IKINARI PUNCH LINE

By AKiy48

3K 159 105

Rasa cinta yang menggebu... itu telah hilang. Tetapi, gelora itu muncul kembali disaat yang tidak tepat. Suas... More

Chapter 1: "Suddenly Punch Line"
Chapter 2 : "Jumping Sakura!!!"
Chapter 3 : "My Secret Girlfriend"
Chapter 4 : "Aru mi-Kan No Ue Ni Aru Mikan"
Extra Chapter 1 : "Vacation 'Sneak Out!' in Italy"
Extra Chapter 2 : "Blind" (Revised Version)
Chapter 5: "Sweet..Sour..Bitter.."
Chapter 6 : Love is a Beautiful Pain
Chapter 7 : "May I Replay That Time? Part 1"
Chapter 8: "May I Replay That Time? Part 2 (We Finally Meet Again)
Chapter 9: "Your Girl"

Extra Chapter 3 : "Savage"

222 10 21
By AKiy48

Ikinari Punch Line

Extra Chapter 3 : "Savage"

Author                    : Ayurin Kujou

Warning!!! This story series contains mature context that can makes your imagination overwhelming!!! 



-Di Apartement Jurina-

*Jurina POV*

"Tadaima~", salamku.

Aku membuka pintu, lalu aku melihat Yuki duduk di lantai dengan dagunya yang diletakkan di atas meja. Ketika aku masuk pun ia hanya melirik ke arahku tanpa menjawab salamku. Mukanya cemberut dan ia memanyunkan bibirnya, sepertinya ia sedang galau. Aku tidak tahu ingin bicara apa saat itu, jadi aku langsung menuju ke arah dapur, ia membuka kulkas lalu mengambil sebotol sake dan dua buah gelas. Aku tahu apa yang harus dibutuhkan Yuki malam ini.

Ku hampiri Yuki dan duduk di atas sofa, sementara ia masih duduk dilantai.

"Hey, kamu kenapa sih? Kok mukanya jelek banget gitu", tanyaku sambil menaruh botol sake dan dua buah gelas ke atas meja.

"Mou~ jangan ngeledek deh Jurina, aku lagi ngga mood buat becanda", jawab Yuki kesal.

"Gomen.. gomen... minum yuk! Biar sedikit menghilangkan beban pikiranmu itu", ajakku sambil menuangkan sebotol sake ke dalam gelas lalu aku menggesernya ke arah depan muka Yuki yang masih menempel diatas meja.

*End of Jurina POV*


~Flashback~

Liburan musim panas, saat itu umur Jurina masih 9 tahun dan ia kelas 6 SD. Karena Jurina sering ditinggal kedua orang tuanya dan tinggal di rumah paman Nakanishi Yuka. Jurina menjadi sangat bebas karena paman Yuka sering memanjakannya.

Hari ini baru pertama kali Jurina melihat paman Yuka sangat sibuk. Itu mungkin karena biasanya Jurina sedang bersekolah ketika paman Yuka bekerja. Paman Yuka memiliki sebuah perusahaan yang memproduksi minuman dan makanan, sangat berbeda dengan perusahaan milik ayah Jurina yang bergerak dibidang teknologi. Karena perusahaan paman Yuka ini masih tergolong perusahaan kecil, beliau sering mendatangi konsumen secara langsung untuk mempromosikan ataupun ikut mengantarkan barang.

"Jurina!! Daripada kamu tidur-tiduran dan tidak ada kerjaan lebih baik kamu ikut paman ke Kagoshima untuk mengantarkan pesanan pelanggan", ajak paman Yuka sambil menaruh box-box berisi makanan ke dalam sebuah truk.

"Heeeehhh~~~ males ah...", keluh Jurina.

"Yakin?? Pemandangan disana bagus loh... nanti paman traktir es krim deh". Paman Yuka berusaha membujuk Jurina,

"Es krim?? Oke aku ikuutt~~~". Jurina berlari ke kamarnya untuk mengambil jaket dan topi, lalu ia masuk ke dalam mobil.

"Oh, Jurina.. kau sangat bersemangat sekali!!", puji Sato-san, supir truk paman Yuka.

