Halooo!
Untuk menghargai penulis tekan bintang dulu sebelum membaca terimakasih!❤⚘
Typo tandai!
.
.
.
Suasana kuil tampak ramai banyak orang berlalu lalang untuk berdoa atau mempersembahkan sesembahan kepada dewi kehidupan.
Di jendela belakang kuil tampak seekor kucing hitam berbulu halus sedang bertengger manis di sana. Emilo mengamati sekitar dengan mata kucingnya yang berwarna ungu. Kucing gemuk itu kemudian melompat turun dari jendela.
"Tuan lewat sini!" Alopex mengintruksi sembari melangkah terlebih dahulu.
Orang-orang di kuil mengabaikan kucing hitam gendut yang lewat di hadapan mereka karena terlalu sibuk dengan kegiatan kuil. Itu sebabnya Emilo dengan badan gendut berbulunya asik berlenggak-lenggok melewati mereka semua dengan santai.
"Miaw miaw?" (Foci tau tidak kemana uncle Bellic belada?) Kucing kecil itu tiba-tiba mengeong mengajak Alopex berbicara.
"Hah? kenapa anda menanyakannya, apa anda merindukan paman anda tuan?" heran Alopex.
Kucing jelmaan itu wajahnya menjadi cemberut kusut nan lucu si hitam nampak protes. "Miawwww!" (Tidak cama cekali!)
"Lalu kenapa anda menanyakannya?" tanya Alopex.
"Miaw miaw miaw--" (Milo mau kacih cecuatu ke uncle Bellic--)
Alopex menatap Emilo dengan heran seolah mengatakan. Hal apa itu? apa itu sebuah pukulan?
"Miaw?" ( Foci napa bengong?) Kucing hitam itu memiringkan kepalanya, kedua bola mata kucingnya yang lucu memandang polos ke arah Alopex. Benar-benar menggemaskan.
"Hah," Alopex menghela nafas, "ayo ikuti saya," tanpa bertanya lebih lanjut Alopex berjalan lebih dulu. Rubah itu berencana membawa Emilo menemui pamannya sebelum melaksanakan rencana mereka. Biarlah Alopex menuruti keinginan tuannya daripada kucing jelmaan itu tantrum.
Entah apa yang akan Emilo lakukan dengan wujud barunya itu pada Belric.
Alopex mulai mengendus udara mencium keberadaan Belric. Rubah itu lalu mengarahkan Emilo menuju ruangan yang terletak paling ujung di bandingkan ruangan lain. Ruangan itu berada di luar kuil tapi masih tetap berada dalam satu kawasan dengan kuil dewi kehidupan milik keluarga Alan.
"Nah itu paman anda tuan!" seru Alopex. Membuat Emilo kucing mengalihkan perhatiannya.
Belric saat ini sedang termenung sembari menatap jendela, Pria itu amat di kejutkan dengan kedatangan seekor kucing yang berlari mendekat ke arahnya.
"Hei kenapa mahluk rendahan ini kemari? pergilah ku--."
Cras! Belum sempat Belric protes kucing asing itu tiba-tiba melompat ke arahnya dan mencakar-cakar wajah Belric.
"Miaaaw!" ( lacakan!) si kucing jelmaan dengan penuh dendam mencakar-cakar wajah licik Belric.
"Ahkkkhh berhenti kau kucing sialan!" Belric berontak kenapa kucing yang baru ia temui malah mencakar wajahnya apakah kucing ini termasuk spesies kucing gila?
"Ahhhkkkk berhenti!" Belric mulai meraung. Belric ingin mengambil si kucing hitam yang menempel sepeti lem di wajahnya. kuku-kuku tajam itu berhasil menggores asetnya yang berharga!
Alopex memutar bola matanya jadi ini yang diinginkan kucing gendut itu?
"Tuan ayooo cepat pergi kita tak punya banyak waktu!" perintah Alopex setelah melihat Belric tercakar beberapa kali oleh Emilo. Dasar!
Emilo yang mendengar perintah Alopex kemudian turun dan dengan cepat berlari mengikuti Alopex ! Tersangka kedua telah mendapatkan cakaran mautnya muehehe!
"Mau kemana kau kucing sialan!" maki Belric.
***
Rubah Alopex mulai melihat denah ditangan berbulunya ia mengarahkan Emilo ke lorong yang sepi, tadinya banyak langkah kaki yang mengejar mereka di belakang namun kemudian Alopex dengan cepat memakai sihir ilusi untuk mengalihkan perhatian para orang-orang itu.
Mungkin itu adalah orang-orang atau bawahan Belric yang di suruh mencari kucing hitam pembuat onar yang tak lain adalah Emilo.
"Miaw miaw!" ( Foci apa benal ni tempatna?)
"Benar dan kita pernah kemari tuan!" beritahu Alopex.
