Kunci dan Gembok #1 [END]

By majasto

296K 39.4K 18K

Harap membaca deskripsi cerita, agar nantinya tidak kecewa. Kenapa? Karena beberapa part akhir dalam cerita... More

Perkenalan
šŸ” K&G 01
šŸ” K&G 02
šŸ” K&G 03
šŸ” K&G 04
šŸ” K&G 05
šŸ” K&G 06
šŸ” K&G 07
šŸ” K&G 09
šŸ” K&G 10 (A)
šŸ” K&G 10 (B)
šŸ” K&G 11
šŸ” K&G 12
šŸ” K&G 13
šŸ” K&G 14
šŸ” K&G 15
šŸ” K&G 16
šŸ” K&G 17
šŸ” K&G 18
šŸ” K&G 19
āš ļø - šŸ” K&G 20 - āš ļø
šŸ” K&G 21
šŸ” K&G 22
šŸ” K&G 23
šŸ” K&G 24
šŸ” K&G 25
šŸ” K&G 26
āš ļø- šŸ” K&G 27 - āš ļø
šŸ” K&G 28
šŸ” K&G 29
šŸ” K&G 30

šŸ” K&G 08

7.6K 1K 673
By majasto

Menikah, Sah, Gelisah!
-Resha

~~o0o~~

Niken hanya terdiam sambil menatap cincin cantik yang sudah dia pegang, entah harus merasa gembira atau kecewa, dia nampak bingung. Gembira karena ucapan Resha sesuai dengan jawaban yang sebelumnya sudah dia mantabkan, namun setelah mendengar penjelasan Resha membuatnya merasa kecewa, terlebih mengingat surat dari Sinta.

Niken segera berdiri menatap kedai kopi, nampak seorang yang sudah menaiki motor dan melaju cepat meninggalkan tempat, dia menghela napas panjang hanya bisa terus melihat motor yang semakin jauh dipandang. Kakinya melangkah pelan, menyisakan bingung juga kekecewaan, dia menyesali jawaban yang belum dia jelaskan,terganggu dengan apa yang Resha ucapkan, namun juga tidak ingin berakhir di pelaminan.

Kring....

Niken masuk kembali ke kedai kopi, langsung menuju meja sebelumnya yang dia tempati dengan Fandi yang menatapnya bingung juga khawatir.

"Ada masalah?"

Niken tersenyum, "Hmmm, gak papa kok Bang"

Fandi mengangguk, Dia berbohong, batinnya, "Mau nambah Latte?" lanjut tawarnya

Niken menggeleng, "Enggak Bang" jawabnya lalu menatap jam yang melingkar di tangan kirinya, "Gue balik ya Bang, takut sampe rumah kemaleman"

Fandi tersenyum, "Hmmm, lain kali main lagi ke sini, kalau masih mau belajar meracik kopi,kedai selalu terbuka buat lo"

Niken mencoba gembira agar Fandi tidak semakin mencurigainya, "Siap Bang, cantik pulang dulu ya"

"Hati-hati, salam buat Bapak Ibu di sana"

"Oke" jawab Niken sambil mengangkat dua jempol lalu keluar dari kedai.

"Kenapa dia?" gumam pelan Fandi.

*

Malam harinya saat makan malam nampak anteng empat orang menikmati menu yang ada, hingga lirikan demi lirikan saling mereka lancarkan membuat Dodi yang duduk di sana kebingungan, terlebih saat Mysha dan Rico meliriknya penuh tanya. Tidak lain, tidak bukan karena ulah si Resha, yang tidak semangat menyantap makan malam dan sesekali membuat makanan itu sebagai mainan, hingga membuat orang tua penasaran juga kebingungan.

"Udah kenyang, ngantuk banget. Mau tidur dulu Ma, Pa" ucap tiba-tiba Resha lalu beranjak menuju kamar membuat ketiganya hanya diam menatapnya tanpa menjawab.

Setelah terdengar suara pintu tertutup segera Mysha dan Rico bersamaan menatap tajam Dodi, hingga membuatnya tersedak kemudian meneguk segelas air putih.

Menakutkan, gue lagi yang kena, batin Dodi.

