Sang Juragan (Gibran Danuarta...

By Neo_Ka

228K 15.2K 768

Janda Series by: Neo Ka🪶 Beda dari yang lain nih😋🫶 oOo Gibran Danuarta. Dia seorang Juragan tanah Muda y... More

Prolog
01. Perkara Kopi, Jatuh Hati?
02. Meminang
03. Baru Meminang Sudah Membonceng
04. Harus Terjadi
05. Mas Danu
06. Sentuhan Setelah Sah
07. Menyukainya
08. Hampir Tidak Bisa Menahan
09. Dek, Boleh Minta Sekarang?
10. Saya Ambil Beneran, Nangis Kamu
11. Tetap Saya Pemenangnya
12. Buat Saya Kelelahan
13. Apa Maksudnya?
14. Sudah Tanggal Berapa?
15. Positif
17. Akan Saya Hangatkan Kamu
18. Pelengkap Dihubungan Sah

16. Anak Siapa?

9.5K 868 31
By Neo_Ka

Selamat Malam Penduduk!

Balik lagi sama Ka Neo dan Juragan Danu, udh siap baca?

Eh vote dulu atuh, kasih dukungannya biar Ka Neo jadi tambah semangat😋🫶

Dan penduduk! Siapa yang kemarin yang baca pengumuman? Iyap! Ka Neo udh bikin akun IG khusus kasih ilustrasi gitu, di sana bakal ada semua ilustrasinya, ada Renata, Ndoro Harsya bahkan Juragan Danu🤗

Semua pokoknya bakal ilustrasi akan ada di sana, dan ya pasti untuk promosiin novel yang kemungkinan Ka Neo buat, so bantu folow dan dukung ya Penduduk, kemarin udh ada 10 penduduk yang mengikuti, terimakasih buat semua dukungannya🥹🫶

Penduduk yang lain boleh ya dibantu, ini linknya:
https://www.instagram.com/neoka_ayu?igsh=NTc4MTIwNjQ2YQ==

Bantu di folow ya penduduk, dijamin gak bakal bosan konten ilustrasi yang bakal Ka Neo kasih, so jangan lupa ya, Ka Neo tunggu🫶


Eh jadi panjang banget, maaf ya penduduk, yaudah selamat membaca, jangan lupa vote dan komen ya, terimakasih dan semoga suka❤

Selamat Menikmati🪶

oOo

Menjadi seorang Juragan muda yang memiliki tanah yang begitu banyak serta luas membuat seorang Gibran Danuarta sibuknya bukan main, benar kata Laras lelaki itu hanya punya waktu saat malam dengan sang istri, pagi dan siangnya disibukkan dengan urusannya di luar, tidak jauh-jauh dengan tanah, kebun, atau sawah.

Itu sudah menjadi urusan mutlak seorang Juragan Muda seperti Gibran Danuarta.

Seperti sekarang contohnya, jam baru menunjukkan angka dua siang, tapi sudah lebih dua tempat yang didatangi oleh sang Juragan untuk mengurusi semua tanahnya, bukan hanya ada di dalam desa Kamboja tapi juga tersebar di beberapa desa sebelah.

Itu kenapa menjadi Juragan Danu sibuknya bukan main, apalagi diurusi sendiri dan seminggu dua kali akan meninjau semua tanahnya yang tersebar luas, kalau di tanya memangnya tidak ada orang kepercayaan di setiap daerah? Maka jawabannya ada.

Juragan Danu banyak memiliki orang dibalik dirinya yang berdiri sendiri, orang-orang yang sudah mendapatkan kepercayaan sebesar itu dari seorang Juragan Danu dan dipastikan tidak pernah berkhianat, dan bukan tidak percaya sampai harus dicek dua kali seminggu bukan karena alasan itu, tapi karena sudah menjadi rutinitasnya sejak lama, jadi Juragan Danu lakukan setiap waktunya.

