alifian

By PranantaPrahadi

152K 5.5K 578

Alifian Permadi adalah salah satu dari sekian banyaknya remaja-remaja didunia ini yang memiliki kisah pribadi... More

Musim 1 : Sesi 1
Sesi 2
Sesi 3
Sesi 4
Sesi 5
Sesi 7
Sesi 8
Sesi 9
Sesi 10
Sesi 11
Sesi 12
Sesi 13 (Akhir Musim 1)
TEASER DAN SEKILAS INFO!
INFO
Musim 2 : Sesi 14
this not part of story, but update soon
Musim 2 Sesi 15
Musim 2 Sesi 16
Musim 2 Sesi 17
Musim 2 Sesi 18
Musim 2 Sesi 19 (Selamat Tahun Baru, Part 1)
This not an update, sorry :(

Sesi 6

8.1K 319 5
By PranantaPrahadi

"cokelat?" ujarnya yang kini sudah berdiri dihadapanku menyodorkan cokelat dan tak lupa senyum yang terhias diwajahnya.

"mau apa lagi kesini?"

"aku masih punya tanggung jawab, masih sakit kakinya?"

"setidaknya aku masih bisa berjalan, sudahlah aku tak ingin mendebat apapun pagi ini deganmu, kau lebih baik pergi berangkat lebih dulu!" usirku.

"loh, lif, kok malah ngobrol disini? Cepat berangkat sudah jam berapa ini? Eh ada nak Seto, kalian sudah janjian mau berangkat bareng hari ini?" tiba-tiba ibu keluar dari rumah dan menginterupsi pembicaraan kami.

"iya tante.." sanggahnya dengan mencium tangan ibuku, selayaknya hormat kepada yang lebih tua "kami berangkat dulu, ya, tan?"

"oiya, kalian hati-hati dijalan, ya?"

"pasti tante, Alif tidak akan lecet kok"

"eh tapi..!" aku mencoba menginterupsi sepertinya gagal dan memang benar gagal. Pagi ini aku tidak bisa menolak seseorang yang baru saja kemarin kuabaikan, lebih tepatnya terpaksa kuabaikan. Perjalan ke sekolah pagi ini membuatku sedikit canggung dibuatnya, terlebih saat Arseto meminta mengeratkan peganganku ke perutnya, entah dia sengaja atau tidak mengebutkan laju motornya dengan kecepatan yang tak bisa kuabaikan mengenai keselamatan kita berdua. Tapi untungnya kami selamat sampai disekolah, terimakasih Tuhan kau masih menyertai kami berdua dilindunganmu dari bahaya motor sialan itu.

"terimakasih untuk tumpangan hari ini, lain kali jika kau merasa kesal denganku, bisakah kau membicarakannya padaku dan tidak menyalurkannya dengan mempertaruhkan keselamatan kita dijalan?! Dan ini akan menjadi tumpangan yang terakhir kalinya!"

"aku hanya tak ingin kita terlambat masuk, mau cokelat?" sahutnya dan kembali menawari ku cokelat.

"aku tak ingin cokelat, aku hanya ingin kau tak pernah lagi menggangguku!" setelah mengucapkan itu aku mencoba berjalan cepat meninggalkan Arseto dibelakang. Tak ada adegan kejar-mengejar layaknya drama sabun yang kalian lihat ditelevisi, setelahnya aku langsung masuk menuju kelas.

"aku melihatmu turun dari motor Arseto, kalian sudah akrab?" baru saja bokong ini menyentuh kursi, tiba-tiba Putra datang dengan pertanyaan yang dengan bingung harus bagaimana kujawab.

"tidak... mhhh itu... hanya kebetulan saja, kita berpas-pasan dijalan dan dia menawari tumpangan, itu saja." Ujarku dengan mengulas senyum kaku.

"tapi kemarin dia juga mengantarmu pulang, kan, saat kau berada di UKS? Aku lihat dia sangat kawatir dengan kondisimu, sampai-sampai dia harus ikut izin tak ikut pelajaran untuk menjagamu"

"hah?"

Putra hanya menganggukan kepala, setelahnya ia meninggalkanku didalam kelas entah kemana. Tak berselang lama setelah semua murid hampir mengisi tempat duduknya masing-masing, aku merasa ada yang tak beres dengan mereka semua. Aku mendengar sedikit bisikan jika ada gosip tetang kedekatanku dengan seorang Arseto, demi Tuhan kalian menggosipkan seorang lelaki dengan laki-laki lainnya?