"Kesambet apa itu anak Di? Masak iya kesambet cewek Bandung?" tanya penasaran Mysha.

"Iya aneh lagi itu anak, belum cukup apa kemarin Papa nasihatin" imbuh Rico

"Dodi juga bingung Om, Tante"

"Memang tadi ada masalah apa gitu? Atau ada kejadian apalah di sana?" tanya Mysha kembali

Dodi meneguk saliva, "Awalnya Dodi juga kaget Om, Tante. Dodi kira itu anak tidur di pos kapling, soalnya nunduk gitu, eh tanya lagi baca kertas abis itu kelihatan nangis, matanya merah" jelasnya

Mysha dan Rico saling menatap lalu tertawa terbahak-bahak, membuat Dodi terkejut dan kebingungan.

Malah ngakak, batin Dodi

"Resha nangis Pa? Karena surat? Lemah banget" ejek Mysha sambil memegangi perut dan terus tertawa

"Iya Ma, anak seperti itu nangis. Tidak cocok" imbuh Rico yang tidak kalah cekikikan.

"Beneran Om, Tante. Dodi enggak bohong" timpal Dodi membuat tawa keduanya seketika terhenti.

"Menangis?" tanya Mysha memastikan begitu serius.

"Iya, matanya memerah basah gitu"

Mysha dan Rico saling menatap, "Sepertinya bener Ma, kemarin itu dia bilang jika calon istrinya menghilang tanpa kabar"

"Waduh"

Dodi mengangguk, Ngeyel sih, malah diketawain.

"Ada lagi yang kamu tahu Di?" tanya Mysha semakin penasaran

"Hmmm, ada Tante. Jadi setelah dari pos kampling itu kami memutuskan pulang, tapi ditengah perjalanan kami mampir di kedai kopi hingga bertemulah dengan seorang gadis cantik, sudah curiga Dodi disana Tante, soalnya mereka saling menatap lama hingga selanjutnya Resha memutuskan untuk membungkus kopi tidak menikmatinya di kedai" jelas panjang Dodi begitu serius membuat Rico dan Mysha antusias mendengarnya

"Terus-terus?" pinta Rico

"Bentar Om, haus"

Rico memberikan segelas air putih, "Minum punya Om" perintahnya.

Dodi menghela napas setelah meneguk segelas air putih, "Setelah itu si gadis meminta untuk mengobrol dengan Resha, nah akhirnya Dodi ditinggal dan mereka mengobrol berdua, Dodi juga penasaran tapi enggak tahu apa yang mereka bicarakan, tidak lama sih mereka ngobrolnya Om, Tante. Setelah itu Resha kembali dan mengajak pulang, sepanjang jalan Dodi nyebut, gilak senam jantung Om, Tante. Bingung mau pegangan di mana, Resha kesetanan setelah menemui gadis itu, sampe sekarang ini sepertinya setan masih nempel Om, Tante" jelas panjang Dodi kembali

Rico mengangguk, "Mungkin dia ditolak"

"Husss, jangan bilang gitu" ucap Mysha membuat Rico mengatupkan bibir, "Jadi karena wanita ya" lanjutnya

"Sepertinya begitu Tante"

"Mari kita terus pantau" ajak Rico

"Siap 86" jawab Dodi

"Lapor, lapor, jika ada gerak-gerik mencurigakan" imbuh Mysha kemudian ketiganya mengangguk bersamaan.

*

Mentari menyapa kembali, bersama kicauan burung yang mengiringi, namun dua sosok diatas kasur masih nyenyak tidur. Posisi keduanya terlentang, saling berebutan tempat, maklum karena mereka pria. Tidak jarang Dodi menerima tendangan juga pukulan, hingga tidak terima dan sering membalas dengan perlakuan yang sama, membuat keduanya saling dorong-mendorong tidak ada yang mau mengalah.

Dodi menjauhkan lengan Resha yang ada diatas dadanya, membuat Resha kesal lalu menggerakkan kaki hingga menimpa kaki Dodi, mulailah pergelutan saling menendang dan mendorong hingga dering hp mengusik keduanya.