"Setelah ini ke desa mana Gus?" Juragan Danu bertanya setelah selesai meninjau lahannya di desa tetangga, mereka kembali masuk ke mobil bersama dengan Agus yang menyetir, mereka hanya pergi berdua seperti biasanya, sudah perkerjaan tetap.

"Desa Kemayu dekat dengan Keraton Geageng Deapura Juragan." Mendengar itu Juragan Danu menatap sang bawahan yang sudah menjalankan mobilnya, berpikir memang dibagian sana ada sawah yang menjadi miliknya, tapi bukan hanya sawah kebun kopi milik Juragan Danu pun begitu sudah sangat luas di sana.

"Menurutmu kita harus mampir ke keraton atau tidak?"

"Saya terserah Juragan, ikut saja mana yang terbaik."

"Itu bukan jawaban yang saya tanyakan Gus."

Mendengar itu Agus tersenyum malu, menatap tidak enak pada sang Juragan yang menatapnya dengan malas, padahal Juragan Danu sedang tidak bercanda, pria penguasa itu bimbang setengah mati karena tidak tahu ingin mampir ke keraton apa tidak.

Walapun memang tidak punya hubungan dekat layaknya keluarga, tapi pertemanan dengan sang pemimpin Keraton membuat Juragan Danu merasa tidak enak, apalagi juga asal Ndoro Harsya dari sana, apa akan terlihat kurang ajar kalau memang sudah di sana tapi justru tidak mampir? Ah membingungkan!

"Saya tidak tahu Juragan, saya terserah Juragan Danu sebagai bawahan saya hanya bisa menurut." Mendengar itu Juragan Danu berdecak tidak suka, tidak ingin kesal lebih lanjut laki-laki itu mengeluarkan ponselnya untuk mengecek apa sang istri menghubunginya atau tidak, sayangnya tidak ada sama sekali, itu membuat perasaannya makin tidak karuan.

Maksudnya sudah lebih dari lima jam Juragan Danu keluar rumah tapi kenapa sang istri tidak mencarinya? Terlalu asyik dengan adiknya apa sampai melupakan suaminya begini? Tidak mungkin masih kesal 'kan? Sudah dia bujuk loh masa iya masih marah, ah kalau sudah membuat uringan begini enaknya langsung ditelfon.

Harus ada kejelasan!

Dering pertama tidak diangkat, dering kedua pun sama wajah Juragan Danu sudah masam ketika tidak ada tanda-tanda akan diangkat, ke mana saja sampai mengabaikannya begini? Ah Juragan Danu jadi tidak nyaman sendiri.

"Dek, ke mana saja sih? Kenapa baru di angkat?" Suara sang Juragan langsung terdengar sedikit kesal sedikit ketika sambungan telfon itu sudah diangkat, suara erangan di sana terdengar sudah menjelaskan kalau sang istri baru bangun tidur, memang dasarnya Juragan Danu saja yang tidak sabaran!

"Apa Mas? Aku baru bangun tidur loh, itu pun karena denger panggilan Mas Danu, kenapa, ada apa?"

Di sebrang sana Laras menjawab dengan nada malasnya, bahkan terkesan tidak minat karena masih sibuk mengumpulkan nyawanya, Juragan Danu yang tidak sabaran langsung mengalihkan menjadi panggilan vidio. "Angkat." Perintahnya yang langsung dituruti oleh Laras.

Penampilan perempuan itu hanya memakai tanktaop hitam yang membuat Juragan Danu melotot lalu menatap Agus yang sejak tadi menatap ke depan, mencuri pandang sedikit ketika melihat sang Juragan sibuk dengan ponselnya. "Heh! Hadap ke depan! Apa-apaan kamu melihat istri saya begitu, kurang ajar! Hadap depan Agus!"

Juragan Danu nampak kesal ketika tidak sengaja meliat Agus menatapnya, maksudnya bagaimana kalau lelaki itu menatap pada sang istri yang sedang berpenampilan terbuka? Eh tidak boleh ya! Tubuh Laras hanya miliknya jangankan melihat melirik saja habis oleh Juragan Danu, jangan main-main!