"Alifff! Bagaimana dengan kakimu?" Ujar Cecil yang baru saja datang dan hampir tak memiliki kesempatan mengikuti pelajaran hari ini, karena-karena jika tak tepat waktu, gerbang sekolah tak lagi memberikan toleransi dan membiarkan mereka semua yang termenung karena sudah tak ada harapan lagi bisa masuk dibiarkan kembali kerumah masing-masing. Tak sampai disitu pihak sekolah bertanggungjawab terhadap murid-muridnya, pihak sekolah akan menghubungi orangtua murid perihal kembalinya mereka kerumah, dan jika ada murid yang tak berbelok langsung menuju rumah mereka, siap-siap saja orangtua dirumah menanti jawaban dan sebuah sidang kecil akan diadakan (jika orangtua tersebut masih peduli kepada anak mereka).

"bagus kau tak terlambat, aku membutuhkan teman diskusi, eh, ngobrol"

"sebelum kau ingin mengajakku berdiskusi, sebaiknya kuingatkan kembali jika hari ini kita memiliki pekerjaan rumah Bahasa Indonesia yang sebentar lagi akan dibahas kembali oleh Pak Eman si pemilik kumis Pak Raden"

"demi Tuhan aku lupaaaaa! Baiklah, bisakah kau keluarkan bukumu? aku membutuhkan inspirasi untuk mengerjakannya"

"aku baru tahu inspirasi dan mencontek pekerjaan orang lain itu beda tipis, ya?" aku hanya membalas sindiran Cecil dengan senyum lima jari, dan jari-jari tangan ini mulai beraksi menyalin pekerjaan rumah, tak ada yang salah dengan mengerjakan pekerjaan rumah disekolah terlebih kau sudah menganggap sekolah merupakan rumah kedua, tak ada yang salah kan, ya? Hehehe. Dan abaikan saja kalimat aku menyalin pekerjaan rumah temanku, itu sunggu tak layak untuk kalian tiru wahai pembaca, tetapi jika kalian dalam situasi dan kondisi yang terdesak mungkin kalimat tak layak ditiru harus kalian abaikan, sungguh.

Belum selesai jemari ini merampungkan urusan salin-menyalin, Pak Eman Sulaeman sudah menampakkan rimbunan kumisnya dan aku tertangkap basah olehnya menyalin pekerjaan Cecil. Alhasil aku mendapat ceramah singkat sebelum akhirnya dipaksa meninggalkan kelas sampai pelajarannya berakhir. Terimakasih Tuhan aku bisa menghabiskan waktu di perpustakaan atau dikantin sampai 4 jam kedepan, yess! Aku melenggangkan kaki menuju perpustakaan tempat dimana surga tersedia, buku bacaan novel, pendingin ruangan dengan tempratur tak terlalu rendah dan jangan lupakan fasilitas sekolah yang sangat berguna, wifi gratis. Baru beberapa menit berselancar di dunia maya, mata ini sungguh tak bisa diajak berkompromi, hawa dingin pendingin ruangan membuat petahanan mata ini menyerah, aku mengantuk dan pelan-pelan mengatupkan kedua mata di meja baca.

Sebuah tangan halus mengelus pipiku, mencoba membangunkanku tanpa membuatku terkaget dalam tidur, dan betapa terkejutnya saat mengetahui tangan halus yang menyentuh pipiku adalah seorang Arseto.

"saat tertidur jangan biasakan membuka mulutmu, lihat liurmu membasahi buku" ia berjongkok dihadapanku dan mengusap bawah bibirku dengan jemari tangannya.

"aku tidak pernah meliur, enak saja!" jawabku mengelak.

"lalu ini apa?" ia menunjukkan bukti jemari tangannya yang basah karena mengusap air liurku, entah mengapa hal kecil seperti ini membuat wajahku kembali memanas dibuatnya.

"masa, sih?" aku berpura-pura kembali bertanya, meyakinkan apakah yang terjadi benar-benar demikian. Aku sedikit canggung tertangkap basah karena tertidur dengan mulut basah seperti ini, sungguh aku bukan tipe meliur saat tertidur, walaupun ibuku melakukannya tetapi aku tak merasa ibu tak menurunkan sifat meliur saat tertidur kepadaku, eh apa iya meliur saat tertidur itu warisan dari sifat orangtua?

"ayo!" ia mengulurkan jemarinya untuk meraih jemariku.

"tidak mau!" dan aku menolak jemarinya dengan mengibaskan jemariku.

"cokelat?" untuk yang kesekian kalinya ia tak henti-hentinya menyodorkanku cokelat itu sejak tadi pagi.

"untuk kau ingat, aku tak tertarik dengan cokelat!"