"Soalnya paman Yuka bilang bakal traktir aku 10 buah es krim", ucap Jurina memutar-balikkan fakta.

"Paman tidak bicara seperti itu, Jurina. Ya ampuun... kamu ini fisiknya saja yang kelihatan seperti orang dewasa, tapi tetap saja sifat kamu itu masih anak SD", ujar paman Yuka smabil menutup pintu truk.

Jurina dan Sato-san hanya tertawa, lalu mereka segera berangkat menuju Kagoshima. Di perjalanan, Jurina lebih banyak tidur dan sesekali memakan camilan yang ia bawa dari rumah.

Mereka pun tiba di Kagoshima, paman Yuka dan Sato-san segera mengantarkan produknya ke beberapa toko milik pelanggan. Setelah selesai, mereka mampir ke sebuah minimarket untuk membeli es krim.

"Jurina! Makannya yang bener dong, itu belepotan semua", ujar Sato-san.

Lelehan es krim berceceran di baju Jurina.

"Ya ampuun, Jurina. Kamu ini... hahaha ya sudah karena kamu tidak bisa pulang dengan keadaan seperti ini. Bagaimana kalau kita mampir dulu ke rumah salah satu teman paman", ucap paman Yuka sambil tertawa melihat Jurina.

"Yaudah Nakanishi-san, kita kesana untuk membersihkan tubuh Jurina". Sato-san Melirik ke arah Jurina yang masih asyik menjilati es krim strawberry-nya.

"Seharusnya kita tadi beli es krim yang di cup saja. Sekarang kita ke rumah Kashiwagi Kenzo-san. Dia adalah temanku dan Yusuke dulu waktu SMA, kita bertiga bersahabat baik, jadi dia pasti menerima kedatangan kita. Rumahnya 3 blok dari sini", terang paman Yuka.

Mereka pun pergi menuju rumah Kashiwagi Kenzo-san. Sesampainya disana, paman Yuka langsung turun dari mobil, lalu ia memencet bel sebuah rumah yang terlihat sederhana itu.

Ting.. tong... ting.. tong..

"Sebentar...", ucap seorang gadis dari dalam rumah.

Pintu rumah pun terbuka

"Maaf, om ini siapa ya?", tanya gadis itu.

"Aku Nakanishi Yuka...", jawab paman Yuka.

"Yuki!!! Siapa yang datang??!!", tanya Kashiwagi Kenzo sambil berteriak dari ruang makan.

"Nakanishi Yuka, paahh!!", jawab gadis itu.

Kashiwagi Kenzo pun berjalan menghampiri pintu masuk.

"Yukaa!!!".

"Kenzo!!".

"Hahaha sudah lama kita tidak bertemu, ayo silahkan masuk!!", ajak Kenzo-san dengan ramah.

Paman Yuka, Jurina dan Sato-san pun masuk ke dalam rumah itu. Mereka lalu duduk di ruang tamu. Sementara gadis itu langsung pergi ke ruang makan.

"Maaf, sore-sore mengganggumu, Kenzo. Kami sedang mengantarkan pesanan ke daerah sekitar sini. Lalu, ponakanku memakan es krim dan mengotori bajunya. Saya ingin membersihkannya dan kebetulan saya juga ingat kalau rumahmu dekat dengan lokasi kami tadi. Jadi saya pikir sekalian mampir juga", jelas paman Yuka.

"Oh, gitu. Hahahaha... tentu saja saya sangat senang dengan kunjunganmu Yuka. Kita kan sudah berteman lama dan kita juga jarang sekali bertemu. Ngomong-ngomong bagaimana kabar Yusuke?", tanya Kenzo-san.

"Ya dia baik-baik saja. Walaupun dia sangat sibuk dan anaknya ditipkan padaku. Oiya, ini Jurina, dia anak Yusuke satu-satunya", jawab paman Yuka.

"Jurina... salam kenal, kamu lucu sekali belepotan es krim begitu hahaha", ledek Kenzo-san.

"Mou~ om jangan meledekku juga dong", keluh Jurina.

