Shawn Anderson
Aku menghampiri Hendry di ruangannya.
"Malam Tuan" Hendry berdiri menyapaku dan membungkukkan badannya ketika aku memasuki ruangannya. Aku mengangkat tanganku mempersilahkannya duduk kembali di tempatnya. Aku lalu duduk di hadapannya.
"Apa Scarla bekerja disini?" Tanyaku to the point.
"Scarla? Apa yang tuan maksud Scarla Wilford? pramusaji yang baru?" Tanyanya heran.
"Berikan aku data-datanya" kataku melipat tanganku di depan dada.
"Data?" Tanyanya masih heran. Aku memang tidak pernah perduli dengan data atau informasi karyawanku, mungkin aneh baginya melihatku meminta data tersebut.
"Apakah aku perlu mengulangi perkatanku untuk kedua kalinya?" Tanyaku tenang.
"Apakah ia membuat masalah tuan? Saya akan memecatnya jika demikian."
Aku mengerutkan dahiku. Apakah semua orang berpikir demikian ingin memecatnya karena aku? Padahal dia tidak melakukan apapun padaku, mungkin iya menumpahkan kopi tapi itu juga tidak sengaja bukan?
"Tidak, kau tidak perlu melakukannya. Aku hanya membutuhkan datanya." Kataku menatapnya.
"Baik tuan" Ia lalu mencari sebuah dokumen dan memberikannya untukku.
Aku tersenyum saat membukanya. Data diri lengkap dengan fotonya yang tersenyum di sudut dokumen.
"Terima kasih Hendry, Ku harap kau tidak memberikannya kesulitan, kau mengerti maksudku bukan?"
"Baik tuan" Hendry berdiri dan menunduk.
Aku berbalik dan menutup map hitam yang ku pegang. Aku melihat jam tanganku, aku memang menunggunya, aku ingin bertemu dengannya malam ini. Aku menunggu di sisi bar dekat pintu karyawan. Club masih berlanjut hingga pagi namun di perjanjian kerjanya menjelaskan bahwa ia mengambil shift hingga tengah malam atau pukul 1 pagi.
Aku menunggu dan melihat sudah pukul 1.15 pagi. Karyawan yang melihat padaku semua menunduk saat berlalu di hadapanku.
Aku berdiri mematung saat melihat Scarla berjalan menujuku. Tidak ia tidak berjalan menuju padaku, ia melewatiku. Untuk pertama kalinya aku merasa pesonaku tidak menarik perhatiannya. Damn!
Aku harus memanggilnya, aku sudah menunggunya satu jam disini.
"Hei." Sapaku, entah aku merasa aneh menyapa wanita kali ini, aku tidak terbiasa memulainya.
Scarla terdiam berbalik dan menoleh menunjuk dirinya.
"Iya, kau pikir aku memanggil siapa?" Aku tersenyum.
"Ohh.. ada yang bisa ku bantu?" Tanyanya ramah.
"Kau sudah lupa padaku?" Aku mengangkat alisku sebelah.
Scarla menatap dan memperhatikanku.
"Apa aku mengenalmu?" Tanyanya polos.
Aku sedikit terkejut, gadis ini benar-benar dia bahkan tidak mengenalku dan tidak mengenaliku orang yang sudah ditumpahkan kopi namun tidak marah. Bahkan disaat semua wanita ingin dapat berbicara padaku ia seakan tidak perduli padaku? Baru kali ini aku merasakan apa itu arti penolakan dalam hidupku.
"Hei? Jika kau masih mau berdiam disini aku pamit pulang yah?" Scarla melambaikan tangan di hadapanku, mengembalikan aku dari lamunanku.
"Hmm aku akan mengantarmu pulang." Aku tersenyum.
"Aku rasa kau tidak perlu melakukannya, Aku dapat pulang sendiri, Aku akan menaiki bu untuk pulang dan maaf sebelumnya namun aku bahkan tidak mengenalmu." Ia tersenyum.
"Ohh.. Aku Shawn, kau dapat memanggilku dengan Shawn." Aku mengulurkan tanganku.
"Scarla"
"Hmm Shawn, aku pulang dahulu."
"Bukankah aku bilang aku akan mengantarmu? Aku tidak bertanya dan meminta persetujuanmu untuk itu." Aku masih menatapnya.
