My Lovely Teacher

By Aeris_04

409K 12.6K 1.1K

Dewasa 21 [Jangan lupa follow authornya] "Kamu benar-benar berengsek, Pak!" ~Aeris Ariana~ Apa jadinya jika... More

Guru Baru
Hukuman
Terjebak
I'm Down
Sisi Lain
Baikan?
Surprise
I'm Down 2
His Back
Sang Penyelamat
Mantan Next Door
Tanda tanya?
The War
Ketahuan
Hancurnya Sebuah Harapan
Dies Natalies
Jadian?
Aluna
Pertengkaran Pertama
Baikan
Wanita itu...
Terbongkar
Hancur 2
I'm Down 3
I'm Pregnant
Kekecewaan Sehun
Lights Out
Smile On My Face
End
Epilog

Hancur 1

11.3K 345 14
By Aeris_04

Aku dan Sehun tampak heran melihat anak-anak berlarian di sepanjang koridor. Mereka tampak tergesa menuju lapangan basket.

"Ada apa sih, Hun?"

Sehun mengangkat bahu. "Aku gak tahu," jawabnya.

Chanyeol datang mengahampiriku dan Sehun. Napasnya tampak naik turun karena lelah berlari. Dia membungkuk sebentar untuk mengatur napas.

"Lo harus ikut gue!" Chanyeol tiba-tiba menarikku agar ikut bersamanya.

"Ke mana?" Chanyeol tidak menjawab pertanyaanku, dia malah dan terus menarikku agar ikut bersamanya. Langkah kakiku sedikit terseok karena mengikuti langkah kakinya yang lebar.

"Chanyeol!" bentak Sehun karena Chanyeol menarikku paksa, tapi Chanyeol tidak peduli. Dia terus menarikku agar ikut bersamanya.

Chanyeol membawaku ke tengah lapangan basket. Aku terengah sambil mencoba untuk mengatur napas. Akhir-akhir ini aku menjadi sering lelah. Anak-anak berkumpul membentuk sebuah lingkaran besar. Banyak bunga, pita, dan balon warna-warni yang menghiasi lapangan basket. Ada acara apa ini? Setahuku acara Dies Natalies baru saja digelar, Kegiatan Tengah Semester pun juga masih lama. Sekarang ada acara apa?

Aku menarik ujung seragam Chanyeol. "Ada acara apa, sih?" tanyaku ingin tahu.

"Lihat aja. Gue jamin lo bakal suka!"

Happy bitrhday to you
Happy birthday to you

Apa aku tidak salah dengar? Anak-anak menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Untuk siapa? Apa ada yang berulang tahun hari ini?

Tack ...

"Aduh!" Chanyeol menyentil kening pelan. "Sakit tahu!" dengkusku kesal.

"Jangan bilang lo lupa sama hari ulang tahun lo sendiri?"

"Ulang tahun? Gue...?" Aku menunjuk diri sendiri, mencoba mengingat-ingat sekarang tanggal berapa. Sekarang tanggal ... 12 Juli. Aku menepuk kening lumayan keras.

"Ya Tuhan, gue lupa!"

"Dasar bodoh!" ucap Chanyeol pelan, tapi aku masih bisa mendengarnya. Kupukul perutnya lumayan keras karena kesal

"Aduh!" ringisnya menahan sakit.

Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga!

Sehun berjalan mendekat, membawa kue ulang tahun dengan lilin berangka 19 di atasnya.

"Perasaan gue ulang tahun yang ke delapan belas, deh!" Aku memutar bola mata malas.

"Tadi di toko lilin gak ada angka delapan. Ya udah, gue beli aja angka sembilan," ucap Chanyeol sambil terkekeh.

"Cepetan tiup woy! Gue udah gak sabar pengin makan kuenya nih!" teriak Kai membuat anak-anak kompak menyorakinya.

"Huuuuu...!"

"Selamat ulang tahun. Make a wish, please," perintah Sehun sebelum aku meniup lilin itu.