"saat itu kau membawakanku roti selai cokelat, itu artinya kau mengkonsumsi cokelat"

"aku tak memakannya, tapi ibuku. Aku lebih menyukai stroberi"

"baiklah akan kuingat, ayo kita kekantin dan mencari makanan rasa stroberi yang kau suka" ia kembali mencoba menggenggam tanganku.

"tidak mau! Sudahkah kau dengar gosip dikelas hari ini, jika kau dan aku diberitakan memiliki hubungan spesial, spesial seperti label gerobak tukang nasi goreng kambing?!"

"aku bahkan tak tahu jika kita memiliki hubungan spesial, maksudku orang yang sangat spesial yang ada dihadapanku saja tak menganggap demikian"

"aku menganggapnya demikian tapi kau hanya menjadikanku sebagai percobaan!" final, setelahnya aku meninggalkan Arseto didalam perpustakaan dan mencari pelampiasan kekesalan, kantin. Aku baru menyadari ini belum masuk waktu jam istirahat, lalu bagaimana Arseto bisa keluar menemuiku diperpustakan? Mungkin ia beralasan ke toilet atau... ah sudahlah. Bakso dan jus stroberi sudah tersaji di meja makan, betapa menyenangkannya melihat ini dimeja daripada buku cetak pelajaran yang masih harus dikenyam sampai 3 tahun nanti, sudahlah, selamat makan!

Setelah aku menyelesaikan mangkuk dimejaku, bel istirahat berbunyi, dan mulai datang banyak gerombolan siswa yang berbondong-bondong menyerbu kantin. "Lif! Kamu ke kantin tidak mengajakku!" saat menaikki tangga menuju kelas aku berpas-pasan dengan Cecil dan dua orang temannya dari kelas lain. "maaf, kutunggu dikelas ya!" ia hanya mengacungkan jempolnya dan kembali asyik mengobrol dengan kedua temannya menuju kantin.

"Lif, apa benar kau memiliki hubungan dengan Arseto?" ujar Sari yang kini berbalik arah menghadapku dikursinya. Baru saja bokong ini menyentuh kursi sudah ada pertanyaan menginterogasi.

"kau sungguh percaya dengan gosip yang beredar dikelas?"

"aku hanya mengikuti arus, layaknya gosip itu yang kini sedang menjadi arus utama dikelas ini" jawabnya. Tiba-tiba Fitri menampakkan diri dan ikut menyesuikan diri dengan topik pembicaraan kami.

"hey, Sari, sudah jangan kau bahas itu lebih jauh lagi. Kan Alif sudah menyatakan ia tak ada apa-apa dengan Arseto" ujar Fitri yang kini sudah berada ditengah topik, sepertinya ia berada dipihakku.

"ia hanya mengatakan apa aku percaya dengan gosip yang beredar? Lebih baik aku tanyakan saja langsung kepada tokoh gosip yang beredar, benar kan, Lif?" sanggahnya.

"benar juga, ya..." kini Fitri menimbang apa yang baru saja Sarii nyatakan. Aku menarik kembali pernyataan dalam benak jika ia ada dipihakku, sepertinya Fitri orang yang mudah goyah.

"hey ada apa ini ramai-ramai? Apa kalian membicarakanku dibelakang?" ujar Cecil yang tiba-tiba datang dan kini sudah berada ditengah-tengah obrolan kami bertiga.

"jika benar sekalipun kami membicarakan kamu, lalu untuk apa kamu berada ditengah-tengah kami, ingin membicarakan diri sendiri juga bersama kami?" balas Fitri.

"yah mungkin kalian bisa membicarakan tentangku dan aku akan sangat mengapresiasinya"

"yaampun kau ini narsis sekali, sih?" ujar Sari yang melihat Cecil dengan tatapan menahan senyum geli.

Kami berempat mulai asik dengan obrolan tak jelas, semua berawal dari gosip tentangku dan berakhir sampai ke tema makanan. Sungguh ini obrolan yang tak jelas tetapi sangat hangat diantara kami berempat yang sedang asik membahasnya. Obrolan kami tak sampai disitu saja, bahkan sampai dirumah kami masih memebahas apapun di percakapan bersama di perpesanan instan, Line. Topik yang kami bahas kebanyakan adalah gosip dikelas yang sedang hangat ditengah-tengah kami. Bagaimana gosipku dengan Arseto? Topik itu juga masih masuk didalam percakapan kami tapi hanya sekilas, dan tak terus menerus diulas sampai tuntas. Akhirnya kami menjalin pertemanan yang menyenangkan, ditambah dengan kehadiran Masayu Deswita dan Andriyanto. Kedatangan Masayu Deswita dan Andriyanto juga bagian dari topik pembicaraan kami di percakapan grup yang kami buat.
Kami (aku, Cecil, Fitri dan Sari) tak sengaja bertemu dengan Masayu di minimarket diseberang pusat perbelanjaan, setelah seharian menumpang membaca di toko buku yang berada didalamnya. "hey Masayu, sedang apa kau disini?" Cecil membuka percakapan saat kami tiba menghampiri meja-nya.