"S-saya tidak melihat Juragan, saya hadap depan." Gugup Agus ketika menyadari sang Juragan salah paham dengan pandangannya, karena demi Tuhan Agus tidak melihat sama sekali, tapi Juragan Danu tidak menerimanya dengan lelaki itu bergeser sampai menempel ke pintu, tidak memberikan celah untuk sang bawahannya bisa mengintip ke layar ponselnya.

"Jaga matamu, istri Juraganmu ini Gus!" Agus langsung mengangguk dengan wajah panik bukan main, Juragan Danu menyipit tajam lalu kembali menatap pada layar ponselnya yang menampilkan Laras dengan tanktop hitamnya, perempuan itu berada di atas kasur dengan wajah yang memang ketara bangun tidur, bahkan rambutnya pun aut-autan.

Di mata Juragan Danu itu begitu seksi!

"Kenapa pakai baju kayak gitu sekarang?" Ada nada kesal di sana, sedikit tidak terima saja kenapa harus tidak ada dirinya yang Laras berpakaian begitu, kan sangat menggoda heh!

Laras yang mendengar itu mengerutkan dahinya sambil membuka mata kembali, menatap pada sang suami yang sudah berwajah cemberut, ada yang salah pasti.

"Ya kenapa? Kan cuman di rumah doang, gak di bawa keluar juga, kata Mas Danu kemarin boleh asal di rumah, kenapa sekarang malah ditanyain lagi? Lagian ini di bawa tidur, aku kegerahan."

Jawaban Laras memang masuk akal, cuaca sekarang begitu sangat panas, bahkan Juragan Danu yang berada di dalam mobil ber-acnya tetap kepanasan, mungkin Laras juga sampai berpenampilan terbuka begitu, tidak heran sih sebanarnya.

Danu tidak terpasang Ac lebih tepatnya belum, hanya ada kipas dan mungkin itu sedikit kurang adem kalau kata Laras di hawa panas begini, Juragan Danu saja yang memang lupa, bisa-bisanya masih dipertanyakan.

"Ya 'kan saya lagi gak ada di rumah loh, kamu menggoda saya kalau begini." Tidak ada rasa malunya Juragan Danu mengatakan kalimat itu dengan terang-terangan ya walaupun dengan nada kecil karena ingat masih ada Agus, ah tidak papa kalau kata Agus mah, kapan lagi melihat Juragan Danu yang selalu terlihat serius bucin seperti ini? Oh itu sangat jarang loh!

Laras sendiri menampilkan wajah malas, perempuan itu berguling ke samping berganti posisi yang membuat Juragan Danu yang melihatnya tersenyum, rasanya menghangat melihat Laras betah begitu walapun tidak ada dirinya, laki-laki itu banyak minta maaf ketika dirinya banyak sibuk di luar begini.

"Menggoda dari mananya? Jangan fitnah ah, mana tahu aku kalau Mas Danu mau nelfon."

"Ya kamu juga, dari pagi saya tungguin buat telfon mana tuh notifnya, gak ada sama sekali." Lelaki itu cemberut di depan layarnya, Laras makin heran sendiri.

Juragan Danu biasanya tidak begini, lelaki itu akan banyak sibuknya ketimbang harus menghubungi istrinya setiap saat, itu yang Laras tahu selama menikah dengan sang Juragan, banyak waktu sibuknya membuat Juragan Danu sangat jarang membuka ponsel, jadi untuk telfona ketika siang sangat jarang mereka lakukan bersama.

Jadi ya diwaktu sekarang ini sedikit membingungkan untuk Laras, tidak bisanya soalnya untuk sang Juragan menghubunginya di waktu siang begini. Ini baru pertama kalinya mungkin atau tidak? Ah Laras bahkan sampai lupa ketika hal itu memang sebegitu jarangnya dilakukan sekalipun mereka sudah menikah.

"Ya kan Mas Danu kerja, aku gak mau ganggu lah, emangnya ada apa sih Mas? Kenapa harus kesel?"

"Tahu itu! Kayak cewek pms ih! Inget umur Mas!"