Kucing hitam Milo mengangguk pantas saja ia merasa pernah kemari.
di lorong tempat mereka berada sekarang ada sebuah lantai yang lebih menjorok ke bawah di bandingan dengan yang lain, atau di sebut ruang bawah tanah. Alopex kemudian menginjak lantai itu hingga muncul anak tangga yang mengarah ke bawah. "Ayo tuan denah ruangannya mengarah kemari!"
"Miaw!" Kucing gendut itu mengikuti Alopex yang berjalan lebih dulu.
'Enak cekali jadi kucing tidak ada yang culiga dan tidak pellu alacan ke kamal mandi jika ketemu olang, Milo juga bica cecuka hati pipic dan cakal wajah olang hehe!' batin Emilo, padahal saat Alopex mengubahnya jadi kucing Emilo cukup kesal, kenapa sekarang balita itu merasa bangga menjadi seekor kucing setelah mencakar si tua bangka Smith dan juga pamannya Belric.
Alopex yang ada di depan Emilo tiba-tiba menghentikan langkahnya saat mereka sudah berada di lantai paling bawah. Rubah itu kemudian mulai berkomat-kamit mengucapkan mantra.
PUFF!
Emilo menerjabkan matanya pelan, Eh dia sudah kembali ke tubuhnya yang semula.
"Tuan Lebih enak begini kan jadi manu--AKHHH!" Alopex menjerit ketika Emilo menggigit telinga rubahnya.
Bukannya bayi itu tidak suka menjadi kucing? kenapa Emilo menggigitnya ketika Alopex mengubah wujudnya kembali?
"Tuann bukankah tuan tidak suka jadi kucing kenapa menggigit telingakuu. Aaakkhhh!"
***
Kaki gendut Emilo terus berjalan sembari menggendong Alopex yang kepala rubahnya bersinar seperti lampu di lorong bawah tanah itu. Emilo memang menyuruh Alopex menjadi senter penerangan jalan sehingga dengan terpaksa Alopex membuat kepalanya bersinar.
Rubah itu seketika ingin menangis, wibawanya sebagai rubah agung runtuh ketika dirinya hanya di gunakan sebagai lampu penerangan jalan dan juga petunjuk arah.
"Foci liat di cana ada pintu!" Tunjuk Emilo pada pintu dengan ukiran Aneh.
"Tuan berhentilah sebentar," suruh Alopex.
"Eh napa belhenti." Emilo memiringkan kepalanya dengan bingung.
Alopex tidak menjawab rubah itu hanya kembali mengucapkan mantra agar hawa keberadaannya dan tuannya tersamarkan, Alopex pun turun dari gendongan Emilo.
"Tuan tetap diam di sana mengerti!"
Emilo mengangguk, bocah gembul itu mau tidak mau mematuhi ucapan Alopex karena Emilo juga merasakan sedikit tekanan sihir dalam lorong bawah tanah ini.
Dalam bentuk kecil Alopex mengubah wujudnya menjadi rubah dewa agung kemudian mengucapkan mantra suci untuk menyegel pintu ruangan itu.
Alopex lalu kembali ke wujudnya semula dan terbang ke pelukan Emilo,"Tuan ayo pergi kita harus cepat supaya dia tidak menyadari keberadaan kita."
"Um, cekalang kita haluc pelgi kemana?"
"Setelah pintu itu kita akan berbelok ke lorong lain dan pintunya tepat berada di sana tuan!"
"Um Milo mengelti!" Emilo dengan cepat berlari ke arah yang di intruksikan oleh Alopex. Emilo heran kenapa ibunya bisa tersesat kemari saat mengandung dirinya pula.
BRAK!
BRAK!
BRAK!
Baru beberapa meter si gembul berlari ke ke ruangan sebelah, Alopex dan Emilo mendengar suara gebrakan pintu dari ruangan yang di segel Alopex.
"Gawat! mahluk itu menyadari keberadaan kita! Ayo cepat tuan pintunya ada di sebrang lorong ini!"
Padahal Alopex sudah menyamarkan dan menyegel pintunya, namun sepertinya si iblis ini tak dapat ia remehkan.
Emilo dengan kaki gendutnya mulai mempercepat langkahnya, lalu si gembul itu menghentikan langkahnya ketika sampai tepat di depan pintu lain dengan ukiran yang sama.
"Tuan benar ini adalah ruangannya!"
Emilo lalu mendekat ke arah pintu itu lalu si gembul yang penuh lemak pun mencoba membukanya. Namun naas ketika Emilo menyentuh gagang pintunya dirinya malah terpental.
"Tuan!" Seru Alopex ketika melihat Emilo jatuh. "Tuan pintu ini sepertinya juga tersegel."
BRAK!
BRAK!
BRAK!
