My Husband - Mission : Yozaku...

By gaiskafirasn

1.9K 196 26

Menikah dengan putra kedua dari keluarga mata-mata ternama yaitu Keluarga Yozakura, siapa lagi kalau bukan Yo... More

1. Yozakura Shinzo
2. Udai Hikari
3. The Day She Met Him
4. He's a Famous Spy From Yozakura Family
5. Yozakura Family's Residence
6. Perasaan Bimbang Akan Pilihan
7. Keputusan
8. Antisipasi dan Permintaan
10. Hari Pertama Latihan
11. Hari Apes
12. Her School for Being Target
13. Perasaan Hikari

9. His Feeling in Silent Towards Her

93 16 3
By gaiskafirasn

"Jadi ..."

Ucapan Hikari kini tergantung sejenak dikala dia sedang berbicara dengan Keluarga Yozakura di kediaman mereka, yang dimana mereka semua kini tengah membahas langkah serta tindakan selanjutnya setelah Hikari memutuskan apa yang akan dia lanjutkan setelahnya dikala dirinya tau kalau dia tidak bisa menjalani kesehariannya seperti biasanya lagi.

Yah, walaupun disekolahnya dia masih bisa berkelakuan seperti sehari-hari layaknya kehidupan sebelum dia bertemu dengan keluarga mata-mata ternama ini.

"Aku harus tinggal disini selama sebulan lamanya demi bisa mengikuti seluruh sesi latihan dari keluarga kalian, seperti yang dijalani Taiyo-san waktu itu?" tanyanya sembari tersenyum masam dan sweatdrop disaat yang bersamaan, berusaha memastikan bahwa dia tidak salah dengar kalau Futaba mengatakan hal sama kepada gadis bersurai hitam itu sama seperti ketika dia mengatakan perihal latihan ini kepada Taiyo dikala lelaki bersurai merah itu memutuskan untuk menikah dengan Mutsumi.

Semuanya mengangguk membenarkan.

"Kita tidak punya pilihan lain demi mengasah kemampuanmu itu disini, Hikari. Sepertinya kau harus absen dari sekolah selama sebulan agar kami bisa melihat perkembanganmu apakah kau bisa mengikuti seluruh latihan yang kami terapkan atau tidak, jika tidak demikian, maka niatmu untuk menjadi mata-mata akan percuma begitu saja." sahut Futaba.

"Apa tidak ada cara lain? Mungkin kalian bisa memberikanku pelatihan di area perkarangan sekolahku atau dirumahku, mungkin? Rasanya aku tidak bisa seenaknya seperti itu untuk absen selama satu bulan penuh dari sekolah biarpun mereka sudah tau kalau aku sekarang sudah terlibat dengan kalian. Memang secara pendidikan aku bisa mengejar seluruh ketertinggalanku dengan cepat dan kalian sudah tau soal pendidikan serta kapasitas otakku seperti apa. Hanya saja kalau absen dari sekolah selama itu ..."

"Apa kau ingin mundur dari pilihan awalmu itu? Jika kau mundur sekarang, siap-siap nyawamu dan keluarga mu sekaligus seluruh orang yang ada di sekolahmu itu akan dibantai begitu saja jika kau tidak ada persiapan dan mengundurkan diri saat ini. Kita tidak akan bisa mencegah apapun yang terjadi ke depannya jika kalian semua diserang apalagi kau memilih untuk mundur. Kau tau akan resiko atas pilihanmu saat ini. Mundur, atau tetap maju. Itu akan mempengaruhi kehidupanmu selanjutnya di waktu yang akan datang, begitupun dengan keselamatan seluruh orang yang kau kenal, Hikari." tegas Futaba lagi.

Hal itu membuat Hikari kontan merinding sejenak, dia tidak kuat membayangkan hal itu saat ini tapi dia harus menguatkan diri dalam diam. Dalam otak benaknya, dia membenarkan ucapan Futaba saat ini, dia sudah tidak bisa mundur namun jika dirinya mundur sekarang, itu sama saja cari mati dan terkena boomerang akibat pilihannya sendiri.