Wajah Juragan Danu makin masam ketika mendengar ucapan sang adik yang terdengar saja, menandakan kalau sang istri sedang bersama dengan sang adik, suara tawa keduanya langsung terdengar saat itu juga, tapi Laras nampak menahan ketika melihat wajah masam sang Juragan, tidak mau membuat sang suami benar-benar kesal saja.

"Ketawa aja gak usah di tahan, emang sama satu tim kok kalian, paham banget saya." Tapi ketika sang juragan yang mengatakan hal itu, tawa Laras makin tidak bisa dicegah, perempuan itu tertawa dengan manis apalagi saat Tari bergeser sampai bisa satu bantal bersama, makin menggoda Juragan Danu disebrang sana.

"Ngapain sih kamu? Mas gak mau lihat wajah kamu tapi mau ngelihat wajah istri Mas, sana-sana ganggu pemandangan aja." Mendengar usiran itu Tari makin mengeledek dengan memeluk tubuh Laras makin erat, Juragan Danu sudah mendengus kasar kala melihatnya, kenapa adiknya berubah semenyebalkan ini?

"Dek, ah ck! Dorong aja dianya, makin nyebelin loh." Juragan Danu mengadu pada sang istri ketika melihat Tari makin menjadi, lelaki itu sudah sebal sendiri sangat tidak terima ketika melihat itu, maksudnya bagaimana bisa adiknya bertingkah begini, sungguh menyebalkan!

"Ah udah ah, takut nangis nanti, ayo Mbak kayaknya Mas Dika udah nyampe deh, ayo."

Tari menarik diri dari sisi Laras ketika ada suara panggilan, adik Juragan Danu itu bergeras keluar dengan sebegitu semangatnya, berbeda dengan Laras yang hanya menarik diri untuk duduk bersandar di kepala ranjang, masih setia untuk menghubungi sang suami yang tumben-tumbenan mau saja memulai satu panggilan.

"Ada siapa? Dika? Ngapain dia ke situ?" Juragan Danu langsung bertanya maksud dari kedatangan adik lelakinya ke rumahnya, seingatnya Juragan Danu hanya mengundang Tari tidak dengan adik lelakinya.

"Iya kayaknya Mas Dika yang dateng, udah dulu ya Mas? Aku mau nyapa, gak enak kalau gak nyapa, palingan datang cuman bawa apa yang Tari pesen, kebiasaan dia."

Laras menjawab sambil tersenyum, Juragan Danu menghela nafas dengan gusar, sebenarnya masih tidak ingin berhenti menelfon pada sang istri, tapi Laras sudah mau niat baik menyapa masa iya Juragan Danu cegah, itu tidak mungkin!

Jadi mau tidak mau lelaki itu mengangguk memberikan izin. "Iya sana, pakai baju sebelum keluar, jangan sampai dia lihat aset saya, gak rela loh sayanya." Di sebrang sana Laras hanya berecak sambil menampilkan wajah malas, sedangkan Juragan Danu tersenyum sambil melihat sang istri yang sibuk dengan mengambil baju untuk perempuan itu pakai.

"Oh iya Dek, sebelum di matiin saya cuman mau bilang kalau pulangnya agak malaman dari biasanya, Tari suruh di situ lebih lama aja, kalau Dika mah suruh pulang kalau bisa, nanti saya kabari lagi ya?"

"Iya Mas, hati-hati ya di jalan, aku matiin ya, dadah Mas Danu."

Lalu setelah itu panggilan terputus setelah Juragan Danu tersenyum sambil mengangguk, lelaki itu langsung menghela nafas dengan gusar sambil menatap ke luar jendela, ada yang berbeda dari dirinya yang biasanya, kali ini entah kenapa Juragan Danu sangat merindukan sang istri.

Tidak sampai sehari padahal, entahlah Juragan Danu sendiri bingung, ah andai bisa pulang sekarang sudah lelaki itu lakukan sejak tadi, sayang tidak bisa.