"Hp lo matiin, berisik banget" ucap Dodi seperti mengigau

"Bukan hp gue, nada dering gue bukan dangdut gitu" jawab malas Resha

Dodi menghela napas, "Nada hp gue lagu Tayo bro" gumamnya lalu memiringkan tubuh dan mulai merangkak diatas tubuh Resha.

"Mau ngapain sih lo" keluh kesal Resha sambil mendorong tubuh Dodi, "Gue lagi puasa, gak pengen Ana ena"

Dodi mendengus kesal kembali, "Itu hp lo berisik" ucapnya kesal, "Angkatlah itu hp"

"Hssss...." Resha kesal lalu meraba nakas bertepatan dengan hp yang berhenti berdering, "Bagus dah mati"

"Kenapa lo tolak teleponnya, Solikin?"

"Berisik! Gue mau tidur lagi" jawab Resha lalu hp berdering kembali membuatnya kesal memukul-mukul kasur, "Shit! Siapa sih pagi-pagi dah rusuh"

"Makanya buruan angkat" tegas Dodi.

"Hallo" jawab Resha kesal dengan suara khas bangun tidur.

"Resha?" tanya seorang diseberang, terdengar dari suaranya adalah seorang wanita.

"Iya, siapa ini?"

"Niken"

"Niken siapa?" tanya Resha kembali masih belum sepenuhnya sadar.

"Calon istri lo"

"Pagi-pagi udah ada orang salah sambung ini, bikin rusuh aja lo" keluhnya lalu menutup telepon.

"Siapa Res?" tanya Dodi yang nampak sudah sepenuhnya sadar duduk diatas kasur

Resha tertawa lalu memutar tubuh menjadi tengkurap, "Salah sambung paling, ya kali dia kata calon istri gue"

Dodi tertawa terbahak-bahak, "Pagi-pagi dapat telepon dari calon istri, harusnya lo bahagia. Coba aja itu telepon dari tukang nagih utang, lo baru marah-marah"

Calon istri? Utang? batin Resha kemudian kedua mata terbuka hingga melotot, "Niken?"gumamnya lalu seketika bangun sambil menyambar hp dan terkejut ketika mendapati panggilan masuk dari nomor baru, hingga membuatnya segera menelpon balik.

"Hallo" jawab malas seorang wanita diseberang.

"Niken?" Resha memastikan

"Iya ini gue. Bangun lo, katanya mau jadi calon suami"

"Lo tadi bilang apa?"

"Iya ini gue. Bangun lo, katanya mau jadi calon suami"

Resha mendengus kesal, "Bukan itu, tadi sebelumnya pas lo yang telepon gue" tegasnya hingga hening tidak ada jawaban, membuat Resha segera mengecek hp namun terlihat telepon masih terhubung.

"Hei? Tidur lo?"

"Gue mau jadi istri lo" terdengar suara pelan dari Niken membuat Resha terkejut.

"Lo gak bercanda, kan?"

"Meski sebenarnya gue ini terpaksa melakukannya, tapi nikah bukan bahan untuk candaan" tegasnya

Resha terkejut, "Nanti gue hubungi lagi, awas kalau gak lo angkat" ancamnya lalu menutup telepon.

Resha masih tidak percaya hingga hp yang ada digenggaman jatuh ke kasur, membuat Dodi yang sedari tadi menatapnya semakin bingung juga penasaran.

"Kenapa?"

"Gue mau nikah" jawab Resha pelan sambil menatap Dodi

"Nikah?"

Resha tersenyum lalu menarik Dodi hingga jatuh ke kasur dan memeluknya erat.

"Iya gue mau nikah Dodipret" teriaknya gembira membuat Dodi kebingungan dan berusaha mendorong tubuh Resha

"Hmmm iya, tapi jangan main peluk-peluk erat sambil goyang-goyang gitu dong" rengeknya namun tidak diperhatikan oleh Resha karena saking bahagianya.