"hei Anneyong! duduk-duduk! Aku memang sering berada disini, fasilitas wifi gratis sekaligus menghabiskan waktu, bosan dirumah"

"kau penggemar Korea?" tanyaku.

"memangnya kau tak pernah memperhatikanku?" tanyanya kembali.

"jika kau pernah melihat perempuan yang hobi bergoyang didepan kelas, seperti orang kerasukan sesuatu dengan memutar musik korea berirama cepat, dialah perempuan itu" Sari menjawab pertanyaanku.

"enak saja kerasuka! Aku hanya ingin totalitas saja wee" ujarnya yang mengejek Sari seperti anak kecil.

Sosok Masayu disini paling kecil diantara kami berempat, postur tubuh yang kecil dengan perpaduan wajah imut khas anak sekolah dasar dibawah umur membuat orang yang melihatnya akan berpikir demikian jika ia seperti anak gadis polos yang masih mengenakan seragam merah-putih. Padahal dialah yang satu tahun usianya lebih tua dibandingkan kami yang kelahiran 1998, tetapi wajahnya seperti anak dengan tahun kelahiran 2000an. Perempuan ini sangat menggilai apapun yang berasal dari negeri Gingseng, mulai dari lagu, film, makanan hingga serial televisi ia simpan lengkap didalam ponsel dan komputer jinjing yang selalu ia bawa. Bahkan saat aku mencoba melihat kedalam isi komputer jinjing miliknya, idikator penyimpanannya saja sudah berwarna merah dan hanya menyisakan sekian ratus megabite dari sekian ratus gigabite yang disediakan. Dan kalian tak akan menemukan hal apapun tentang negara lain selain Korea, bahkan sampai-sampai ia mengganti pengaturan bahasa dilaptop dan ponselnya menggunakan bahasa Korea, aku tak perlu lagi meragukan kemampuannya dalam hal negeri Opa Gangnam Style tersebut. Berbeda dengan Sari, perempuan ini sangat menggilai hal yang berhubungan dengan negeri Sakura, tetapi tak segila Masayu yang semua seluk beluk negara yang ia kiblatkan ia ketahui. Sari hanya menyukai bahasa dan budaya negeri Aokigahara tersebut, dan beberapa film yang menurutnya lebih romantis dari serial drama korea yang bisa menghabiskan waktu beberapa puluh episode. Tetapi dilain sisi, Sari juga menyukai musisi asal negeri Paman Sam, Avril Lavigne. Terlebih Avril Lavigne juga pernah merilis lagu dengan campuran bahasa Jepang (aku tak tahu apa judulnya, tetapi aku tahu ia yang membawakan lagu tersebut) dan setahuku ia juga menggemari boneka Hello Kitty, yang juga berasal dari Jepang, mungkin judul lagu yang kumaksud adalah Hello Kitty, mungkin? Berbeda dengan Masayu dan Sari, Mutia lebih menyukai sesuatu yang sangat Indonesia sekali dan sesuatu yang berbau keagamawi. Ia lebih banyak menyimpan koleksi lagu berbahasa Indonesia dengan makna yang dalam atau lantunan surat pendek yang ia simpan didalam ponselnya, sungguh ia perempuan yang tak gentar dengan arus globalisasi yang ada. Cecil menyukai musik yang berasal dari negeri Paman Sam, ia sangat fanatik dengan penyanyi asal Kanada yang saat ini menjadi kaum kegilaan para gadis remaja, Justin Bieber. Bagaimana denganku? Aku tertarik dengan apapun selama itu membuatku tertarik, entah itu berasal dari negeri manapun itu, termasuk dengan sesuatu yang berasal dari negeri kelahiranku sendiri. Oiya hampir lupa, bagian dimana Andriyanto bisa bergabung bersama kami, garis besarnya adalah ia sangat tertarik dengan Masayu karena menurutnya perempuan ini sangat berbeda dengan perempuan kebanyakan. Seperti yang sudah kutuliskan tadi, ia hobi bergoyang, eh, maksudku menari didepan kelas tanpa malu kepada mereka-mereka yang menggunjingkan keanehan yang ada pada diri Masayu. Andriyanto lebih menyukai sesuatu yang berbau teknologi, terlebih seputar perangkat pintar yang baru-baru dirilis dengan kecanggihan dan kepintaran perangkat tersebut. Ia bahkan sesekali bisa diajak untuk berdiskusi untuk merekomedasikan perangkat pintar mana yang layak dibeli dengan harga yang masih bisa dijangkau dompet.