Aku memejamkan kedua mata.

'Tuhan aku mohon. Sembuhkanlah aku. Satukanlah kembali Mama dan Papa. Berikanlah kebahagiaan pada orang-orang yang kucintai, juga mencintaiku. Terutama Pak Baekhyun. Jagalah dia untukku Tuhan. Amiin'

Aku membuka mata dan langsung meniup lilin itu. Anak-anak bertepuk tangan dengan heboh lantas bergantian memberi ucapan selamat padaku.

"Kamu tadi minta apa?" Sehun bertanya.

"Rahasia," jwabku membuatnya mendengkus. Aku tertawa kecil melihat wajah kesalnya.

"Siapa yang menyiapkan semua kejutan ini?"

Selama ini aku tidak pernah merayakan hari di mana aku dilahirkan. Di ulang tahun kali ini amat sangat berkesan untukku. Semoga aku bisa merayakan ulang tahun lagi kedepannya. Semoga.

"Coba tebak. Menurutmu siapa yang menyiapkan dekorasi yang indah ini?" Sehun malah balik bertanya.

"Gak mungkin kalau itu lo. Hampir dua puluh empat jam lo selalu ada di samping gue. Jadi fix, itu bukan elo."

Sehun terkekeh mendengar jawabanku.

"Apa mungkin Chanyeol?" tebakku saat melihat Chanyeol sedang asyik berfoto selfie bersama anak-anak yang lain. Aku mendengkus melihat tingkahnya. Chanyeol selalu saja tebar pesona.

Sehun memutar bola mata. "Gak mungkin Chanyeol. Dia aja lupa kalau hari ini kamu ulang tahun kalau gak aku kasih tahu."

"Terus siapa dong?" Aku menyerah, tidak tahu siapa yang menyiapkan acara indah ini untukku.

"Masa' gitu aja nyerah. Coba tebak lagi dong!"

"Bodo amat, ah. Males gue main tebak-tebakan sama lo."

Sehun memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. Kepalanya mendongak, menatap langit biru yang tampak cerah. "Pak Baekhyun."

"Hah?" Apa aku tidak salah dengar?

Sehun menatapku. "Iya, Pak Baekhyun yang menyiapkan semua ini untukmu."

Jantung ini seketika berdegup kencang hanya karena mendengar nama Pak Baekhyun. Benarkah Pak Baekhyun yang menyiapkan semua ini untukku? Dari mana Pak Baekhyun tahu hari ulang tahunku? Bahkan Mama dan Papa saja lupa dengan hari ulang tahunku.

"Pak Baekhyun meminta bantuanku untuk menyiapkan semua ini. Kupikir ... dia benar-benar mencintaimu, Ai"

Aku melenguh pelan. Seperti ada sesuatu yang menghimpit dada dengan sangat kuat. Apa benar yang dikatakan oleh Sehun jika Pak Baekhyun benar-benar mencintaiku? Itu tidak mungki. Tanpa sadar aku menggelengkan kepala cepat. Ini tidak boleh terjadi. Pak Baekhyun tidak boleh mencintaiku. Dia harus membenciku. Harus.

"Coba lihat!" Sehun memutar tubuhku hingga menghadap ke tengah lapangan.

Seseorang memakai kostum badut  tupai terbang sedang melambaikan tangan kepadaku. Aku pun balas melambaikan tangan padanya. Badut itu sangat lucu. Aku gemas melihatnya.

Badut itu tiba-tiba mengeluarkan sebuah kertas. Tubuhku menegang saat membaca tulisan di kertas itu.

'HAI! OTAK JELLY FISH^^'

Tunggu! Otak Jelly Fish? Hanya ada satu orang di dunia ini yang memanggilku dengan nama itu. Pak Baekhyun. Anak-anak mulai berbisik-bisik, menebak siapa orang yang ada dibalik kostum tupai terbang itu, dan tebakan mereka sama denganku.