"Gue mau nikah" teriak Resha

"Menyingkirlah" geramnya dengan sekuat tenaga mendorong Resha, "Jijik" tegasnya kesal

Resha tertawa, "Sorry bro, gue lagi dapet durian runtuh" jawabnya lalu beranjak meninggalkan Dodi

"Kagak waras" lanjutnya lalu menatap selangkangan

*

Resha tersenyum mendapati Mysha yang sedang sibuk memasak di dapur lalu berlari menghampirinya.

"Mama" teriak Resha lalu memeluknya erat membuat Mysha terkejut, "Aku cinta Mama"

Mysha masih terlihat kebingungan lalu membalas pelukan Resha sambil mengelus punggungnya.

"Hmmm, Mama juga" jawab Mysha, Kenapa ini anak, semalam murung tidak ada semangat hidup, eh ini pagi-pagi sudah main peluk.

"Resha mau nikah Ma" ucap Resha begitu gembira membuat Mysha terkejut tidak percaya.

Menikah? Sudah ketemu itu wanita? Mau nikah sama anak bentukan kayak Resha? batin Mysha tidak percaya.

"Dimana Papa Ma?" tanya Resha setelah melepas pelukan.

"Dibelakang, bersihin kolam" jawabnya masih bingung lalu Resha tersenyum dan segera berlari menuju belakang, "Kesambet apa itu anak?"

Resha tertawa menatap Rico yang sedang berusaha mengambil bungkus rokok yang semalam terjebur di kolam, segera dia menghampiri dan meneriakinya.

"Papa" teriak Resha gembira membuat Rico terkejut hingga menjatuhkan pipa paralon yang dia gunakan untuk mengambil bungkus rokok ke kolam.

"Astaga anak itu ya" keluh Rico

Resha segera berlari dan memeluk Rico, "Aku sayang Papa" ucapnya gembira sambil memeluk erat Rico

Rico terkejut dan kebingungan, "Kamu ngelindur ya?" tanyanya namun tidak dijawab Resha membuat Rico segera membalas pelukan sambil menepuk kasar pantat Resha, "Ya, ya, ya, Papa juga sayang anak Papa yang satu ini"

Rico terus menepuk-nepuk pantat Resha karena gemas juga penasaran dengan tingkah polah anaknya itu, hingga saat Resha melepas pelukan segera Rico mendorong hingga Resha terjebur ke kolam.

"Mandi Nak, pagi-pagi kesambert apa kamu?" ejek Rico lalu tertawa.

Resha nampak tersenyum setelah mengusap wajahnya, "Aku mau nikah Pa" teriaknya membuat Rico terkejut

"Menikah?"

"Iya, menikah"

"Bener-bener kesambet ini anak, mandi-mandi sekalian kuras itu kolam Nak"

Resha tertawa lalu berusaha keluar dari kolam, berdiri dan melangkah menghampiri Rico yang mulai ketakutan.

"Hei, hei, jangan main-main" ancamnya namun tidak diperhatikan oleh Resha yang terlihat tersenyum sinis lalu memeluk Rico dan menceburkan diri ke kolam

"Hssss, balas dendam ini anak" keluh Rico membuat Resha tertawa gembira sambil menyipratkan air ke wajah Rico, "Wah, wah, ngajak berantem ini anak"

"Aku mau nikah, aku mau nikah, aku mau nikah" gumam gembira Resha

Rico penasaran hingga mendekat dan memiting leher Resha, "Beneran? Bukannya cewek itu katamu menghilang?"

"Baru saja dia telepon Pa, dia bilang bersedia menikah denganku" jelas Resha

Ada juga yang mau sama anak seperti ini, menarik sekali, batin Rico lalu memoles kepala Resha, "Kamu tidak bohong?" tanya Rico memastikan

"Enggak Pa"

Rico segera memeluk Resha hingga keduanya lompat-lompat di dalam kolam, membuat Mysha yang ada di dapur terganggu lalu menghampiri, geram, berkacak pinggang, melihat tingkah dua bocah di kolam.

"Bocah!" teriak Mysha membuat Rico dan Resha terkejut, "Buruan kuras kolamnya, malah main-main" lanjut bentak Mysha membuat keduanya meneguk saliva lalu mengangguk.

