Selama diperjalanan Rose hanya terdiam, tatapan yang bahagia kini berubah menjadi lelah, badan yang awalnya tegap kini perlahan lahan mulai bungkuk karena sudah menanggung begitu banyak beban.
Rose, dia sudah memilih bekerja di cafe om Farhan papah Renjun, Rose sudah menjalani pekerjaan itu sekitar 3 bulan, menurutnya dia sangat suka dengan pekerjaan sebagai pelayan dibanding dengan jasa mengerjakan tugas teman temannya.
Rose harus melakukan pekerjaan itu karena dia ingin memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun papahnya sudah menanggung semua biaya sekolahnya, tetapi pria itu tidak memberikan sepeserpun untuk membeli barang yang Rose butuhkan.
Uang yang diberikan ibunya, Rose simpan dengan baik baik ditempat yang tidak akan ketahui papah dan ibu tirinya. Jika tabungan itu sampai ketahuan, mungkin dalam satu hari jumlah nominal angkanya akan menjadi nol, mereka akan menggunakan seluruh uang itu untuk membeli barang barang yang tidak berguna.
Jika kalian tanya kemana rumah ibunya? Jawabannya adalah sudah dijual oleh papahnya dan uangnya langsung dibelikan barang barang branded, Rose sebagai orang yang mewariskan tanah itu pun tak bisa menikmati uang hasil penjualan tanah sedikitpun. Namun, Rose tak menghiraukan rumah itu, Rose hanya mempunyai tabungan sebagai harta benda satu satunya, tabungan itu akan Rose pakai jika ada sesuatu yang mendesak.
Pikirannya buyar saat sadar jika mobil sedan yang dikendarai Taeyong telah sampai diperkarangan rumah besar nan megah. Rose mengambil tas disampingnya dan menoleh ke arah Taeyong.
"Makasih ya Yong, bilang juga makasihnya ke Renjun sama Mark,"Taeyong mengangguk, Rose menutup pintu mobil lalu berjalan menuju pintu yang lebar dan besar.
Saat Rose sudah masuk, Taeyong merasa perasaannya menjadi gelisah. Rose, gadis itu pasti dalam bahaya Taeyong tak mau diam, sudah cukup mereka memperlakukan gadis itu seperti boneka, Rose bukanlah boneka, dia adalah seorang manusia yang memiliki perasaan.
Rose masuk ke dalam, baru saja beberapa langkah tiba tiba saja Rose mendengar suara tepuk tangan yang memenuhi ruangan. Rose menoleh dan dia mendapati papah dan ibunya yang sedang duduk berbarengan disofa.
Rose menghentikan langkahnya, Tifanny melemparkan sebuah buku kecil di atas meja. Mata Rose seketika melebar tat kala melihat benda itu adalah buku tabungan pemberian dari ibunya.
"Bagus ya udah mulai main sembunyi sembunyi,"ucap Tifannya yang membuat bulu kuduk Rose seketika berdiri.
"Papah gak nyangka ya kamu udah nyembunyiin hal besar seperti ini,"ucap papahnya dengan mata tajam memperhatikan wajah Rose yang berubah menjadi kaku.
Ada sedikit rasa benci didalam hati Rose, apa yang barusan Rose dengar dari mulut papahnya sanagt begitu menyakitkan. Kini Rose tak mau diam, dia menatap papahnya yang masih menatap matanya dengan tajam.
"Harusnya aku yang gak nyangka pah, gak nyangka kalau papah tega jadiin aku babu di rumah ini, inget pah aku ini anak kandung papah,"
Plak... tamparan yang diberikan Tifanny mampu membuat Rose seketika bungkam, setelah menamparnya, Tifanny mendorong tubuh Rose hingga membentur tembok yang keras.
"Berani kamu bilang begitu, masih untung kamu saya terima disini, kalau gak mungkin kamu jadi gelandangan di luar sana, dasar anak gak tau terimakasih, dan ingat kalau kedudukan kamu disini itu jadi BABU, jadi jangan pernah coba coba melawan majikannya," Tifanny melepaskan cengkraman kuat dibahu Rose.
Kini papahnya mulai berjalan kearahnya, Rose berharap papahnya peduli terhadapnya, jika itu terjadi maka Rose akan senang. Namun semua itu salah, justru pria itu mendorong tubuh mungil Rose hingga wajahnya tersungkur ke lantai.
"Saya gak pernah nganggep kamu sebagai anak saya, anak saya cuman Bella dan Firda dan gak ada yang lain, jadi jangan pernah kamu melawan saya,"
Tangan kekar itu sudah melayang di udara sudah siap untuk menampar wajah Rose yang sedang menunduk. Saat sudah dilayangkan tiba tiba saja terdengar suara berat dari arah pintu, terlihatlah sosok Taeyong yang berjalan mendekat ke arah Rose.
Taeyong menarik tangan kekar itu dan menyingkirkannya dari hadapan Rose, "Cukup kalian nyakiti Rose," sang pria gagah itu hanya memalingkan muka sambil membuang ludahnya ke lantai.
"Tau apa kamu bocah?,"tanyanya dengan angkuh, disampingnya terlihat sosok ratu iblis, mereka seperti pasangan penghuni neraka yang sangat serasi.
