HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
*****
"Lagipula nih ya, aku ini kan statusnya seorang janda. Jadi aku ingin mencari pria tampan dan kaya diluaran sana. Dan juga mencari pria yang setia!. bukan pengkhianat dan pria yang menyakiti hati wanita. Aku tidak mau menjadi janda terus sampai mati, aku mau menikah lagi. Walaupun aku sudah tua tapi wajahku tak kalah dengan gadis - gadis diluaran sana. Bahkan jika aku pergi ke mall dengan putra ku mereka tidak akan menyangka jika aku ibu dari putraku, mereka akan mengira jika aku ini adalah kekasihnya"
Alana tidak terima jika pria di depan nya nya mengatakan dirinya tua, walaupun kenyataan nya memang benar.
"Lebih baik kau pergi dari sini, aku kesal melihat wajahmu itu" Alana melengos pergi meninggal kan Damian yang saat ini masih menganga tak percaya.
***
Damian masih tidak menyangaka dan percaya dengan pristiwa beberapa jam yang lalu, saat dimana ia di usir dengan terang - terangan oleh wanita, dan sial nya wanita itu adalah mantan istrinya sendiri. Jika orang itu bukan Alana, maka sudah dipastikan saat itu juga tangan orang itu akan patah dan mulut nya akan dijahit olehnya sendiri.
Karena sudah berani mengusirnya dengan tidak hormat. Seorang Damian Zaverro di usir? Apa orang itu cari mati? Tapi jika yang mengusir nya adalah Alana, maka ia tidak bisa berbuat apa - apa.
Damian mencak - mencak di dalam kamar luas nya, lebih tepat nya di atas ranjang berukuran king size nya.
Sungguh ini bukan gaya Damian sekali, yang layak nya seperti anak remaja.
Sejak tadi pun Damian guling - guling ke kiri dan ke kanan seperti cacing kepanasan. Jika misalkan saja seisi ranjang itu bisa protes mungkin sejak tadi mereka sudah menyeruakan isi hati nya. Isi hati yang kesal karena di uyel - uyel oleh Damian.
"Kenapa wanita itu menjadi galak seperti macan? Apa selama kami cerai dia bergaul dengan macan betina? Mengerikan sekali" gerutu Damian seorang diri.
Mungkin jika orang lain atau para karyawan nya di kantor yang melihat dan mendengar tingkah Damian yang di luar kebiasaan seperti saat ini, mereka akan menganga tak percaya.
Boss yang selalu berekspresi datar dan dingin itu bertingkah aneh.
Damian bangkit dari ranjang nya dan menuju balkon kamar nya yang sejak tadi pintu nya memang sengaja Damian buka supaya angin malam itu masuk ke kamar nya, padahal pendingin ruangan pun selalu menyala.
Damian duduk di single sofa yang terletak di tengah - tengah lantai balkon yang cukup luas itu.
Mengangkat kedua kaki nya ke atas sofa tadi lalu ia lipat, menenggelamkan wajahnya ke lipatan lututnya.
Diluaran sana Damian memang dikenal datar, dingin, tegas, mengintidasi, dominant, perfect, dan juga sedikit kejam. Tapi saat ia sedang sendiri seperti ini ia rapuh. Menangis seorang diri. Menangisi kisah hidup nya yang gagal dan hancur. Ntahlah dia harus menyalahkan siapa. Orang tua nya atau dirinya sendiri.
Damian selalu menangis tergugu jika sedang sendiri tanpa ada orang lain yang tau betapa menyedihkan dirinya.
Wajah datar dan dingin adalah topeng untuk menutupi kelemahan dan kerapuhan dirinya.
"Aku rindu" lirih Damian.
***
Pagi ini Alana akan berbelanja bulanan di supermarket bersama Molly yang kebetulan memang sudah hampir habis semua. Dan Molly tentu saja tidak lupa untuk melaporkan akan kemana ia dan nyonya besar ini kepada Damian. Tuan besar nya. Dan tentu saja tanpa sepengetahuan Alana.
"Nyonya saya izin ke toilet sebentar" izin Molly pada Alana saat mereka baru tiba di supemarket itu. Alana mengangguk mengizinkan.
"Ya sudah, nanti kau langsung saja menghampiriku di stand sayuran ya"
"Baik nyonya" Molly pun pergi ke arah barat tempat di mana toilet berada sedangkan Alana ke arah timur tempat stand sayuran.
Alana tengah asik memilih - milih sayuran dan juga bumbu - bumbu yang diperlukan. Tidak menyadari jika sejak tadi kegiatannya di perhatikan oleh seseorang. Siapa lagi jika bukan Damian.
Damian menyenderkan tubuhnya di tiang - tiang dan melipatkan kedua tangan nya di atas dada.
Hampir semua mata yang melewati atau yang berada di dekat Damian selalu memandang takjub ke arah Damian. Tampang memuja akan ketampanan dan pesonan dari Damian Zaverro.
Dan Damian juga tau jika sejak ia memasuki supermarket ini dia sudah menjadi pusat perhatian.
