Alexandra's Memories

By Dheyamela

1.7M 216K 47.1K

Book 1 : Ursa Minor [Completed on 23-02-19] Book 2 : Ursa Mayor [Completed on 13-08-20] Book 3 (Final Book) :... More

1. 3 Domba dan 3 Kumbang
Sowry
2. Kenangan Orang Lain
3. Sang Penjelajah Kenangan
4. Jangan Bersembunyi
5. Beruang Kecil
6. Masuk ke dalam Mimpi
7. Dream Walking
8. Cahaya Venus
9. Terasa Benar
10. Awal Kehancuran
11. Halo, Kumbang Kecil
12. Berakhir
13. Kumbang Selanjutnya
14. Apa Hubungannya?
15. Di Sini
16. Berbagi Mimpi
17. Domba Ketiga
18. Tidak Gila
19. Ursa Minor
20. Arunika
21. Merah
22. Di Salah Satu Tempat
Epilogue
-Alexandra's Memories 2 : Ursa Mayor-
1. Perumpamaan Ganjil
2. Mata-Mata
3. Semoga Beruntung
4. Seringai Gadis Muda
5. Liontin
Lelah
6. Harapan Kosong
7. Maia
8. Monster dan Bom Waktu
9. Ursa Mayor
11. Yang Mati akan Dihidupkan Kembali
12. Pangeran Penyuka Laut
13. Terang atau Gelap?
14. Kenangan yang Membunuh
15. Cinta Pertama
16. Reinkarnasi Hera
Tolong Dibaca!
17. Darah Iblis
18. Takdir yang Lucu
Epilogue
-Alexandra's Memories 3 : Nut, The One Who Holds a Thousand Souls
1. Siapa Pemenangnya?
2. Bulan Penuh Menyinari Lautan
3. Membisikkan Rahasia
4. Satelit Merkurius
Hy
5. Caduceus
Seven Sisters and Seven Marks
Info PO Ebook Seven Sisters and Seven Marks
Kapan Update AM?
6. Sasaran atau Hera?
7. Bukan Kumbang Kedua
8. Tersiksa Dalam Kepekatan
9. Sulit
10. Kenangan Buruk
11. Bergeming
12. Jati Diri
13. Kebingungan
14. Janji
15. Akan Kembali Lagi
16. Ingin Banyak Bermain
PO Merch AM
17. Ditemukan
18. Tawa Kemenangan Sang Iblis
19. Senyuman Iblis yang Sesungguhnya
20. Neraka
Secret Chapters AM

10. Mahkota Kumbang Kedua

25.9K 3.4K 308
By Dheyamela

"Gak usah kaget gitu. Kenapa, sih? Kayak habis lihat hantu aja." Bagas terkekeh kemudian duduk di depan Cana dan Alam. "Udah lama ya nunggunya?"

"Enggak kok, Bang," jawab Alam. "Kami baru sampai juga."

"Kalian udah pesan?"

Mereka mengangguk.

Bagas memanggil pelayan, lalu memesan makanan, setelah itu Alam langsung mengambil alih obrolan. "Kok Abang tahu gambar ini Ursa Mayor?"

"Yang kiri Ursa Mayor, yang kanan Ursa Minor. Ibu saya suka sekali bercerita tentang astronomi pada saya, jadi saya tahu. Setiap mau tidur selalu didongengi kisah mitologi astronomi yang seru banget, apalagi soal rasi bintang. Di rumah juga ada buku astronomi dan ilustrasinya gitu." Bagas menoleh ke arah Cana dan tersenyum. "Manis sekali. Pacarmu ya, Lam?"

"Iya," jawab Alam.

"Bukan," jawab Cana bersamaan.

Mereka saling menoleh dan Alam menatap Cana seakan-akan mereka melakukan kesalahan besar. Wajah Alam begitu tersakiti, tapi terlihat konyol dan lucu.

Bagas tertawa. "Jadi, pacar atau bukan?"

"Belum resmi sih, Bang. Bentar lagi saya resmiin deh, Bang."

Cana memutar bola matanya.

Bagas kembali tertawa. "Yang beginian sih harus cepet, Lam." Bagas meneliti wajah Cana. "Tapi, rasanya gak asing deh. Kita pernah ketemu, ya?" tanya Bagas pada Cana.

Cana langsung salah tingkah. "Ehmm..."

"Eh? Kamu sepupunya Arunika itu, bukan? Kita ketemu di laundry, kan? Saya ketemu Alam juga."

Duh.... Cana mulai kebingungan.