"Iya Ma" jawab pelan Rico

"Anak, Bapak sama saja, masih seperti bocah" keluh Mysha lalu kembali ke dapur membuat keduanya menahan tawa, saling menatap lalu tertawa bersama dan kembali bermain air di dalam kolam.

*

"Res lo beneran mau nikah? Lo gak bercanda?" tanya Dodi memastikan sambil menatap Resha yang sedang bersiap-siap untuk pergi.

Resha tersenyum, "Yakin dong" jawabnya semangat

Dodi menghela napas, "Jadi lo bilang gak mau sekontrakan itu karena ini"

"Tenang, lo bisa tinggal sama gue. Gratis, tapi ya lo nyapu, ngepel, nyuci gitu" jelas Resha sambil mengelus punggung Dodi

"Gak, bukan karena gak mau kerja, gue takut jadi pebinor" tegasnya membuat Resha tertawa

"Ada-ada aja lo solikin" ejek Resha.

"Terus lo ini mau kemana Res?" tanya Dodi penasaran.

"Ketemu mertua dong" jawabnya percaya diri membuat Dodi menggeleng

"Lo mau ngomong apa entar? Nyiapin apa lo? Punya apa lo? Biar bisa buat percaya mertua"

"Apa ya? Gue juga bingung. Ganteng? udah, mandiri? juga udah, duit? Masihlah ditabungan dan cukup buat nikah, pekerjaan? Ada rejeki lolos CPNS, modal yakin ajalah" jelasnya tanpa ragu dan begitu mantab.

Dodi megangguk, "Iya sih, lo udah punya cukup materi, ingat ya cuma cukup, kagak ada lebih-lebihnya, otak sama hati lo gue kagak yakin, tingkah lo juga masih kek bocah gitu. Tapi yang bikin gue penasaran kok ada cewe yang mau ya nikah sama lo, Res?"

Resha menjitak kepala Dodi, "Diem lo solikin, berisik aja" ucapnya kesal, "Udah gue mau berangkat"

"Tapi Res, gue dirumah sendiri gitu?" keluh Dodi

Resha menghela napas, "Tadi lo udah denger kata Mama, dirumah aja daripada ilang diculik, sekarang lagi musim itu diculik lalu dimutilasi, lo gak takut apa? Papa juga bilang anggap aja rumah sendiri, lo bebas mau ngapain aja, laper itu dapur banyak mie, bosen tinggal lihat tv, bingung? Jangan gantung diri, entar rumah gue jadi tambah penghuni, oke?"

"Tapi Res..." belum selesai Dodi menjawab Resha menempelkan jari telunjuk ke bibirnya

"Diam, gak usah rewel. Di rumah aja, kalau mau pergi ya boleh, tapi semua pintu dan gerbang di kunci" jelasnya, "Ingat, penculikan dan mutilasi" lanjutnya menakut-nakuti membuat Dodi diam meneguk saliva ketakutan

"Daaa, gue berangkat dulu ya. Do'a in dapat restu mertua" teriak Resha sambil melangkah keluar kamar lalu meraih ponselnya disaku.

"Hallo" jawab seorang wanita terdengar malas

Resha tersenyum, "Lo dimana?"

"Rumah"

"Bagus, gue mau ke sana buat ketemu sama calon mertua. Lo kirim lokasi rumah ya, jangan lupa" perintah Resha

"Woi, lo bercanda?" teriak Niken

Shit! Sakit kuping ini, batin Resha sambil menjauhkan hp dari telinga, "Kenapa bercanda? Kita harus buru-buru nikah, kalau gue dah mulai kerja akan sulit, lagian juga anak baru masak langsung minta cuti"

"Kerja?" tanya Niken tidak percaya

"Tenang saja, hidup lo bakal tentram ke depannya. Gue lolos CPNS, dinas gue nanti di Bandung" jelas Resha percaya diri

"Oh gitu"

"Gimana? Hebatkan gue?"

"Biasa aja tuh"

Resha terkejut, "Udah buruan lo kirim koordinat rumah lo, pegang terus itu hp, sewaktu-waktu gue bakal telepon elo"

"Iya bawel"

"Lo yang bawel, buruan kirim"

"Berisik ah"

Resha tersenyum, "Gue tutup, jangan kangen" ucapnya lalu mengakhiri telepon dan tertawa gembira hingga sebuah notifikasi WhatsApp mengganggunya.