"Hahaha... sebentar ya. Yuki!!! Sini dulu nak!!', teriak Kenzo-san memanggil putrinya itu.

"Iya, pah". Yuki berjalan ke arah ruang tamu.

"Ini anakku Yuki, sekarang dia berusia 15 tahun dan dia kelas 1 SMA. Yuki, tolong kamu bantu Jurina membersihkan badannya dan pinjamkan juga beberapa pakaianmu", suruh Kenzo-san.

"Baik, yah. Ayo Jurina, ikut aku", ajak Yuki.

Jurina pun mengikuti Yuki menuju kamar mandi.

"Silahkan diminum... ayah, Yuka-san dan temannya Yuka-san", ucap Mika, istri Kenzo, menghidangkan teh lalu duduk di sebelahnya.

"Yuka, aku harap Yusuke tidak mengabaikan Jurina. Karena itu bisa berdampak buruk bagi perkembangan Jurina", terang Kenzo-san dengan nada serius sambil meminum teh.

"Ya, kau benar Kenzo. Aku juga merasa khawatir tentang hal itu, aku sudah menyuruh Yusuke untuk menemui Jurina sesekali, tapi itu pun hanya sebentar. Karena dia harus pergi untuk mengurus bisnisnya lagi", balas Yuka.

-Di kamar mandi-

Jurina melepas semua pakaiannya lalu melemparnya ke lantai. Pakaian Jurina berserakan dimana-mana. Yuki hanya terdiam, karena saat itu ia masih canggung dengan Jurina. Ia memunguti pakaian itu lalu menaruhnya di mesin cuci.

Jurina segera masuk ke kamar mandi. Ia memutar keran shower, tapi yang keluar malah air panas.

"Aww panas.. panas.. Yuki-chan... gimana ini??.. panas..", keluh Jurina.

Yuki masuk ke dalam kamar mandi.

"Jurina, jangan putar keran yang berwarna merah terlalu banyak, cukup sekali saja, lalu putar keran berwarna biru 2 kali biar airnya jadi hangat", terang Yuki sambil memutar keran.

Pakaian Yuki menjadi basah semua terkena cipratan shower.

"Ooohh... oke.. oke.. makasih Yuki-chan", ucap Jurina.

Ketika Yuki hendak keluar dari kamar mandi, Jurina memegang tangannya.

"Yuki-chan mandi bareng aku ya. Baju Yuki-chan juga udah basah semua", lanjut Jurina.

"Yaudah deh, sekalian aku mandi sore juga. Kan aku belum mandi dari pagi". Yuki melepas seluruh pakaiannya lalu menaruhnya di mesin cuci.

Sementara itu Jurina masuk ke dalam bath tube. Jurina merebahkan tubuhnya, dan kepalanya menghadap ke atas, ia merasa sangat nyaman berendam air hangat. Setelah selesai, Yuki ikut masuk ke dalam bath tube. Ia duduk berhadapan dengan Jurina.

"Wow, ternyata bath tube ini lumayan gede juga ya! Muat untuk kita berdua", seru Jurina, ia memperhatikan sekelilingnya.

"Jurina, kenapa kamu bersikap seperti anak-anak padahal kamu ini udah SMA?", tanya Yuki.

"SMA?? Aku masih kelas 6 SD tahu!!!!", jawab Jurina.

"Haaah serius?? Aku kira kamu udah SMA kalau aku lihat dari fisikmu hihihi", ledek Yuki, ia tertawa kecil.

"Kalo kamu ngga percaya, tanya aja sama paman Yuka", keluh Jurina.

"Ngga perlu aku tanyain juga aku udah percaya kok. Kalo ngeliat dari sikap dan sifat kamu hahaha", ujar Yuki.

Yuki mengambil sabun cair di atas meja. Lalu ia menuangkannya ke sebuah spons.

"Sini, aku bersihin tubuhmu, terutama mulutmu yang masih belepotan itu". Yuki menggosokkan sponsnya ke tubuh Jurina, lalu menggosokkan tangannya ke sekitar mulut Jurina.