Siapa yang tidak mengenal sosok seorang Damian Zaverro? Pengusaha tampan dan mapan. Kurasa anak kecil pun tau siapa dirinya.
Apalagi hari ini penampilan nya berbeda dari hari biasa nya. Jika Damian setiap harinya terbiasa memakai jas mahal nya tapi hari ini ia memakai pakaian casual. Tampak 15 tahun lebih muda dari usia nya saat ini.
Mata Damian tak pernah lepas dari memandang Alana. Karena terlalu asik memandang Alana, Damian tidak menyadari jika sejak tadi mata - mata pria pun tak lepas dari Alana. Jika Damian dipandangi oleh kaum hawa maka Alana pun sebaliknya.
Saat mata Damian melepaskan dari arah Alana dan melihat sekitar, Damian menggeram dan mengepalkan tangan nya saat mata pria yang ada di sekitar situ memandang Alana dengan tatapan memuja. Sungguh ia tidak menyukai nya.
Apalagi hari ini wanita yang di depan nya yang sejak tadi menjadi fokus utama nya sangat cantik sekali.
Benar kata Alana beberapa hari yang lalu, jika orang diluaran sana tak akan menyangka jika dia adalah seorang ibu yang sudah mempunyai seorang putra yang hampir dewasa. Orang lain akan menyangka jika dia adalah wanita berusia dua puluhan.
Dan geraman Damian bertambah saat melihat pakaian yang Alana kenakan saat ini. Pakaian yang menurutnya sangat kurang bahan itu. Ingin rasanya saat ini ia menutupi tubuh wanitanya dengan kain yang bisa menutupi tubuh wanita itu dari ujung kaki sampai leher.
Apalagi tubuh wanitanya di konsumsi oleh pria lain. Padahal pakaian yang Alana kenakan saat ini masihlah tahap wajar, bahkan ada yang lebih parah dari yang Alana kenakan di sini.
Ingin rasanya dirinya menarik tubuh Alana untuk pulang dan mengurung wanita itu di dalam rumah tanpa keluar - keluar dari rumah, tapi ia sungguh tidak bisa melakukan itu semua. Bisa - bisa wanita itu akan mengamuk lagi seperti malam itu.
Mendengar teriakan terakhir Alana malam itu saja sudah mampu membuat nya diam kaku, apalagi jika mengamuk? Errr membayangkan nya saja dirinya sudah bergidik ngeri.
Apa semua wanita seperti itu ya jika marah? Tapi seingat nya Alana dulu tak seperti ini.
Saat sedang asik dengan dunia nya, tiba - tiba pundak nya ada ada yang menepuk dari samping.
Damian menoleh ke belakang, dan Damian terkejut saat siapa orang yang menepuk pundak nya saat ini.
"Apa yang ayah lakukan disini?" Ternyata orang itu adalah Sean.
"Tidak" Damian menegakan tubuhnya dari senderan nya tadi.
Sean melirik ke arah ibunya yang saat ini masih asik dengan belanjaan nya memilih sayuran.
Sean tau tapi lebih baik pura - pura tidak tau saja.
Ingin rasanya saat ini Damian menghilang dari sini, apalagi ketahuan dan kepergok oleh putranya sendiri. Malu sudah pasti.
"Kau... Kau sendiri apa yang kau lakukan disini? Tidak biasanya kau ke supermarket" tanya balik Damian ke Sean, mengalihkan pertanyaan Sean tadi untuk menutupi rasa malunya.
"Aku ingin menjemput ibu, karena tadi bibi Molly menghubungiku jika perutnya sakit lalu tak bisa menemani ibu belanja bulanan" jelas Sean.
"Kenapa tidak pelayan lain saja yang menjemput? Bukan kah di rumahmu pelayan bukan hanya Molly? Bahkan banyak sekali"
"Aku sengaja, karena aku ingin sekalian berkencan dengan ibu setelah belanja" Sean sengaja memanasi ayahnya. Apalagi ia memperhatikan kepalan ayahnya. Ingin sih saat ini tertawa keras. Tapi malu karena saat ini mereka sedang di tempat umum.
"Pertanyaan ku belum ayah jawab. Apa yang ayah lakukan disini? Seingat aku ayah tidak pernah menginjak supermarket, apalagi ke stand sayuran" sindir Sean. Damian gelapakan ingin jawab apa pertanyaan putra tampan nya ini.
"Memang nya tidak boleh? Ini kan tempat umum, siapa saja boleh datang kemari".
"Ya ayah benar, ya sudah lanjutkan saja. Aku ingin menghampiri angel ku" Sean kembali menempuk pundak ayahnya dan pergi meninggalkan Damian sendiri seperti tadi.
Dari kejauhan Damian melihat putranya merangkul pinggang Alana begitu mesra. Ingin rasanya ia mencak - mencak disini, tapi ia masih waras untuk melakukan itu.
Tebece.
Typo abaikan gaes.
Jgn lupa vote dan coment nya...
Minggu, 10 Maret 2019
Thresia F.P