"Kalian udah sering nyakitin Rose, saya tau anda ini mantan papahnya Rose, tapi dengan gelar itu anda tak berhak berbuat semena mena terhadap Rose..."
"Saya gak pernah liat papah iblis seperti anda, saya pikir anda akan menepati janji tante Jiun, tapi ternyata..."Taeyong menarik sudut bibirnya.
"Selama ini anda menerima dan menyekolahkan Rose karena ingin mengincar harta warisan ibunya Rose..."
"Kalian tega menghilangkan nyawa demi sebuah kertas yang hanya bisa dinikmati sesaat, gila kalian, gagal kalian jadi orang tua, mulai saat ini, Rose akan menjadi tanggung jawab saya, dia gak pantas untuk tinggal di rumah iblis,"
Mereka berdua terdiam, Taeyong berusaha membantu Rose untuk berdiri dari tempatnya dan berjalan melewati kedua pasangan gila itu.
Taeyong menuntun Rose untuk masuk ke dalam mobil, pria itu berencana akan membawa Rose menuju apartementnya yang sudah tak digunakan.
Taeyong melihat wajah Rose yang masih terdiam, "Lo harus nyerah,"Rose melihat mata Taeyong meskipun hanya terlihat samar samar.
"A-aku gak tau mesti apa Yong, ini semua sulit untuk dibayangkan,"Taeyong menghembuskan nafas kasarnya.
"Lo akan tinggal di apartement gue, lo harus lupain mereka, mereka udah jahat sama lo, gue gak mau hidup lo tambah gelap,"Rose terdiam, apa yang dikatakan Taeyong adalah kebenaran.
"Aku gak nyangka Yong, aku gak nyangka aja papah bisa berubah, aku kira papah yang selama ini kukenal berbeda dengan papah yang kukenal 10 tahun yang lalu.."
"Dulu papah baik sama aku, dulu papah selalu bawa mainan kalau pulang dari luar kota, dan dulu papah juga jadi kesempurnaan untuk aku dan ibu. Waktu aku umur 5 tahun, aku selalu cerita ketemen temen kalau aku punya papah yang hebat melebihi papah diseluruh dunia...,"
"Tapi semua itu runtuh seketika saat perempuan itu datang dan menarik papah dari kita, sejak papah deket sama dia papah jadi banyak berubah, papah selalu kasar sama keluarganya, selalu jarang kumpul bersama lagi, semua prilaku papah membuat aku menjadi anak yang gak pernah ngerasain arti sebuah kata cinta dan kasih sayang..."
"Setiap hari ibu selalu nangis dan itu yang ngebuat hati aku teriris. Di sekolah aku jadi anak pendiam dan gak mau berteman, karena aku gak mau mereka jadi tempat pelampiasaan kemarahanku..."
"Sekarang, aku semakin sulit untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang itu lagi, kamu liatkan Yong kalau papah aku berubah, liatkan Yong,"Taeyong mengagguk, dia merasa gagal saat tau dia tak berguna untuk menjadi malaikat yang menolong kehidupan seseorang.
Selama ini Taeyong selalu mendapatkan cinta yang begitu melimpah dari kedua orang tuanya. Namun, dia tak pernah bersyukur dengan semua itu, Taeyong tersadar kalau selama ini dia selalu membentak kepada kedua orang tuanya.
"Makasih ya Rose,"Rose menoleh dan mengangkat alisnya satu.
"Makasih untuk apa?,"tanyanya.
"Makasih karena lo udah nyadarin gue dari sikap manusia yang pembangkang, makasih karena udah mau ngajarin gue tentang arti sebuah hidup, gue bangga banget punya sahabat kayak lo. Sahabat yang selalu terima dengan kehidupan lo yang kalau orang nilai itu sulit,"Rose tersenyum.
"Aku juga mau bilang terimakasih ke kamu, Renjun dan Mark. Mungkin kalau gak ada kalian aku gak bisa hidup sampai sekarang, aku selalu berfikir kalau kalian itu adalah malaikat hidupku yang selalu melindungiku disaat banyak orang yang melemparkan panah untuk membunuh kehidupanku, dan kalian juga yang selalu menjadi pendukung saat aku merasa kalau aku harus berhenti hidup, aku bangga punya kalian,"
Awan yang sebentar lagi akan gelap tidak akan pernah Rose bisa lupakan, disenja ini Rose merasa hatinya nyaman dengan sosok pria disampingnya, Rose merasa bahagia saat bersamanya, dan juga Rose merasa ada sedikit percikaan cinta di dalam hatinya.
Rose memperhatikan matahari yang semakin lama semakin turun ke bawah, tugas matahari telah selesai sekarang, waktunya bulan serta bintang yang bertugas untuk memberikan waktu kepada para manusia untuk beristirahat.
Rose tersenyum saat angin luar menabrak permukaan wajahnya, sore ini Rose bahagia, sangat bahagia, semiga kebahagiaan ini selalu ada di dalam hidupnya.
Heee, aku mau ucapin terimakasih banyak untuk kalian.
Aku juga mau kasih tau kalian kalau sebentar lagi cerita ini akan ending, aku bersyukur, akhirnya ada juga yang baca cerita ini, terimakasih yaaa.
Lope youuuuuuuuuuuuuuuuu