terlihat marah? Sedih? Kecewa? dalam satu waktu.
"Jangan sekali-kali kamu berpikir untuk pergi dari aku." Nada pria itu tiba-tiba berubah menjadi datar dan dingin, rahang pria itu mengeras. Membuat tubuh Ocha meremang.
Ia semakin mengeraskan cengkeramannya di kedua bahu Ocha, membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Kalau kamu berani pergi, aku gak bakal segan-segan untuk ngelakuin segala hal yang bikin kamu nyesel nantinya." Matanya menatap tajam ke dalam mata Ocha, membuat gadis terpaku sejenak kemudian bertanya.
"Ka-kamu ngancem aku?" tanya gadis itu tak percaya.
Raut wajah Langit yang tadi sempat mengeras kini tiba-tiba berubah menjadi menyedihkan, entah kenapa matanya tiba-tiba memburam dipenuhi air, pria itu menghela nafas pelan lalu menutup matanya. Perlahan namun pasti ia mendekat ke arah Ocha dan menjatuhkan kepalanya di bahu kecil gadis itu.
"Iya, Cha."
"Aku ngacem kamu."
Dengan kepala yang masih bertengger di pundak Ocha, pria itu membuka matanya lalu berkata, "Jika tidak, apa aku masih punya cara yang lain lagi?"
"Buat bikin kamu tetap ada di sisi aku."
°°°
tbc.
Tiga kata untuk readers dari author
'Ini masih awal'🥺
Siap siap yah, ada kejutan menanti di part 20.
Ajak temen buat baca ya, supaya aku makin semangat upnya okeyy, lovyuu.