Sorayem

"Mares, maaf Sora baru menghubungi"

"Sora mau pamit ya"

"Sora mau belajar di negara Mama"

"Maafkan Sora"

Seketika pupil mata itu mengecil menatap hp lalu terangkat dan menempel di telinga, menunggu, beberapa waktu, namun tidak ada jawaban diseberang hingga membuatnya kesal.

Resha mengusap kasar wajahnya, "Astaga, kenapa gue lupa sama Sora"

*

Sementara ditempat lain Niken terlihat kebingungan dengan apa yang sudah dia perbuat, semalam ucapan Resha terus menghantui hingga membuat sesuatu mendorong dirinya dan berkata tidak terduga didepan orang tua. Terkejut sudah pasti namun tidak ada emosi, justru terharu dan mendukung keputusan itu, terutama sang Abah, membuat Niken kebingungan sendiri, dengan apa yang sudah dia lakukan juga apa yang sebenarnya terjadi, ada penyesalan selebihnya masih tetap dia kebingungan.

Menikah?

Bukan karena ucapan Resha saja yang membuat dia memutuskan untuk menerima lamaran itu, namun satu alasan yang membuatnya segera mengambil keputusan, untuk naik ke pelaminan. Karena mantan, segera Niken menatap sebuah foto di dinding dengan bagian wajah yang sudah tertutup stiker kepala anjing, lalu membuka chat grub 'gabut' yang sempat membahas acara pernikahan. Lelaki itu, pernah menjalin hubungan bersama Niken lebih dari tiga tahun, kandas, berakhir dua bulan yang lalu, dengan sebuah alasan klasik, ingin mencari wanita yang lebih baik.

Niken mengepalkan tangan, "Wanita baik tidak akan mengambil pasangan orang lain"

Entah setan apa yang menghasut Niken, karena satu alasan itu membuatnya memutuskan menerima lamaran juga menginginkan segera ke pelaminan, mendahului sang mantan yang kabarnya tiga Minggu lagi juga akan mengadakan acara perkawinan.

"Aku harus lebih dulu, ini pembuktian" geram Niken lalu melempar bantal ke dinding yang ada foto sang mantan disana

"Neng ayo bantu Ibu" teriak sang Ibu mengejutkan Niken

Niken meneguk saliva lalu merapikan rambutnya, "Iya Bu" segera dia berdiri dan berlari keluar kamar.

"Anak perempuan udah minta nikah kok jam segini masih di kamar saja, tidak baik itu Neng" jelas sang Ibu, yang bernama Sri.

Niken tersipu malu, "Maaf Bu"

"Besok kalau kamu tinggal bersama suami jangan seperti itu lagi ya Neng, pagi bangun terus bersih-bersih atau menyiapkan sarapan. Kalau bisa itu jangan sampai suami bangun lebih dulu, nanti malu, apalagi kamunya males-malesan gitu" jelas kembali sang Ibu

Ibu kok sudah bahas suami-suami ya, jadi gak enak gue, mana suruh masak lagi, gue kan gag bisa, batin Niken, "Iya siap Bu" lanjut jawabnya

"Yaudah ayo Ibu ajak ke kebun cari sayur, sekalian nanti buat menu makan siang" ajak Sri

Niken mengangguk, "Baik Bu" jawabnya lalu teringat dengan Resha, "Bentar Bu, Niken ambil hp dulu" lanjutnya lalu bergegas ke kamar hingga langkahnya terhenti saat sang Ibu meneriaki.

"Tidak perlu bawa hp, buat apa Neng" ucap Sri

Niken menggaruk kepala, "Jadi begini Bu, si itu mau main ke sini, mau bertemu Abah sama Ibu"

"Itu siapa Neng?"

Aduh gue harus bilang siapa, ya kali bilang calon suami? Ogah banget, batin Niken, "Resha Bu namanya"

"Resha?"