Dan minimaket tempat kami sering menghabiskan waktu bersama untuk berkumpul dan memulai obrolan seru-pun dimulai, kami berkumpul dan mulai menyalurkan cerita-cerita kehidupan. Kami tak canggung menceritakan pengalaman pahit yang pernah kami lalui. Bagaimana dengan Arseto? Aku tentunya tak melupakan dia yang menjadi bagian dari perjalanan tahun pertamaku mengenakan segaram putih-abu-abu yang selalu membuatku tersipu. Aku membahas ini hanya dengan beberapa dari mereka yang kuanggap mampu merahasiakan masalah kedekatakan ini, seperti Cecil dan Fitri. Beberapa minggu pertemanan kami terjalin, kami saling mendukung satu sama lain. Bahkan yang tadinya kupikir, Andriyanto acuh tak acuh dengan perkumpulan kami, ia paling depan membantuku menghadapi beberapa anak laki-laki dikelas yang memiliki mulut tajam. Yang sering mengatakan bahwa aku adalah lelaki homoseksual yang menggoda Arseto yang tampan sebagai objek seksualku. Aku pernah menitihkan air mata didepan teman seperkumpulanku karena merasa tak kuat dengan lingkungan kelas yang membuat mentalku ambruk dengan hinaan mereka , tetapi mereka selalu ada disampingku saat aku tak bisa menceritakan hal ini kepada orang lain terlebih kepada orangtuaku. Dan akhirnya aku tahu bahwa Andri tak hanya membelaku, tetapi ia juga membela teman satu SMP-nya yang tak lain adalah Arseto Perwira. Yang aku tahu Arseto tak menjawab apapun mengenai kedekatanku dengannya, saat beberapa anak lelaki bermulut tajam yang juga merupakan temannya menanyakan perihal itu. Ia hanya mengabaikan mereka dan membiarkan mereka menebak-nebak apa yang sedang terjadi. Beberapa minggu lamanya akhirnya situasi dikelas menjadi lebih dingin dari biasanya, walaupun tak ada lagi terdengar gosip tentangku dan Arseto, tetapi tetap saja mereka masih menjaga jarak denganku, dan saat berminggu-minggu itu pula Arseto tak lagi menghubungiku dan memberikan tanda tanya besar tentang apa yang terjadi dengannya. Akupun tak berani mencoba mendekati dan bertanya apa dan mengapa, karena lingkup obrolan kami dibatasi oleh mereka yang hobi menyebarkan gosip. Pernah sekali kusapa dia melalui obrolan di Line tetapi yang kudapat hanya tanda pesan telah dibaca tanpa diberi balasan. Setidaknya ada dampak positifnya juga dari hal itu, menjadikanku lebih dekat dengan teman-teman yang saat ini masih setia berada disampingku, meskipun aku berada ditengah-tengah mereka, aku masih tak bisa melupakan wajah Arseto dari dalam benakku....

Tak terasa sudah memasuki musim penghujan, dan kalender sudah memasuki tanggal di penghujung akhir bulan (ciye yang mau ambil gajian di awal bulan sebentar lagi, ya? Hehe) dan sebentar lagi gue mau UTS wish me luck! semoga dapet A-, gak muluk-muluk pengen dapet A kalau dapet A- aja udah mukjizat dari Tuhan. Oiya jangan lupa seperti biasa Vote, Komen dan tambahkan ke list library kalian dan jangan lupa share yang paling penting hehe. Selamat malam jum'at bagi kalian yang sedang menjalankan kejum'atan kalian entah apa itu dan jaga diri selalu dari perubahan musim!

Continue Reading

You'll Also Like

Say My Name By floè

Teen Fiction

2.3M 129K 50
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
174K 18.9K 49
Chio tidak diinginkan. Oleh siapa? Semuanya. ** [Ochio Narain] • The Unwated Youngest •
5.2M 378K 74
Camellia terjebak dalam dunia asing yang membingungkan, tepat saat membuka mata hal yang tak terduga menghampirinya. Katanya ia adalah seorang perma...
585K 28.6K 41
"Dia pacaran sama salah satu guru di sekolah kita. Dan sering main ke rumah guru itu, bahkan berteman baik sama anak gurunya. Adek lo," ungkap Antala...