Yuki merasa kalau Jurina itu seperti adik kecilnya. Ya, walaupun Yuki sendiri masih bersikap manja pada kedua orang tuanya, tapi entah kenapa ketika ia bersama Jurina, ia seolah-olah berubah menjadi sosok seorang kakak yang dapat diandalkan.

Ketika Yuki sedang menggosok punggung Jurina, kakinya terpeleset lantai bath tube. Tubuhnya menerjang punggung Jurina.

"Ittaii!!!", seru Yuki.

"Yuki-chan? Apa kamu gapapa?", tanya Jurina, ia lalu membalikkan badannya menghadap yuki.

'Iya gapapa. Eh~~", jawab Yuki, ia kembali terpeleset.

Jurina mencoba menahan Yuki, tapi karena sabun yang terlalu licin, mereka berdua jatuh tenggelam dalam bath tube.

Pyaaarr~~~ air dalam bath tube meluap keluar.

Jurina mencoba bangkit mengangkat tubuhnya dengan memegang sisi bath tube. Ia merasakan kalau ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, ternyata Yuki sedang memeluknya dan oppainya menyentuh dadanya, Yuki masih memejamkan matanya.

*Jurina POV*

Aku melihat ke arah sesuatu yang mengganjal dadaku itu. Dan ternyata itu adalah oppai Yuki.

'Cukup besar untuk ukuran gadis kelas 1 SMA', gumamku.

Ia masih memelukku, kemudian ia membuka matanya dan segera melepas pelukannya.

"Gomen nasai~~", ucap Yuki, ia langsung keluar dari bath tube dan mengambil handuk.

Aku hanya diam saja. Ini pertama kalinya aku merasakan suatu sensasi yang sangat aneh. Seperti aliran listrik menyebar ke seluruh tubuhku.

"Jurina!!! Cepat keluar dari kamar mandi!! Nanti kamu masuk angin". Ku dengar tante Mika berteriak.

Aku pun segera keluar dari bath tube lalu mengambil handuk. Aku tidak melihat Yuki disana, sepertinya ia sudah menuju kamarnya.

Tante Mika membawakanku pakaian milik Yuki, termasuk pakaian dalam juga. Aku melihat bra milik Yuki lalu aku menengok ke arah dadaku. Ini terlalu besar untuk ukuranku yang belum tumbuh sekarang.

"Aaah, gomen ne Jurina. Terlalu besar ya? Kamu pake sport bra ini aja ya", ucap tante Mika yang menyadari hal itu dan mengambil sebuah sport bra dari lemari.

"Yuki sering memakai ini waktu awal-awal masuk SD, tapi karena pertumbuhannya terlalu cepat, ia menggantinya dengan bra sejak kelas 5 SD", jelas tante Mika.

Kelas 5 SD memakai bra??? Aku saja yang sudah kelas 6 SD terkadang hanya memakai kaos dalam saja karena masih terlalu rata dan tidak terlihat.

"Jurina, ayo kita ke ruang makan untuk makan malam. Semuanya sudah menunggu", ucap tante Mika sambil berjalan menuju ruang makan, aku pun mengikutinya.

-Di ruang makan-

Ku lihat Yuki sudah duduk bersama paman Yuka dan yang lainnya. Dia memalingkan pandangannya dariku, pipinya terlihat sedikit merah.

"Jurina!! Ayo sini duduk, kita makan bersama", seru om Kenzo.

Aku duduk di samping Sato-san dan berhadapan dengan Yuki, dia terlihat aneh.

"Makanannya enak banget ya!", puji paman Yuka.

"Iya dong, siapa dulu yang masak, istriku!!", balas om Kenzo.

Kami semua pun tertawa, tapi ku lihat Yuki hanya diam saja.

"Eh, sekarang sudah jam 9 malam. Apa kalian yakin akan pulang sekarang ke Nagoya? Aku khawatir terjadi apa-apa dengan kalian, terutama Jurina", tanya tante Mika.

"Iya, lebih baik kalian bertiga malam ini menginap saja. Aku juga ingin mengobrol banyak denganmu, Yuka", sambung om Kenzo.

"Baiklah kalau begitu, kami juga lebih mengutamakan keselamatan", jawab paman Yuka, beliau melihat ke arah Sato-san yang sudah tidak kuat menahan kantuk.

"Biar Jurina tidur bersama Yuki saja", ucap om Kenzo.

"Nggaaa!!!!". Tiba-tiba Yuki berteriak dan mengagetkan Sato-san.

Kami semua menatap ke arah Yuki. Sadar akan hal itu, Yuki memberikan alasan yang berbeda dengan apa yang tersimpan di hatinya.

"Maksud aku, Nggaaa... papa Jurina tidur di kamarku heeeheehee", lanjut Yuki salah tingkah.

"Kamu ini, Yuki. Bikin papah kaget aja", ucap om Kenzo.

Setelah selesai makan malam, tante Mika membersihkan peralatan makan, Sato-san tidur di ruang tengah, paman Yuka dan om Kenzo duduk mengobrol di beranda rumah, sementara aku mengikuti Yuki pergi ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Yuki membukakan pintu dan menyuruhku masuk. Ku lihat kamarnya sangat biasa, tidak ada pajangan ataupun benda-benda lucu yang menghiasi. Hanya buku-buku pelajaran yang berjejer rapih di lemari dan beberapa menumpuk diatas meja.

"Karena kasurku lumayan besar, kita bisa tidur berdua disini", ucap Yuki sambil menaiki kasur lalu merebahkan tubuhnya.

Aku ikut berbaring di sampingnya. Dan merasakan suasana yang aneh. Karena terlalu lelah, aku tidak mempedulikan hal itu. Dengan cepat aku memejamkan mataku sesudah melihat Yuki menutup matanya dan kami tertidur pulas.

*End of Jurina POV*

Di kamar Yuki tidak ada guling. Karena Jurina tidak bisa tidur jika tak ada guling, jadi ia memakai tubuh Yuki sebagai penggantinya. Yuki pun membiarkan hal itu karena ia juga sudah sangat mengantuk. Jurina memeluk tubuh Yuki dengan erat, wajahnya terbenam ke dalam oppai Yuki.

Oppai Yuki begitu kenyal dan lembut, hal itu menyebabkan Jurina bermimpi sedang memakan kue mochi.

"Nyaamm.. nyaamm.. nyaam.. enak bangeuut mochinya.. nyam nyam nyam", ucap Jurina, ia mengigau dalam tidurnya.

"Aaahhh~~~", desah Yuki dalam tidurnya.

Jurina meremas oppai Yuki, mengangkat baju tidurnya, lalu menghisap putingnya yang masih tertutup bra.

Tangan Jurina masuk ke dalam bra Yuki dan menyentuh puting Yuki. Karena hal itu Yuki terbangun.

"Juri..naa... aaahhh~~". Yuki terkejut melihat apa yang sedang dilakukan Jurina.

Namun, dia juga merasakan sensasi yang aneh. Tubuhnya seperti bereaksi terhadap sentuhan Jurina itu, terutama di daerah bagian bawahnya. Yuki seperti ingin kalau Jurina menyentuh bagian itu. Ia merasa kalau bagian itu sudah sangat basah. Yuki menarik tangan kanan Jurina yang sedari tadi sibuk meremas oppainya. Yuki memasukkannya ke dalam celana dalamnya.

Di dalam mimpi Jurina, ia sedang membuat mochi kacang. Jurina menggosokkan ketiga jarinya didalam sebuah adonan yang sudah diberi air dan sebuah kacang. Jurina heran kenapa kacangnya cuma ada satu. Dia mengambil kacang itu lalu memelintirnya.

"Aaaaahhh~~~ Jurinaaa~~", Yuki mendesah panjang. Ia menarik rambut Jurina, tapi itu malah membuatnya terbangun.

"Ittai yo, Yuki-chan. Eh??", teriak Jurina.

Jurina merasa tangan kanannya memegang sesuatu yang aneh. Ia melihat ke arah itu dan terkejut mendapati tangannya sedang berada di dalam celana Yuki.

"Wooaaa!!! Yuki-chan..", teriak Jurina lagi. ia segera menarik tangannya keluar. Tapi ditahan oleh Yuki.

"Sssstttt... jangan berisik, nanti mamah papah dan yang lainnya denger", suruh Yuki sambil menaruh telunjuknya di bibir Jurina.

"Yuki-chan..", ucap Jurina yang masih polos.

"Jurina, lanjutkan apa yang udah kamu mula.. aahhhh~~". Belum sempat Yuki bicara, Jurina memasukkan kedua jarinya ke dalam sweet hole Yuki lalu memompanya. Seolah Jurina ingin lebih menyentuh Yuki.

"Aaaahh~~~", Yuki mengeluarkan onsennya.

Setelah Jurina, paman Yuka dan Sato-san kembali ke Nagoya. Yuki dan Jurina tidak pernah bertemu lagi.

Beberapa tahun kemudian, Jurina mendengar kalau Yuki menjadi sekretaris pribadi ayahnya untuk membantu mengurus kantor utama Matsui Tech di Tokyo. Yuki mungkin sudah lupa dengan memori itu, tapi Jurina tetap mengingatnya. Jurina masih bisa merasakan sensasi yang ia alami waktu itu, tapi Yuki hanya mengingat kalau dulu Jurina pernah menginap di rumahnya.

~End of Flashback~


Yuki mengambil segelas sake yang sudah Jurina tuangkan, lalu ia meminumnya.

"Kenapa sih? Kalo ada masalah cerita aja. Pasti aku bantu kok", tanya Jurina lalu menengguk segelas sake itu.

"Kamu tahu ngaa? Huh? Dia!! Seseorang yang sudah lama aku cintai, dia... mengkhianatiku...", jawab Yuki, ia mulai menangis.

"Padahal dia bilang kalo kita akan saling menunggu hingga saat kita berdua udah siap. Tapi apaaa?? Dia malah berpacaran dengan wanita lain... Kono baka yarou!!", lanjut Yuki, sepertinya ia mulai mabuk.

Jurina menaruh gelasnya ke meja sambil mengecap bibirnya. Dia menengok ke arah Yuki lalu tertawa sinis.

"Udahlaah.., itu cuma hal sepele... masih banyak stock manusia di dunia ini, termasuk yang ada di depanmu ini". Jurina mengangkat dagu Yuki dengan jari tangannya, mendekatkan wajah Yuki ke arahnya.

Chuu~~ Jurina mencium Yuki, tapi Yuki mendorongnya.

"Mmpphh.... aah, Jurina. Jangan memancingku. Aku lagi ngga mood sekarang", protes Yuki.

Yuki bangkit dari tempat duduknya, ia berjalan ke arah beranda, menikmati pemandangan malam. Jurina yang merasa kecewa ketika Yuki menolaknya dan ia juga merasa frustasi karena jarang melakukan hal itu bersama Mayu.

Tanpa pikir panjang, Jurina berjalan mendekati Yuki. Ia memeluk Yuki dari belakang.

"Jurina!! Apa-apaan sih!! Aaahh~~ Jurina!! Stop!! Aaahh~~". Tangan kanan Jurina meremas oppai Yuki, sementara tangan kirinya digosokkan ke bagian sensitif Yuki yang masih tertutup rok. Jurina terlihat sangat kasar, mungkin karena ia sangat frustasi ditambah pengaruh sake yang tadi ia minum.

Jurina mendorong Yuki hingga menyentuh pagar beranda. Ia menyelipkan tangannya ke dalam rok Yuki menuju ke celana dalamnya.

"Aaahh~~~ Jurina~~ gimana kalo ada yang liat??!!", keluh Yuki.

"Aku ngga peduli", balas Jurina.

Jurina mendorong wajah Yuki dan melahap bibirnya. Lidah Jurina menyeruak masuk ke dalam mulut Yuki lalu lidah mereka saling bermain, Jurina sesekali menghisap lidah Yuki. Sementara tangan kirinya asyik menggosok miss v Yuki.

"Aaaahhhh~~~", desah Yuki, tangannya mencengkram pagar beranda.

Yuki masih tidak membalas Jurina. Akhirnya, ia pun membalikkan badan Yuki hingga ia menatapnya. Jurina mendorong tubuh Yuki masuk kembali ke dalam ruangan.