Menyebalkan.

oOo

"Mbak lihat, Mas Dika bawa apa? Ih sumpah ini enak banget panas-panas gini."

Tari nampak sumringah sambil mengangkat apa yang perempuan itu pegang, oleh-oleh dari Dika yang baru datang dari luar, pemuda yang masih di atas Laras umurnya tapi posisinya membuat lelaki itu berada di bawahnya, dan ketika bertemu begini masih ada rasa canggung yang tidak bisa hilang.

"Siang Laras, maaf kalau mengganggu waktunya." Tapi syukurnya sekalipun Mahardika adalah orang yang paling dingin diantara keluarga Juragan Danu, tapi lelaki itu mau lebih dulu menyapa pada Kakak Iparnya walaupun panggilannya tetap saja, tidak papa Laras lebih nyaman begitu dari pada Mbak tapi jarak umur keduanya agak sedikit jauh.

"Siang juga Mas Dika, gak papa kok, mari masuk silahkan duduk." Laras tersenyum ramah sambil mempersilahkan sang adik ipar untuk duduk, Mahardika pun tersenyum simpul menerima untuk masuk ke dalam rumah Kakak lelakinya yang terlihat sepi hanya ada Tari dan Laras, tidak ada tanda-tanda orang lagi.

"Mbak ini Es-nya, sumpah seger banget loh, makasih buat Mas Dika yang udah bawain." Tari heboh sendiri ketika meminum es degannya yang tadi dibawakan oleh sang Kakak, Mahardika sendiri hanya menampilkan wajah malas pada sang adik, kalau tidak karena bujukan yang dipaksa setengah mati mana mau Dika repot-repot membawa, rasanya tidak sudi!

"Makasih Mas Dika, baru banget pulang dari kantor ya?" Sambil bertanya Laras mengambil satu minuman yang ada di atas meja sana, Mahardika mengangguk saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, oh sudah menjadi sifatnya yang begitu tidak perlu heran!

"Oh kalau begitu mau makan di sini aja? Kebetulan tadi udah masak sama Tari, Mas Dika makan di sini aja, aku siapin ya." Walaupun perkataan sebelumnya tidak ada jawaban tapi Laras masih berbaik hati untuk menawarkan makan.

Mahardika sudah berbaik hati menuruti keinginan Tari dan sampai mengantarkannya ke sini, jadi Laras mencoba untuk membalas dengan baik dengan menawari sang ipar untuk makan di rumahnya, walaupun kemungkinan besar akan di tolak tapi tidak papa, mencobanya dulu lebih baik.

"Iya Mas makan di sini aja, sekalian mandi di sini juga, harus sampai malam di sini nemenin kita berdua, baju Mas Dika pasti masih ada di sini 'kan? Jadi gak ada alasan buat nolak, lagian di rumah juga buat apa Ibu sama Bapak gak ada lagi keluar, enakan di sini aja ngumpul." Tari menimpali dengan senyum lebarnya.

Ikut menyeruakan keinginannya untuk menahan sang Mas di sini bersamanya dengan sang ipar, karena kemungkinan dia sampai malam di rumah Juragan Danu, permintaan sang Mas begitu semalam ketika menghubunginya, harus menemani Laras sampai lelaki itu pulang.

Akan gadis itu turuti asal ada upah, tapi sekalipun tidak tetap tidak papa sebenarnya, Tari sangat suka dengan Laras sampai sebegitu betahnya, mereka masih di satu frekuensi karena hanya beda satu tahun, jelas sangat bisa menjadi kawan baik.

"Iya, tidak usah disiapkan makanannya biarkan Tari saja, saya ke pinjam kamarnya." Lelaki itu langsung berdiri dan berjalan ke kamar paling ujung di rumah ini, Laras hanya melihat tanpa mau bersuara, dia sudah tahu kalau beberapa kamar rumah ini menjadi milik Laras, Mahardika bahkan kedua orang tua sang Juragan ketika menginap, bajunya pun lengkap.