"Iya, si itu tuh Bu" jawabnya bingung

"Oh, calon suami kamu Neng? Namanya asing bagi Ibu, maaf, maaf" jawab Sri sambil tertawa, "Ya sudah buruan ambil hp nya, ya sudah kita ke pasar saja kalau begitu Neng, belanja bahan masakan" ajaknya

Yaelah Bu, pake acara masak-masak, gak usah, batin Niken, "Baik Bu" jawabnya dengan senyum terpaksa lalu berlari ke kamar.

*

Waktu, berputar cepat saat tidak ditunggu...

Hasil usaha Resha memuaskan, meski hanya bermodal yakin, namun mampu meluluhkan orang tua Niken hingga memberi restu, untuk meminang putri semata wayang itu.

Resha juga mengenalkan Niken ke orang tuanya, meski nampak Mysha masih saja ragu dan tidak percaya, hingga teringat ucapan Rico dan akhirnya menerima, memberi restu pada keduanya.

Kesepakatan...

Kedua keluarga dipertemukan, waktu pernikahan pun sudah ditentukan...

Tiga hari sebelum Resha memulai kerja, mereka menggelar pesta, sederhana, sengaja tidak banyak menyebar undangan, hanya ada kerabat dan sanak saudara saja.

Bahagia? Entah apa yang dirasakan keduanya, saling memendam rasa juga mungkin, kecewa? Yang tahu hanya mereka.....

*

Selasa sore, dua orang memasuki sebuah bangunan, dengan salah satu dari mereka mulai memindahkan barang bawaan. Bangunan baru untuk memulai kisah baru, bangunan yang sebelumnya pernah dilewati Resha saat survei kontrakan, hingga teringat dan membuatnya tertarik untuk dijadikan hunian, namun uang tidak cukup karena sudah dia gunakan untuk menggelar acara pesta, setelah dirinya menolak bantuan dari orang tua. Awal Resha berencana mencicilnya, hingga bangunan dua lantai itu menjadi hadiah dari orang tua, jelas bahagia, membuat Resha tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata.

Rumah minimalis, jauh dari rumah milik sang kakak. Bangunan dengan ukuran 8x15 meter itu dirasa sudah komplit, lantai dasar ada carpot cukup luas, ruang tamu, ruang keluarga, tiga buah kamar, pantri yang nyaman hingga kolam renang. Sedang lantai dua terdapat ruangan kosong yang rencananya akan Resha gunakan untuk fitness pribadi, terdapat pula kamar, ruang bersantai dan balkon di sana.

Resha tersenyum dengan pandangan mengedar, dia sangat menyukai desain rumah dengan furniture yang sudah tertata rapi setelah lima hari yang lalu dia pesan. Tidak berbeda dengan Niken, dia juga terlihat gembira, terus berkeliling melihat semua ruangan dilantai bawah, kagum, tergambar jelas di wajahnya hingga membuat Resha kesal karena dia tidak membantunya.

"Hei, lo malah cengar-cengir aja, bantu ngapa?" keluh Resha

Niken mendengus kesal, "Iya bawel"

"Bawa sendiri koper lo" perintah Resha.

"Kamar gue yang mana?" tanya Niken setelah mengetahui ada dua buah kamar di lantai dasar.

"Kalau tamu pakai yang kiri, pemilik pakai kanan. Lo tamu apa pemilik?" pancing tanya Resha

Niken menghela napas, "Kirilah" jawabnya lalu menarik koper hingga membuat Resha tersenyum sinis dan segera melangkah mengikuti Niken.

"Cuma ada kasur, lo mau?" tanya Resha

Niken berhenti didepan pintu teringat setelah sebelumnya berkeliling mengecek ruangan, Iya ya, beda sama kamar satunya, fasilitas lengkap ditambah kamar mandi ada didalam.

"Lo takut sekamar sama gue?" tantang Resha sambil memutar knop pintu.

Takut? Mana mungkin. Beranilah, lo kan gak doyan sama gue, gumam Niken dalam hati, "Takut bukan gaya gue" jawab Niken lalu melangkah, menapis tangan Resha yang masih memegang knop pintu dan masuk ke kamar terlebih dulu.

Resha mengangguk, Boleh juga, gue kira bakal takut.

