HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
*****
"Apa yang kau inginkan?" Ujar Damian. Damian sudah sangat hafal dengan sahabat satu nya ini, David itu sangat matre jika sudah berhubungan dengan nya. Tidak ada yang gratis bagi David jika untuk Damian. Dia itu selalu memanfaatkan Damian mentang - mentang Damian orang kaya. Padahal David juga tak kalah kaya nya dari Damian bahkan David juga CEO di perusahaan milik keluarganya.
"Ferari keluaran terbaru bulan ini, mobil itu hanya di peroduksi lima buah saja di dunia ini, salah satunya milik mu".
"Lusa mobil itu sudah ada di garasi mu"
David langsung bangkit dati baringan nya dan langsung loncat - loncat layaknya anak TK yang mendapakan permen.
Lalu setelahnya dia meringis karena rasa sakit di wajahnya karena terlaru keras berteriak.
"Awww... kau tidak berkeprimanusiaan sekali sih menghajar diriku, bagaimana jika aku mati? Kau tidak ada lagi sahabat sepertiku ini, Dam".
"Bodoh".
***
Sesuai janji Damian dua hari yang lalu, pagi hari nya saat David bangun tidur tiba - tiba ada pihak showroom datang mengantarkan sebuah mobil yang ia inginkan itu. David sudah tau itu dari siapa, siapa lagi jika bukan dari sahabat kaya nya itu. Damian Zaverro.
Ada untung nya juga dia membohongi Damian. Selain mendapatkan wanita yang ia incar dia mendapatkan mobil yang super mahal itu dengan cara cuma - cuma tanpa harus bekerja keras. Walaupun wajah tampan nya menjadi tumbal sasaran empuk dari keberuntalan Damian. Pria itu gila gerutu David.
Tapi tidak apa - apa yang penting mobil sudah ditangan. Haha.
David mengelus - ngelus body mobil itu dengan penuh kasih sayang.
Lalu dia mencoba menaiki mobil itu, senyum cerah sejak tadi tak pernah pudar dari bibir tebal nya.
"Akhirnya aku mempunyai mobil yang sama persis dengan Damian. Aku tak kalah keren setelah ini, pasti semua wanita akan terpesona denganku, apalagi Tere Marcella wanita pujaanku" bangga David seorang diri di dalam mobil mewah itu.
"Tak sia - sia pengorbanan ku yang harus mengorbankan wajah tampan ku ini"
"Damian memang sangat kejam sejak dulu padaku, apa dia tidak punya rasa kasihan padaku? Padahal aku ini kan sahabat satu - satu nya yang paling setia dunia akhirat"
"Jika aku orang lain pasti aku sudah meninggalkan nya dan mencari sahabat yang lebih manusiawi. Percuma kaya raya jika jahat. Untung saja aku ini orang yang tampan, kaya, tapi baik hati"
Gerutuan David sejak tadi tak juga berhenti mengatakan keburukan Damian seorang diri di dalam mobil mewah itu.
***
Lain di tempat David. Pagi ini di kediaman Sean sama seperti pagi - pagi lain nya. Sean turun dari lantai dua menuju meja makan masih dalam keadaan acak - acakan, baju oblong putih dan juga celana pendek selututnya. Belum lagi rambut yang mekar layak nya singa dan juga muka bantalnya.
Walaupun penampilan nya seperti itu tapi tak mengurangi ketampanan nya. Wajahnya tetap tampan seperti biasanya.
Alana yang melihat kelakuan putra kesayangan nya itu mengeleng - gelengkan kepala. Saat Alana kembali berkutat dengan makanan nya tiba - tiba tubuhnya seperti ada yang memeluk dari belakang. Siapa lagi jika bukan Sean pelakunya.
"Kakak, mandi dulu sana. Jorok sekali sih? Tuh lihat wajahnya masih ada jejak iler nya" ujar Alana menggoda.
"Ibu bohong, mana ada aku tidur ngiler" Sean tak terima dikatai ngiler oleh ibunya.
"Kak, lepas dulu. Ibu sedang menyiapkan sarapan dulu. Jangan peluk - peluk. Kakak bau. Heiiii.... jangan cium - cium ibu kakak masih bau" gerutu Alana. Sean terkekeh melihat ibunya menggerutu dan juga kesal.
Bukan nya melepaskan pelukan nya Sean justru makin erat memeluk perut ibunya.
"Kak, ibu marah loh nanti, lepas dulu. Nenek sudah menunggu. Jadi cepat mandi sebelum ibu benar - benar marah ya"
"Iya - iya" sebuah ciuman mendarat kembali ke pipi kanan Alana. Sebelum ibunya benar - benar mengamuk Sean terlebih dahulu kabur menaiki lantai dua dimana letak kamarnya.