Gedoran di pintu pertama atau ruang pemujaan tak berhenti juga
Emilo bangun balita itu tidak menangis, Emilo justru terlihat sedikit marah karena gedoran di pintu pertama tidak berhenti , Emilo menjadi sedikit frustasi.
"Tidak ada cala lain Milo akan hanculkan pintu ni!
"Tuan apa yang akan anda lakukan?" Alopex melihat muka bulat Emilo memerah pertanda bahwa si gembul itu sangat marah.
Emilo kemudian berdiri sejauh-jauhnya dari pintu itu lalu-- "CELANGAN KEPALA BULAT MIlO!"
BRAAAAK!
Alopex terbengong melihat pintu di ruangan itu terbuka. Yang benar saja! bukan hanya pintu ruangannya yang terbuka namun segelnya juga terlepas. Sekilas Alopex juga melihat asap mengepul di kepala Emilo. Benturan tadi nyatanya membuat kepala bocah gendut itu berasap.
"Foci cepat macukk!" Emilo berseru karena melihat sebuah asap hitam terbang melesat ke arah mereka dengan cepat.
Emilo dengan cepat menutup pintu sebelum asap hitam itu masuk.
"Sial segel yang ku pasang di sana terlepas! mahluk itu mengejar kita tuan? Ayo cepat cari kotak yang di maksud ibu anda!"
"Aduh di mana kotakna yah pala Milo pucing!" Balita itu berjalan ke sana kemari sembari mengitari ruangan mencoba menemukan kotak yang di maksud oleh ibunya.
"Tuan cepat!" Alopex berteriak ke arah Emilo rubah itu ada di depan Pintu sembari menahan sosok hitam yang berusaha masuk ke dalam.
"DI MANA ANAK ITU?!
"SERAHKAN ANAK ITU!"
"AKU MENCIUM BAUNYA DI SINI."
"Kurang ajar, saat semuanya berakhir aku akan mengirimmu ke neraka!" geram Alopex.
***
Emilo mengitari ruangan sembari berusaha mengingat-ngingat apa yang di tulis ibunya di buku harian itu.
Setelah hilangnya sosok itu diriku yang hamil besar terus berjalan hingga aku mencapai ruangan lain di lorong yang sama, di sana entah kenapa mataku tertarik ke sebuah kotak yang terpajang rapi di tengah-tengah ruangan karena penasaran akupun membukannya namun mataku seketika terkejut.
Emilo membulatkan matanya! ia mengingatnya kotak yang terpajang di tengah-tengah ruangan itu yang di maksud oleh sang ibu!
"Kotak... Kotakna mana yah?" Emilo berjalan sambil menggigit jari telunjuknya. Kepala bulat balita penuh lemak itu menoleh ke kanan dan ke kiri berusaha mencari hal yang ia mau.
Lalu kaki gendutnya berhenti matanya berbinar ketika sampai di tengah-tengah ruangan Emilo terpaku. "ITU KOTAKNA!"
***
Smith yang sedang memimpin Doa beserta para pengikutnya menjadi terguncang seolah-olah ada sebuah gempa bumi di bawah tanah tempat kuil itu berdiri.
Smith yang menyadari ada yang tidak beres lantas dengan cepat berlari ke tempat Itu meninggalkan para jemaatnya yang menatap Smith dengan pandangan bertanya sekaligus heran.
TAP!
TAP!
TAP!
Kaki tuanya melangkah di tangga lantai bawah tanah itu namun sebelum ia menapakan kakinya di lantai paling bawah Smith malah tercekik ketika sosok asap hitam besar datang mencekiknya.
"KAU MEMBIARKAN ANAK ITU KABUR LAGI DASAR MANUSIA TIDAK BERGUNA!"
"A-anak yang mana mas-master?" Smith rasanya ingin mati nafasnya sudah berada di ujung karena cekikan itu.
Sosok itu kemudian membawa Smith ke sebuah ruangan.
"ANAK ITU DAN PELINDUNGNYA TELAH MELARIKAN DIRI!"
BRUK!
"AKU INGIN DARAHNYA KARENA AKU INGIN WUJUD SEMPURNA!"
Tubuh Smith terlempar hingga pria itu terbatuk darah, Smith memandang sekitar Junjungannya telah membawanya ke ruang penyimpanan rahasianya yang berada tak jauh dari ruangan pemujaan.
Mata tua Smith lantas terpaku melihat ke satu titik di mana satu-satunya benda yang biasanya terpasang rapi di sana malah hilang entah kemana.
"Di-di mana kotak itu be-berada?!"
***
TBC.
Ada yang mau kasih Milo whiskas? ⋆˚🐾˖°
Emilo : "Miaw!" ฅ՞•ﻌ•՞ฅ
Alopex: "Sesi menjadi kucing sudah berakhir bisakah anda berhenti."
(╥﹏╥)
Tinggalkan komentar see you!⚘❤