Jadi Laras tidak banyak interaksi untuk menunjukkan jalannya, sebelum dia pasti kedua adik sang Juragan juga sudah sangat hapal dengan rumah ini.

"Kenapa Mbak? Kelewat dingin ya dari es ini? Bener itu! Gak usah heran, namanya juga Mahardika." Tari bersuara sambil melihat pada sang ipar dengan wajah ekspresifnya, Laras langsung tertawa kecil sambil menepuk paha perempuan itu yang sudah tiduran saja di sofa.

"Dingin-dingin begitu masih Mas-mu, Mbak cuman heran aja, Mas Danu cuek tapi gak sedingin Mas Dika, kamu ... duh apalagi sama kamu, jauh banget, petakilan beda banget sama Mas Dika." Tari langsung tertawa ketika mendengar ucapan sang ipar.

Tidak tersinggung sama sekali dengan ucapan Laras yang sedikit mengatai, oh Tari sudah sadar diri dengan itu, dirinya lebih aktif dari pada Juragan Danu dan Mahardika, entah menurun pada siapa.

"Loh aku yang ini normal, Mas Danu normal dikit kalau Mas Dika minus gak ada normalnya sama sekali, tahu kok bisa beda sendiri, mungkin pas hamil Mas Dika ibu suka nyemilin es batu kali jadi bisa begitu bentukannya." Tidak bisa ditahan, tawa Laras dan Tari langsung kompak terdengar.

Sama-sama merasa lucu dengan apa yang Tari ucapkan secara gamlang seakan tidak takut kalau Mahardika akan mendengar, Tari benar-benar begitu berani dengan tawanya yang begitu keras, sampai harus Laras yang mengkode untuk jangan keras-keras, takut Mahardika mendengar dan malah membuat lelaki itu tersinggung.

"Iya Mbak Laras ih, jangan ketawa nanti anaknya malah nurunin sifat Mas Dika, berabe loh."

"Tari ih, jangan keras-keras, kita udah sepakat loh tadi." Mendengar itu Tari langsung menutup mulutnya, memandang pada Laras yang panik sendiri, takut kalau sampai Mahardika mendengar padahal niatnya masih ingin merahasiakan.

"Maaf, aku gak sengaja-"

"Anak siapa yang bakal menuruni sikap saya?" Perkataan Tari terpotong ketika suara dingin penuh sarat penasaran terdengar, itu Mahardika yang merasa aneh ketika tidak sengaja mendengar namanya disebut lalu nada panik Laras, ada yang mencurigakan dari kedua perempuan beda satu tahun itu.

Mata Mahardika menyipit dengan memandang pada Laras dan Tari yang langsung kompak terdiam dengan wajah tegang mereka, sial! Mahardika benar-benar mendengar.

Kalau begini akan jawab apa?

"Saya tanya, anak siapa?"

Ah sial! Tari sih! 

~Bersambung~

Jangan galak² napa sih Dik? Anak orang jadi takut itu🤧

Komennya mana ayo?

Jangan lupa folow yaa❤

Ini Part Selanjutnya👇

Jangan lupa mampir ya penduduk, dukungan kalian berarti banget buat Ka Neo🥹🫶

Semoga selalu suka sama Karya Ka Neo Ya❤

Terimakasih❤

Sampai Jumpa Di Selasa Depan🍁

Salam Sayang💋
Neo Ka🪶

Continue Reading

You'll Also Like

390K 18.5K 26
Raden Sadewa terpaksa menikahi gadis bernama Asmara karena wasiat yang diberikan oleh sang Ayah.
532K 5.3K 18
Suami Hana seorang tentara, dihari pertama pernikahnnya Difki dikirim kemedan perang. Sayangnya pria itu telah gugur dalam perang membuat Hana yang m...
10.2K 1.4K 17
Let's play without knowing the limit - Sabbath Crew Started : Mei 2024
291K 9.4K 29
[Follow dulu untuk bisa membaca part dewasa 21 ] Nusra Dyatmika (36th) tak berencana mengikat diri dalam sebuah pernikahan. Namun, pada akhirnya ia...