Handphone Scarla berdering. Ia mengangkat panggilan teleponnya.
"Hallo, ya granny? Iya, aku akan berhati-hati, aku akan segera pulang, granny tidak perlu menungguku ini sudah larut malam granny tidur dahulu ya? Ku mohon aku akan segera pulang granny, baiklah hmm" ia menggigit bibirnya.
"Hmm kurasa kau harus segera pulang karena grannymu sudah menunggumu di rumah? Baiklah ayo aku akan mengantarmu." Aku tersenyum mengatakannya kembali.
Ia masih terdiam memegang handphone nya. Aku masih menunggunya dan menatapnya.
"Baiklah untuk kali ini saja." Katanya takut. Aku tersenyum melihat wajahnya seolah penuh curiga padaku.
"Kau tidak perlu takut, apakah wajahku begitu menakutkan bagimu?" Tanyaku.
Ia malah mengangguk, aku tidak percaya gadis macam apa dia ini. Aku tersenyum dan menggeleng.
"Ayo" aku berjalan di depannya sedangkan ia berjalan di belakangku menuju tempat parkir.
Aku menuju Porsche 718 Boxter-ku. Scarla akan menjadi wanita pertama yang duduk dimobilku. Aku tidak pernah mengizinkan wanita lain menaiki mobil kesayanganku.
Aku mengeratkan coatku, salju sudah mulai turun dengan angin yang berhembus kencang. Aku memperlambat jalanku agar aku dapat berjalan berdampingan dengannya.
Aku berjalan pelan di sisinya melihatnya mengusap tangannya yang terbalut sarung tangan. Suhu udara di Toronto ketika tengah malam ini memang tidak bersahabat, namun mengapa dia malah tidak membawa syal di saat keadaan bersalju seperti ini.
Aku melepaskan syalku dan melingkarkannya di lehernya.
"Hmm tidak perlu-." Katanya menatapku.
"Kau ini, sudah tahu keadaan bersalju mengapa tidak membawa syal untuk menghangatkan dirimu." Aku lalu berjalan mendahuluinya mengeratkan coatku dan mempercepat langkahku ditengah udara dingin ini.
Aku memasuki mobil dan tersenyum ketika melihat syalku sudah melingkari lehernya.
Ia memberitahukanku jalan menuju rumahnya.
"Apakah kau akan datang kembali ke club? Aku akan mencuci syalmu dan akan mengembalikannya nanti." Katanya padaku.
"Ya, aku akan datang lagi nanti." Kataku.
"Kau tidak mengingatku?" Tanyaku sambil masih menatap jalan.
"Maaf tapi aku benar-benar lupa, kau tidak akan menurunkanku di tengah jalan kan karena aku tidak mengingatmu?"
Aku sangat suka melihat raut wajahnya yang menurutku menggemaskan itu. Aku tertawa pelan.
"Satu minggu lalu kau menumpahkan kopi di kemejaku." Kataku membuatnya berpikir.
"Ohh!! kau yang ada di kedai kopi? Astaga! Bagaimana dengan kemejamu? Seharusnya aku mencucinya maaf karena kejadian itu.. ohh itu sangat memalukan."
Aku melihatnya menunduk dan memejamkan matanya. Entah apa yang aku rasakan aku hanya terus tersenyum melihatnya.
"Kau dapat mengajakku makan siang untuk hal itu." Kataku.
"Baiklah aku akan mentraktirmu makan siang." Ia mengangguk dan tersenyum.
Aku sudah sampai mengantarkannya di depan rumah.
"Terima kasih untuk syalnya dan mengantarku pulang." Katanya tersenyum dan melambaikan tangannya.
Aku tersenyum dan mengangkat tanganku dan segera berlalu meninggalkannya. Shawn apa yang baru saja kau lakukan, jika teman-temanmu tahu hal ini, mereka akan mengadakan pesta semalaman untuk merayakannya. Aku tertawa bodoh memikirkannya.
Seketika pandanganku teralih pada sebuah boneka kecil di kursi penumpangku. Aku mengambilnya itu adalah sebuah boneka rusa kecil. Aku tersenyum, pasti ini milik scarla.
Aku membenarkan posisi rusa kecil tersebut agar duduk di sisiku.
"Ayo kita pulang rusa kecil" aku tersenyum dan memegang kemudiku.