Pak Baekhyun membalik kertas itu lagi.

'SELAMAT ULANG TAHUN^^'

"Cie ... cie...!" Anak-anak mulai meledek.

'SEMOGA PANJANG UMUR DAN SEHAT SELALU^^'

Hatiku teriris membaca harapan Pak Baekhyun untukku. Apakah harapannya itu bisa terwujud? Semakin hari penyakit ini menang melawan tubuhku. Aku tidak yakin bisa bertahan hidup.

'AKU MINTA MAAF :('

Aku menggigit bibir bagian bawah. Menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Dadaku sesak karena Pak Baekhyun kembali meminta maaf.

Aku sudah memaafkanmu, Pak. Sudah memaafkanmu dari dulu.

'MESKIPUN RIBUAN KATA MAAFKU INI TIDAK AKAN PERNAH CUKUP UNTUK MENGHAPUS SEMUA KESALAHANKU'

"Cuiit ... cuitt...!" Anak-anak mulai heboh.

Aku menatap Pak Baekhyun sendu. Kamu tidak perlu melakukan semua ini, Pak. Aku sudah memaafkanmu.

Pak Baekhyun membalik kertas itu lagi.

'AKU SANGAT MENYESAL. KUMOHON MAAFKAN AKU!'

Aku sudah memaafkanmu.

'AKU...'

Pak Baekhyun agak kesulitan membalik kertas itu karena kostum tupai terbang yang dipakainya. Jantungku berdegup kencang menunggu kata apa yang ingin dia sampaikan.

'AKU TINTA....'

"Woy, Pak! Typo tuh!" teriak Chanyeol disusul tawa meledak dari anak-anak yang lain. Aku pun hampir saja tertawa.

'MAAF TYPO!^^'

Aku menunduk, menyembunyikan wajah yang memerah karena sikap manis Pak Baekhyun.

'AKU CINTA SAMA KAMU'

Anak-anak bertepuk tangan dengan heboh. Dada semakin sesak, udara di sekitar seolah lenyap. Aku megap-megap. Ya Tuhan, ini tidak boleh terjadi. Pak Baekhyun tidak boleh mencintaiku. Dia harus membenciku.

'TERIMALAH BUNGA INI JIKA KAMU MENERIMA CINTAKU, DAN PECAHKAN BALON INI JIKA KAMU MENOLAK CINTAKU'

Pak Baekhyun membawa seikat bunga mawar putih. Bunga kesukaanku, dan sebuah balon berbentuk hati berwarna merah.

"Ikuti kata hatimu," ucap Sehun tanpa melihatku. Menyembunyika luka di balik senyumnya.

Apa yang harus aku pilih? Hati ini mengatakan jika aku harus memilih bunga itu. Tetapi ego mengatakan jika aku harus memecahkan balon itu.

Aku menarik napas panjang. Untuk saat ini, aku lebih memilih mengikuti ego. Aku tahu apa yang kulakukan ini menyakiti hati Pak Baekhyun, pun juga dengan hatiku. Tetapi keputusanku sudah bulat. Aku akan membuatnya membenciku.

Aku berjalan mendekati Pak Baekhyun. Langkah kali ini terasa amat sangat berat karena aku akan melepas cintaku.

"Bunga."

"Bunga."

"Bunga."

Anak-anak berteriak agar aku memilih bunga. Semua mata tampak fokus melihatku. Menunggu dengan cemas apa yang akan kupilih. Tanganku gemetar. Tubuh Pak Baekhyun menegang saat tanganku mengarah ke balon.

"Maaf," ucapku lirih saat balon itu meletus. Seketika itu pula hatiku hancur.

Anak-anak tampak terkejut. Begitu pula dengan Chanyeol dan Sehun. Mereka terlihat menyesalkan pilihanku. Butiran bening meluncur begitu saja membasahi pipi. Aku berbalik ingin pergi, tapi Pak Baekhyun malah mencekal pergelangan tanganku.