"Sean Zaverro!" Teriak Alana. Dari lantai atas terdengar suara keras tawa Sean.
"Sudah besar tapi kelakuan masih saja seperti anak kecil" gerutu Alana sambil merapihkan kembali makanan yang ia masak tadi.
Alana memang selalu memasak setiap waktunya mereka makan. Baik itu sarapan, makan siang maupun makan malam.
Karena Sean tidak mau makan masakan orang lain selain masakan ibunya. Semenjak Alana kembali lagi hanya masakan ibunya lah yang selalu Sean makan.
Bahkan Sean selalu pulang saat makan siang atau supir nya yang mengambil bekal makanan yang sudah Alana siapkan jika dia tidak sempat pulang kerumah.
19:00 pm.
Beberapa menit yang lalu Sean menghubungi nya jika malam ini putra nya tidak bisa ikut makan malam bahkan akan pulang telat. Sean mengatakan akan lembur karena pekerjaan nya sangat menumpuk dan harus selesai sesuai target waktu yang sudah ditetapkan.
Ada rasa bangga atas apa yang sudah Sean capai di usianya yang masih terbilang muda itu. Tapi ada rasa kasihan yang Alana rasakan pada anaknya. Karena diusia nya yang masih semuda itu Sean sudah harus bekerja keras bahkan tidak ada waktu untuk bermain - main dengan teman - teman sebaya seperti kebanyakan.
Jika anak seusia nya diluaran sana masih banyak yang menghambur - hamburkan uang orang tua nya, bersenang - senang bersama teman - teman, dan jalan - jalan kemana pun. Tapi tidak dengan anaknya.
Sean sudah harus berkutat dengan kertas - kertas yang tidak ia ketahui apa itu isi dan fungsinya. Meeting, lembur, dan juga kerja. Itulah yang selalu Sean lakukan setiap harinya kecuali hari libur. Miris sekali rasanya.
Saat sedang asik dengan lamunan nya tiba - tiba salah satu pelayan dirumah ini menghampirinya mengatakan jika ada tamu yang ingin bertemu dengan nya.
Alana mengerutkan kening nya. Batin Alana siapakan tamu itu? Seingatnya tidak ada satupun orang yang ia kenal di kota ini. Dan pelayan iti juga tidak mengatakan siapa orang itu.
Karena penasaran Alana pun menghampiri tamu yang pelayan nya tadi maksud. Alana pun menghampiri ruang tamu.
Dan mata Alana melotot saat tau siapa tamu yang di maksud itu.
Damian Zaverro.
Orang itu Damian Zaverro.
Damian menoleh ke belakang saat mendengar suara langkah kaki mendekatinya. Damian tau jika itu adalah Alana.
Damian bangun dan menatap wajah Alana cukup lama. Menatap wajah cantik alamai wanita yang berdiri tak jauh dari nya itu dengan masih ekspresi terkejutnya.
"Hai" sapa Damian sedikit canggung. Alana tak menjawab sapaan Damian karena masih dalam keadaan terkejut.
Sungguh, sebenarnya Alana belum siap bertemu kembali dengan Damian setelah pertemuan nya beberapa hari yang lalu itu maupun dua bulan yang lalu.
Alana melangkahkan kakinya mendekat ke arah Damian dan duduk tepat di hadapan Damian. Mereka duduk berhadapan, hanya meja yang memisahkan mereka.
Alana meremat pinggiran piyama tidur nya karena gugup kembali bertemu dengan mantan suaminya itu.
"Jadi kau yang di maksud tamu oleh Lea?" Lea adalah nama pelayang yang tadi menyampaikan ke Alana jika ada tamu. Ternyata tamu itu adalah Damian.
"Ya" jawab Damian singkat.
"Kenapa kau mengatakan jika kau adalah seorang tamu? Padahal kau bukanlah tamu, ini rumah anakmu sendiri" ujar Alana menatap kearah Damian.
"Jika aku mengatakan pada pelayan tadi bahwa aku yang datang aku yakin kau tak akan menemuiku, Ana" jawaban Damian tepat sekali. Jika Alana tau orang itu adalah Damian pasti ia tidak akan menemuinya.
"Bisa kita bicara sebentar? Tapi tidak disini"
"Bicara? Tentang?" Tanya Alana bingung.
"Semuanya" lirih Damian.
"Kurasa tidak ada yang perlu kita bicarakan"
"Kumohon" mohon Damian. Baru kali ini lah Damian memohon pada orang lain, dan orang itu adalah Alana.
"Baiklah, taman belakang" Damian mengangguk.
Tebece
Typo abaikan gaes.
Jangan lupa vote dan coment nya ya.
Maaf klo pendek yes
Rabu, 20 Maret 2019
Thresia F.P