"Iya dia sepupu Arunika, Bang. Kemarin saya, adik saya, dan Cana memang ke laundry bareng gitu kebetulan. Saya pikir Ayah saya nyuci baju di situ, eh sekalian si Cana ketemu sama Ibu Nita. Jadi... yaudah..."

"Oh gitu..." Bagas tetap menatap curiga, tidak puas dengan jawaban Alam.

"Bang, Maia di The Seven Sisters tuh ada hubungan apa sama Arcas?" Alam bertanya tiba-tiba dengan santai tanpa takut Bagas curigai.

"Kamu jadi tertarik banget ya sama mitologi rasi bintang? Hmmm tapi kenapa tiba-tiba nanyain Maia?"

"Penasaran sih Bang soalnya pernah baca gitu kalau Maia dan Arcas punya hubungan, tapi kayak rada lupa gitu deh. Ada di soal mitologi astronomi gitu jadi yaa kepo aja hehehe."

"Kamu anak IPS?"

"IPA, Bang. Tapi yaaa suka ajaa gitu baca begituan."

Bagas mengangguk. "Hmmm seingat saya, waktu Callisto mati, si Arcas dititipin ke Maia gitu. Ya versinya banyak sih, tapi yang itu deh yang paling dekat buat jelasin hubungan antara Maia dan Arcas."

Alam mengangguk-anggukkan kepalanya, sebuah pertanda bahwa ia mengerti apa yang diucapkan Bagas.

"Satya ngomong apa aja sama kamu? Saya penasaran, deh," kata Bagas tiba-tiba.

Alam berdeham. "Ehm... gak ada ngomong apa-apa sih, Bang. Kenapa, Bang?"

"Dia itu aneh banget orangnya."

"Aneh kenapa, Bang?" Alam menaikkan sebelah alis.

Belum sempat Bagas menjawab, pramusaji datang meletakkan pesanan Alam dan Cana. Tak lama kemudian, pesanan Bagas juga diletakkan. Setelah ia pergi, Bagas baru bisa menjawab.

"Ya aneh. Gimana ya... freak gitu lah. Dia gak terlalu suka sama saya. Kalau dia ngomong macem-macem, gak usah didengerin." Bagas menyuap kentang goreng ke dalam mulutnya. "Maaf jadi bahas dia. Bahas yang lain aja. Oh iya, kapan mau hunting foto?"

"Lam, gue pergi ke toilet dulu," bisik Cana.

"Sendiri? Mau ditemenin?"

"Apaan sih!"

"Ya di luar gue temenin, bukan masuk," Alam terkekeh.

"Gak usah. Gue sendiri."

"Yakin? Bukan apa-apa, sih. Takut aja lo kenapa-napa."

"Manis banget ya Alam." Bagas tertawa. "Baru kali ini sih saya lihat cowok yang mau nemenin cewek sampai di depan ruang toilet. Tapi, orang bakal mikir yang aneh-aneh sih, Lam."

Alam menggaruk belakang kepalanya. "Bukan gitu, Bang..."

"Udah, gue pergi."

"Yaudah hati-hati ya." Alam kemudian berbisik. "Kalau lo lihat sesuatu yang aneh, langsung kabur aja panggil gue."

"Iya iya..." Cana menghela napas dan langsung bergegas pergi ke toilet.

~~~

Cana menyalakan keran air dan membiarkan derasnya air menghujam telapak tangannya. Ia hanya bisa mendengar suara air yang mengalir deras, sebab suara musik di luar toilet teredam. Tak ada siapa pun di toilet, hanya ada dirinya sendiri.

Suara air yang deras terdistraksi oleh suara samar-samar yang halus namun menggema, yaitu suara anak kecil yang bersenandung. Cana mematikan keran air, kemudian mengangkat kepalanya cepat dan menatap kaca. Tak ada apa pun di belakangnya. Cana menoleh, ada tiga bilik toilet di belakangnya yang pintunya tertutup, hanya sedikit menyisakan celah di pintu yang menandakan bahwa ketiga pintu tak dikunci. Suara itu berhenti bersamaan dengan air yang berhenti mengalir.

Setelah meyakinkan dirinya sendiri bahwa tak ada siapapun di toilet, Cana kembali membuka keran air berniat mencuci mukanya. Pikirannya melayang pada Bagas, ketika lelaki itu bercerita soal hubungan Maia dan Arcas.

Maia, Callisto, Hera. Siapa orang-orang ini? pikir Cana sambil menatap air yang perlahan masuk ke lubang westafel.

"Satu domba... dua domba, tiga domba. Satu kumbang... dua kumbang, tiga kumbang, Mr. Nut telah datang..." Suara lembut anak kecil kembali menggema, kali ini terasa lebih nyaring.

Cana membeku di tempat selama beberapa saat. Ia merasa seseorang tengah berdiri di belakangnya. Ia tahu itu Ana. Meskipun seharusnya ia terbiasa dengan kehadiran Ana yang selalu datang tiba-tiba, tetap saja selalu ada efek tidak nyaman setiap gadis kecil itu datang dan Cana selalu tak bisa mengontrol detak jantungnya. Bulu kuduknya selalu berdiri dan ia selalu merasa sesuatu yang dingin menyentuh tengkuknya, seperti angin dingin yang datang sebagai pertanda musim dingin akan tiba. Biar bagaimana pun, Ana berbeda. Dia bukan manusia.

Cana mengatur napasnya, kemudian perlahan tangannya menutup air keran. Suara Ana menghilang, hanya ada suara tetesan air yang menghantam westafel yang tersisa di ruangan. Pelan-pelan Cana mengangkat kepalanya kembali hingga ia bisa melihat pantulan wajahnya di kaca. Tetap tak ada apa pun. Toilet menjadi semakin sunyi. Suara tetesan air menjadi satu-satunya peramai tempat ini. Cana menunggu beberapa saat hingga ia bisa mendengar suara lagi. Suara bisikan yang tak ia mengerti di ujung toilet. Lampu meredup, dan kembali menyala. Begitu berulang-ulang.

Cana meneguk salivanya kasar, kemudian perlahan melangkah menuju ke toilet ujung. Ia melangkah begitu perlahan seakan-akan takut bila suara langkah kakinya bisa mengganggu suara bisikan itu. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, hingga beberapa langkah yang Cana tak hitung, mengantarkan dirinya berada di depan pintu toilet ketiga. Cana masih bisa mendengar suara bisikan tak jelas yang keluar dari dalam pintu dan menggema halus di ruangan yang sepi. Dengan tangan yang bergetar hebat, Cana menyentuh pintu toilet dan mendorongnya pelan.

Kreeekkk.... Bunyi engsel pintu terdengar nyaring. Cana membuka pintu seutuhnya dan tak ada siapapun. Suara bisikan itu berhenti. Cana ingin bernapas lega, namun suasana masih terasa tegang dan sunyi. Ia berniat keluar dari toilet ini namun ia kembali mendengar suara lain.

Sreeetttt.... kretekk...

Suara sesuatu yang diseret ditemani dengan suara aneh seperti tulang yang patah terdengar. Suara itu bukan berasal dari bawah, namun dari atas.

Cana membeku sebentar hingga perlahan menoleh ke belakang. Begitu pelan dan ia bisa merasakan detak jantungnya yang berdentum hebat seakan sesuatu tengah memaksa jantungnya bekerja lebih ekstra dari biasanya. Jemari-jemarinya terasa sedingin es. Terutama ketika ia melihat apa yang ada di depannya. Rasanya jantung miliknya hendak melompat ke perut.

Ia melihat seorang gadis berambut panjang dan bergaun maroon yang merangkak dengan tangan menumpu tubuh dan kaki yang diseret. Tidak, ia tidak merangkak di lantai, tapi ia merangkak di langit-langit toilet, seakan-akan ada lem yang bisa membuat tubuhnya melekat pada langit-langit toilet tanpa terjatuh. Bahkan, rambutnya tak menjuntai ke bawah. Rambutnya tetap menutupi wajahnya. Ia merangkak mundur turun ke bawah dan wajahnya yang tertutup rambut masih menghadap Cana. Lehernya bengkok hingga kepalanya sedikit miring. Suara keretak terdengar ketika ia meluruskan kepalanya.

Cana sama sekali tak bisa bergerak. Ia berdiri seperti patung dengan wajah yang membelalak sementara gadis itu terus merangkak mundur pelan, namun pasti. Jejak darah terlihat dari langit-langit hingga menuruni dinding. Ketika kakinya telah menyentuh lantai dan wajahnya membelakangi Cana. Ia memutar perlahan kepalanya ke belakang seperti burung hantu dan suara keretak dari kepalanya terdengar nyaring. Ia berusaha berdiri meskipun kakinya diselimuti cairan merah kental yang menetes-netes di lantai. Ia memutar tubuhnya, sementara kepalanya yang sebelumnya ia putar tetap menghadap Cana, tak bergerak sama sekali. Ketika tubuhnya seutuhnya telah menghadap Cana, ia terlihat kesulitan berjalan sekaan seluruh tulangnya hancur dan tak berada pada tempatnya. Ia terjatuh, dengan tangan yang menumpu tubuhnya. Ia tetap tak bisa berjalan. Akhirnya, ia menyeret begitu saja kakinya mendekati Cana.

Cana melangkah mundur dengan wajah pucat pasi. Ia sama sekali tak bisa mengeluarkan suara seakan-akan pita suaranya tak pernah bersemayam di lehernya. Ia tak bisa melangkah mundur lagi karena saat ini, ia berada tepat menempel pada dinding. Lampu toilet meredup, namun tidak mati. Seakan-akan lampu di ruangan ini diperintah oleh Si Gadis Bergaun Merah untuk membantunya menciutkan nyali Cana.

"Ka-kau... akan... ter-lambat..." Suara gadis itu serak dan berat. Ia kesulitan berbicara, mungkin karena lehernya yang sudah patah. "Di-dia... tahu..." Suara perempuan itu mengerikan sekaligus menyedihkan. Suaranya mampu membuat Cana bersimpatik sekaligus ketakutan.

Sreeettt.... sreettt...

"Aku... memberimu kesempatan... dan ingatan.... kenapa.... masih terlambat?" Dia mulai terisak. Kini jarak mereka sangat dekat. Ia kembali berusaha berdiri hingga wajahnya sejajar dengan Cana.

Tangan gadis itu menyentuh pipi Cana. Ia mendekatkan wajahnya pada Cana, kemudian berbisik. "Dia melihatmu... beruang kecil.... melihatmu dari atas... sekarang... ia melihatmu... ia menunggu... di bawah pohon pinus... mahkota kedua... carilah mahkota kumbang kedua... tidak ada waktu lagi...."

Seberkas kenangan masuk begitu saja bertubi-tubi membuat kepala Cana sakit tak terhankan. Mereka berdesakkan dan secara acak masuk ke kepala Cana. Satu kenangan tergambar jelas berderet hingga membuat kepala Cana semakin berat. Setelah itu, tubuh Cana melemas dan ia merosot terjatuh keras di atas lantai.

Kenangan itu hadir. Dan Cana terpaksa mempersilakannya masuk sambil memejamkan mata.

~~~

Chapter ini singkat padat jelas awokwowkowk siapa kumbang kedua hayo awokwowkwokwok.

Btw monmaap ya susah nulis scene hantu. Monmaap banget klo belum kerasa. Ntar kapan-kapan diedit. Atau u bacanya malam-malam aja.

Ohiya, aku sama kiranada dan partner kami satu lagi, sedang mengerjakan proyek baru yang zeruuuuuu bangeddd. Gak sabar buat menuliskannya wkwkwk. Kan kalian terbiasa sama mitologi Eropa, jadi mari kita jelajahi mitologi Indonesia yang gak kalah seruuu. Proyek ini bakal jadi proyek fantasi, mythical, sedikit hisfic mungkin, magical, sedikit misteri, dan tentu saja thriller. Semoga di luar ekspektasi yaw muehehehe. Aku sih sejauh ini suka ya karena ini bakal banyaaakkk banget fantasinya gitu. Oww first time ngerjain fantasi sedominan itu! Hihihi exciteddd.

Itu aja deh. Jangan lupa beli buku pertama w 'Love Without Words' di Gramedia terdekat kota u~~

See you next timee!

With love,

Dhey 💋

Continue Reading

You'll Also Like

41K 2.3K 24
๐ƒ๐š๐ซ๐ค ๐‘๐จ๐ฆ๐š๐ง๐œ๐ž|๐“๐ก๐ซ๐ข๐ฅ๐ฅ๐ž๐ซ. ๐ƒ๐ข๐ค๐ฎ๐ซ๐ฎ๐ง๐  ๐๐ข ๐ซ๐ฎ๐š๐ง๐ ๐š๐ง ๐ญ๐š๐ง๐ฉ๐š ๐ฃ๐ž๐ง๐๐ž๐ฅ๐š. ๐ƒ๐ข๐ค๐ž๐ง๐๐š๐ฅ๐ข๐ค๐š๐ง ๐›๐š๐ค ๐ก๐ž๐ฐ๐š๐ง...
442K 12.2K 58
[Budayakan VOTE Sebelum Membaca] The Billionaire Prison [Love is Difficult] Sungai Thames, London. ๐Ÿ“Œ "Bersihkan semua, jangan sampai ada yang tertin...
4.3K 808 15
Bisakah dia bertahan hidup di tengah wabah zombie yang tak mengenal ampun? Ditambah lagi, dia harus melakukannya bersama orang-orang yang tak pernah...
10.7K 1.6K 10
Catherine Zeta Vallencia, atau kerap di sapa dengan nama "Erine." Awalnya ke hidupan Erine begitu bebas tanpa hambatan, kini malah berubah derastis k...