Pak Baekhyun melepas penutup kepalanya. Wajahnya terlihat kalut. "Ke-kenapa kamu memilih balon Aeris? Bukankah selama ini kamu mencintaiku?"

Hatiku terluka melihat wajahnya. Ingin sekali aku memeluk Pak Baekhyun dan mengatakan jika aku juga mencintainya. Tapi aku tidak bisa.

Aku menyentak tanganku dengan kasar membuat Pak Baekhyun terkejut.

"Kamu benar-benar berengsek, Pak!"

Wajah Pak Baekhyun berubah pucat. "Mak-maksud kamu apa Aeris?"

Aku menyeringai. "Selama ini Bapak menganggap saya apa? Hanya mainan yang bisa membuat hati Bapak senang, lalu Bapak campakkan begitu saja saat si pemberi kebahagiaan yang sebenarnya muncul kembali di kehidupan Bapak. Saya manusia, Pak. Punya hati dan juga perasaan. Apa Bapak pernah memikirkan perasaan saya?"

Wajah Pak Baekhyun berubah sendu. "Maafkan aku, Aeris."

"Saya bosan mendengar kata maaf dari Bapak." Aku memutar bola mata jengah.

Tanpa kuduga Pak Baekhyun berlutut di depanku. Dia menunduk. Kedua bahunya tampak bergetar. Apa Pak Baekhyun menangis?

"Aku mohon maafkan aku, Aeris. Maafkan aku. Aku menyesal telah meninggalkanmu. Kumohon maafkan aku."

Aku mengepalkan kedua tangan erat. Dada semakin terasa sesak. Aku tidak menyangka Pak Baekhyun sampai melakukan hal ini untuk mendapatkan maaf dariku. Dia rela menjatuhkan harga dirinya di depan semua muridnya demi aku. Sebenarnya aku tidak tega, tapi aku harus melakukannya agar dia membenciku.

Aku bersedekap, menatap Pak Baekhyun dengan malas. "Teruslah berlutut. Asal Bapak tahu, saya tidak mencintai Bapak lagi," ucapku berusaha seserius mungkin.

Pak Baekhyun berdiri. "Lihat aku Aeris, lihat aku." Pak Baekhyun mencengkeram bahuku lumayan erat. Aku sontak menunduk, tidak berani menatapnya.

Pak Baekhyun tersenyum tipis. Sangat tipis. Nyaris tidak terlihat. "Kamu berbohong, Aeris. Kamu masih mencintaiku."

Ya Tuhan, dia menangis. Hatiku hancur melihat air matanya. Apa dia terluka?

Aku menyeringai. "Bapak terlalu percaya diri."

"Lihat aku dan katakan kalau kamu tidak mencintaiku!" tantangnya. Dia terlihat sangat frustrasi.

Aku menarik napas panjang. Mengumpulkan keberanian untuk menatap matanya. Air mataku kembali jatuh. Sial. Kenapa air mata sialan ini tidak mau berhenti keluar? Aku mengusap air mata dengan kasar, memberanikan diri untuk menatap matanya.

"Saya tidak mencintai Bapak lagi."

Tubuh Pak Baekhyun menegang, wajahnya berubah pias, seolah nyawanya terlepas dari raganya. Cengkraman di bahuku perlahan mengendur. Aku segera menepis kedua tangan Pak Baekhyun dari bahuku. Dia terdiam seperti patung.

"Makasih untuk semuanya. Kita selesai." Setelah mengatakan itu aku segera pergi dari hadapannya. Menarik Sehun agar ikut bersama. Aku membutuhkannya.

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

779K 87K 122
tidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pus...
604K 55.3K 78
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...
257K 23.9K 60
Liu Qiaqio, Permaisuri Dinasti Jin, telah menyerahkan hati, jiwa, dan raganya untuk sang kaisar. Dia mencintainya dengan sepenuh hati hingga merasa l...
812K 41.1K 125
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkome...