(BAGIAN ENAM BELAS)
~~~~~~
"Tadi pulangnya jam 4, sekarang udah jam 6 belum bisa pulang. Kuota hp gue kan dah abis, kenapa gue nggak ikut Reyno aja tadi? Huft Rei, kok lo goblok banget ya?" Kata Reina berbicara sendiri.
Tiba-tiba, ada seorang cowok berdiri tepat disamping Reina. Reina menoleh dan orang tersebut adalah Reivan.
"Kok lo masih disini?" Tanya Reina.
"Gue tadi disuruh ke ruang OSIS." Jawab Reivan.
Reina hanya ngangguk-ngangguk dan ber- oh ria.
"Lo nggak pulang?" Tanya Reivan membuka pembicaraan lagi.
"Nggak. Lo nggak bawa kendaraan?" Tanya Reina.
"Bawa." Jawab Reivan enteng.
"Trus, ngapain disini? Kenapa nggak pulang? Gue aja mau pulang."
"Suka-suka gue."
"Gue males berantem sama lo. Mending lo pulang gih." Kata Reina mengusir Reivan.
Reivan pun beranjak pergi dari sana.
"Van." Panggil Reina membuat Reivan membalikkan tubuhnya.
"Hmm, lo nggak mau ngomong lagi gitu?" Tanya Rei sambil menaikkan kedua alisnya berharap agar Reivan tau apa yang dimaksudnya.
"Udah malem ya, tolong lebih jelas." Kata Reivan dan langsung berbalik dan mengambil langkah.
"Gue sendirian disini. Lo nggak mau nawarin buat anter gue gitu?!!!" Teriak Reina tanpa sadar.
Reivan lagi-lagi berbalik.
"Maksud?" Tanya Reivan yang memang sengaja dia putar-putar.
"Lo tega ninggalin gue sendiri?!!" Teriak Reina. Tanpa Reina sadari, Reivan sudah komat-kamit menirukan kata-kata Reina karena dia pun sudah menebak Reina akan berbicara seperti itu.
'Buat dingertiin aja susah' -Reivan.
Reivan tersenyum dan berbalik.
"Tega. Emang, siapa lo?" Kata Reivan tanpa dosa. Reina sudah memasang muka kesalnya.
"Ya udah sana pergi. Biar aja gue diculik orang. Tapi, lo yang tanggung jawab." Balas Reina sambil memperhatikan kearah lain.
Tiba-tiba sebuah tangan meraih tangannya dan menariknya.
"Nanti gue yang repot kalo lo ilang." Kata Reivan sambil terus menarik tangan Reina sampai depan motornya.
Reivan melepaskan keenggamannya dari tangan Reina dan mengambil kunci dikantongnya lalu melepaskan jaketnya.
Reina hanya mematung, jantungnya entah kenapa berdegub sangat kencang saat Reivan memakai kan jaketnya untuk Reina.
"Gue cuman nggak mau anak orang kedinginan." Kata Reivan sambil memasang muka datar andalannya seperti biasa lalu menaiki motornya dan menyalakan mesin motor.
"Lo ngapain masih diam disitu? Nggak mau pulang?" Tanya Reivan membuat Reina tersadar dari lamunannya.
Beberapa detik kemudian mereka sudah berada di jalan raya. Reivan sekali-sekali melirik kearah spion untuk melihat Reina. Reina dibelakang hanya memasang wajah gugup tetapi berusaha dia tutupi.
"Lo laper?" Tanya Reivan.
"Nggak." Jawab Reina cepat.
"Serius? Padahal gue mau traktir lo nasi padang."
Rei mangut-mangut berpikir.
"Nggak. Gue nggak laper."
Rei menggigit bibir bawahnya.
Ya begitulah Reina. Bukan Reina namanya kalo tidak mempunyai gengsi yang sangat tinggi apalagi berkaitan dengan satu nama yaitu REIVAN.
Reivan didepan hanya tersenyum. Mereka sudah sampai didepan rumah Reina. Reina terkejut sekaligus heran. Mengapa Reivan tau betul dimana rumahnya. Padahal, dia belum pernah sama sekali dianter atau memberi tahu alamatnya kepada Reivan.
"Oh iya, lo ada buku catatan fisika nggak? Gue mau pinjem." Tanya Reina.