Niken tersenyum dengan pandangan mengedar ke setiap sudut ruangan berwarna putih dan krem, kamar berukuran 4x5 itu nampak mewah, ranjang dengan ukuran sedang, cukup untuk dua orang, bufet minimalis dan indah lengkap dengan lemari melekat di dinding dengan loker-loker, TV LED, hiasan vas bunga dari plastik dan meja rias disana, dinding lain masih belum ada figura foto menghiasi, hanya ada jam dan AC saja.

Bagian ujung ada ruangan lagi membuat Niken penasaran lalu melangkah pelan, nampak dia kagum dengan kamar mandi yang diisi kloset, wastafel dan shower room dengan sekat kaca buram, Niken mengangguk lalu melangkah kembali hingga terkejut saat menatap Resha yang sudah telanjang dada.

"Haaaaaa..... pakai baju lo, jangan telanjang seperti itu" teriaknya setelah memutar badan dan menutup wajah dengan kedua tangan.

"Kenapa? Kita kan udah sah, lagian gue juga terbiasa telanjang"

Telanjang? Bulat? batin Niken mulai berfantasi, "Mesum" teriaknya

Resha terkejut, "Hei, bukan telanjang semua, masih pake sempak kok tenang aja"

Niken menunjuk Resha dengan posisi masih memunggungi, "Awas kalau sampai lo cuma pake sempak aja" ancamnya membuat Resha tertawa.

"Terus gue harus takut gitu sama ancaman lo? Gak! Jangan ngatur-ngatur gue" tegas Resha

"Dasar Mares" gumam Niken membuat Resha terkejut

Apa? Mares? Dia tahu?, batinnya tidak percaya lalu menghampiri Niken yang masih memunggunginya.

Resha dengan cepat memutar tubuh mungil Niken hingga membuatnya tersentak, "Tadi lo bilang apa?" tanyanya dengan lengan kanan yang melingkar di pinggang Niken

Niken meneguk saliva karena jarak mereka terlalu dekat, ditambah Resha menyentuh pinggang membuatnya tidak nyaman, dengan kedua tangan dia kepalkan dan taruh didepan dada.

"Mares" tegas Niken.

Resha tersenyum manis, "Menarik"

Melihat senyum itu membuat Niken membatu, belum pernah dia lihat dan tidak percaya sosok Resha mempunyai senyum semanis itu.

Manis senyumnya.

Resha mendekatkan wajah perlahan membuat Niken terkejut lalu memundurkan tubuh, namun Resha kembali menarik pinggangnya.

Resha tersenyum, "Tolong pindahkan baju gue ke lemari, gue mau mandi" bisiknya membuat Niken kesal lalu mendorong dada Resha.

Niken tersipu malu dan berusaha menyembunyikan wajah yang sudah memerah itu, "Hus hus, pergi sana lo. Jangan deketin gue, lo juga gak doyan, kan?"

"Jangan suka ikut campur urusan gue" Resha mengangguk, "Udah? Udah?" jawabnya lalu melankah menuju kamar mandi.

~~o0o~~

Akhirnya..... Menikah

Sengaja aku percepat karena sudah sampai delapan part, kelamaan pasti bosan, saatnya masuk ke bagian rumah tangga yang penuh warna.

Menikah karena penasaran juga pembuktian, mereka memang unik.

Sampai jumpa di kesempatan berikutnya.

Salam
Papa Onlen

Majasto
(ig : pap_jasto)

13 April 2019

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 78.5K 40
Mulanya, maksud Miura Nara menerima pernyataan cinta berondong tengil yang terus mengganggunya, adalah untuk membuatnya kapok. Dia sudah menyiapkan 1...
1M 56.9K 63
Jangan baca kalau cuma mau plagiat!! Gua nggak ikhlas!! Lu plagiat, nyolong ide, seluruh dosa gue lu yg tanggung, aamiin. "Sepertinya belum sebulan s...
400K 13.4K 22
Rank #1 romance-comedy (2 November 2024) 21 Bagasaharja Mustaf tiba-tiba harus menikahi perempuan pilihan ibunya atas nama tanggung jawab. Kesal? Te...