"Yuki..., lakukan apa yang aku suruh malam ini!! Kamu kan sekretaris pribadiku, tidak seperti saat kamu bekerja dengan papah, sekarang tugasmu bertambah 1, kamu juga harus memuaskanku, atau kamu aku pecat", perintah Jurina.

Jurina membuka celananya, lalu ia duduk di sofa. Yuki hanya bisa pasrah dan mengikuti semua keinginan Jurina. Karena salah satu alasannya bekerja di Matsui Tech adalah karena Matsui Yusuke telah memberikan bantuan dengan melunasi semua hutang ayahnya dan mempekerjakan ayahnya di cabang perusahaan Matsui Tech, setelah usaha ayahnya bangkrut.

Yuki menurunkan celana dalam Jurina lalu melemparnya. Yuki mendekatkan wajahnya ke arah miss v Jurina. Ia pun menjilatinya dan menghisapnya.

"Aaaahh~~ Yuki.. Kimochi~~", desah Jurina sambil meremas oppai Yuki yang masih tertutup baju.

Yuki melepas seluruh pakaiannya, kemudian ia duduk menyilang diantara paha Jurina. Daerah sensitif mereka saling bersentuhan.

"Wow.. wow.. Kamu berani juga ya", puji Jurina.

"Kamu harus menyelesaikan apa yang kamu mulai", balas Yuki.

Mendengar hal itu, Jurina mendorong tubuh Yuki hingga terlentang di sofa, dengan posisi kaki mereka yang masih sama.

Mereka berdua making out, tangan kiri Jurina meremas oppai Yuki, tangan kananya menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Dan juga Jurina menggosok-gosokkan organ intimnya pada miss v Yuki.

"Mmppphhh... aaahh~~~ mmpphh..", desahan Yuki tertahan oleh mulut Jurina.

Jurina mempercepat tempo permainannya.

"Aaaaahhhh~~~~~", Yuki memeluk erat Jurina, mereka berdua klimaks.

Setelah beristirahat sejenak, Yuki menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Sementara Jurina masih terlihat lemas di sofa.


Yups.. itu dia sedikit pemanis sebelum masuk ke Chapter 6 wkwkwk, sebenernya ceritanya ngga terlalu penting sih, karena emang ngga masuk alur cerita utama juga dan mungkin agak aneh juga sih ya ngeliat pairing Jurina sama Yuki. ('▽`)

Sedikit cerita, awalnya tertarik buat pairing JuriYuki gara-gara nonton AKBINGO episode 474 Lucky Girl Ranking 2018. Di episode itu, Shimada Shouhei mengatakan kalo Jurina memiliki garis mesum dan juga garis abnormal pada tangannya. Nah, saat itu juga Yukirin mengekspost habis-habisan kalo Jurina sering menge-check pakaian dalamnya dan pegang-pegang oppainya. Jadi, ngga ada salahnya buat mencoba pairing yang mungkin jarang ditemui ini (๑'ڡ'๑)

maaf kalau ada typo typo maklum tiada yang sempurna. Terimakasih sudah membaca, jangan lupa untuk klik tombol vote bagi yang suka, kalo ngga suka bisa kasih kritik, saran dan pengalaman membaca kalian juga dikolom komentar =^w^=

Salam dari wkwk land

Note: spoiler buat Chapter 6 bakal lebih fokus ke JuriSaku dan ada sedikit JuriMayu.. tetep tungguin lanjutan ceitanya ya

Continue Reading

You'll Also Like

186K 3K 37
Kai Slade, a talented and ambitious young professional, lands the coveted role of media director for the UConn women's basketball team. As she immers...
329K 6.6K 48
A Maybank and A Cameron? It's almost like a modern Romeo and Juliet. It's forbidden for them to be together. Could be the end of the world. The stole...
331K 8.2K 64
"You want a wife this much, huh? That's why you are just back from England, yet got married instantly." She sits on the sofa, her head on her hands...
384K 11K 112
Zero already has a boyfriend that she loves but finds out that he is cheating but she tries to work it out and stay with him. But then she goes to th...