"Ada dirumah. Besok gue bawa. Buat apa?"
"Pak Rio minta gue buat pelajari pelajaran kelas 12. Katanya, soal ujian akhir semester nanti ada diselipin pelajaran kelas 12."
Reivan mengangguk mengerti. Tiba-tiba Reina meluriknya tajam.
"Lo tau dari mana rumah gue?" Tanya Reina.
"Lo pernah nguntit gue ya?"
"Lo itu mata-mata kayak dipilem-pilem?"
"Atau...." Rei terdiam sebentar. Reivan mengerutkan dahinya menunggu kata-kata Rei selanjutnya.
Reivan menaikkan salah satu alisnya.
"Lo...pengagum rahasia gue? Yang selalu kepo tentang gue dari tempat tinggal sampe nomor sepatu gue?"
Reivan memasang wajah flatnya.
"Dasar cewek nggak jelas." Sinis Reivan dan langsung melajukan motornya menembus malam.
"Oh iya, ini jaketnya!!" Teriak Reina tapi sia-sia, Reivan sudah sangat jauh tidak bisa mendengarnya lagi.
Reina akhirnya memutuskan masuk ke rumahnya.
"Assalamualaikum ma." Kata Rei memberi salam untuk mamanya yang sedang menonton sinetron kesayangannya. Mamanya sepertinya sudah sangat asik menonton sehingga tidak mendengar salam Reina. Susah punya mama pencinta sinetron indosiar.
"Mama!!!" Teriak Reina.
"Waalaikumsalam!!" Teriak mama Reina.
"Ma, ini anaknya pulang. Bukannya disambut. Nggak kangen apa nggak ketemu kemaren?"
"Bentar dulu Reina, ini nih mama tirinya udah mau ketabrak." Kata Annita mama Reina sambil menunjuk ke layar tv.
"Ya udah, Rei ntar nggak usah pulang aja. Mama nggak kangen juga sama Rei."
"Jangan dong, ntar siapa yang temanin mama nonton ini setiap hari minggu?"
Mama Rei tetaplah mama Rei. Sang pencinta Indosiar.
Rei langsung pergi kekamarnya dan melempar tasnya asal.
"Astaga, gue laper banget ini. Kenapa ya gengsi gue tinggi banget? Jarang-jarang kan dapet teraktiran kayak tadi." Kata Rei ngomong sendiri.
Tiba-tiba HPnya berbunyi pertanda SMS masuk.
"Siapa sih? Nggak modal banget pake SMS. Secara kan jaman now pakenya LINE atau kayak mama pake WA." Dumel Rei sambil membuka pesan masuknya itu.
Ting*
07.30
Message from 082330******
Keluar rumah sebentar.
Rei mulai memainkan jarinya mengetik kata demi kata untuk membalas pesan tersebut yang tidak jelas dari siapa.
07.35
Sent for 082330******
Siapa ini woy.
Reina menunggu pesan selanjutnya.
Ting*
07.35
Message from 082330******
Banyak tanya lo. Keluar aja apa susahnya sih?
Kepala Reina panas sampai ke ubun-ubun ketika membaca pesan itu.
"Nih orang siapa sih?" Rei mikir lama buat balas pesan tersebut.
07.40
Sent for 082330******
Lo siapa? Kita nggak saling kenal, jangan maksa.
Tidak butuh lama buat menunggu balasan.
Ting*
07.40
Message from 082330******
Reina, keluar sekarang!
"Akhirnya dia nyerah juga." Kata Rei sambil membaca pesan terakhir dari orang tersebut.
"Siapa sih? Kok gue penasaran gini sih?" Akhirnya Dia keluar rumah karena diapun penasaran.
Diluar, tidak ada orang sama sekali. Tapi, di meja ada bunga dan 1 bungkus nasi padang. Disana juga ada sebuah pos-it yang bertuliskan.
Gue peka kan?
Senyum Rei mengembang sempurna.
"Reivan." gumamnya.
Jeng jeng jeng.
Huh, pasangan paling menyusahkan Reina-Reivan.
Udahlah abaikan.
Ya, cewek emang susah dimengerti.
Yang sabar Reivan.
Jangan lupa vote and comment nya yak...
Lop yu semua. -Reivan.
Babay.-Reyno.