Hikari menangis dalam hati dikala dia hanya bisa membisu sejenak saat ini.

Sudah ku duga kalau aku tidak bisa kembali seperti biasanya setelah bertemu kalian terutama Shinzo-san waktu itu, tidak ku sangka aku terperangkap didunia ini sekarang dengan mudahnya atau kejadian yang diucapkan oleh Futaba-san saat ini benar-benar terjadi. Aku tidak menginginkannya ... Batinnya.

Semuanya tau jika pilihan gadis yang ada didepan mereka ini benar-benar berat, namun mereka harus memastikan jika Hikari harus berani mengambil keputusan karena jika tidak demikian, Hikari dan seluruh orang yang dia kenal sudah pasti akan jadi korban dan tentu saja akan di bantai habis-habisan.

Shinzo dalam hatinya merasa tidak tega dengan gadis kecil yang ada dihadapannya ini dikala dia melihat Hikari masih duduk terdiam saat ini, karena Hikari bukanlah dirinya serta seluruh saudaranya yang memang lahir dan tumbuh dikeluarga mata-mata apalagi secara turun temurun juga keluarganya memang dikenal sebagai keluarga mata-mata ternama, namun Hikari?

Selama 13,5 tahun dia tumbuh sejak hari pertama dirinya lahir ke dunia, gadis itu hanyalah gadis belia dengan kehidupan yang sangat normal layaknya anak-anak sekolah pada umumnya walaupun gadis itu bebakat dalam bidang voli dan juga bidang pendidikan di sekolah. Namun bukannya tetap hidup seperti biasanya setelah Shinzo menyelamatkan nyawanya, Hikari justru malah terseret ke dunia ini, dunia yang tidak seharusnya gadis itu masuki sejak awal dikala Shinzo memutuskan untuk menemani Hikari hari itu.

Lelaki itu merasa bersalah saat ini, sampai pada akhirnya ketika Hikari masih berkutat dengan pikirannya, semua mata dari seluruh saudaranya itu bergerak menatap ke arah Shinzo dikala ia melangkah mendekati Hikari lalu bertekuk lutut dihadapan gadis bersurai hitam itu, membuat yang diperlakukan demikian malah kaget dibuatnya begitupun dengan seluruh anggota keluarganya yang ada disana.

"Tu-- Shinzo-san? Kenapa kau seperti ini?" tanya Hikari, terkaget-kaget.

"Oi, Shinzo. Jangan ganggu gadis itu. Dia masih memikirkan pilihan dan langkahnya saat ini." tegur Kyoichiro.

"Kau hanya akan menundanya dalam menentukan pilihannya loh." sambung Futaba.

"Semakin dia menundanya, semakin lama juga keputusan yang akan dia buat." sahut Kengo.

"Bisakah kalian tidak mengomporinya ataupun Hikari? Dia ada yang mau dikatakan pasti sama Hikari, jadi hentikan kelakuan sela menyela kalian, biarkan dia bicara dulu sebentar." sela Shion.

Semuanya kembali diam sembari menunggu reaksi dari Shinzo yang dimana lelaki bersurai hijau serta memiliki fisik yang tinggi serta berotot itu masih terdiam pada posisinya selama beberapa saat sebelum akhirnya helaan nafas meluncur dari mulutnya, lalu dia kemudian akhirnya angkat bicara.

"Hikari, maafkan aku." ucap lelaki itu lirih, namun masih bisa didengarkan oleh semuanya.

"Hah? Kenapa kau minta maaf padaku, Shinzo-san? Kau tidak ada salah apa-apa." balas gadis itu.

Shinzo menggeleng.

"Jika aku membiarkanmu sendirian hari itu setelah aku menyelamatkanmu, mungkin kau tidak akan terseret seperti ini, Hikari. Kau akan tetap berada di kehidupan normalmu seperti biasanya, kau tidak akan dibebankan dengan pilihan berat seperti ini, apalagi membuatmu memutuskan bahwa pada akhirnya kau ingin menjadi mata-mata, padahal dirimu tidak menginginkannya." jelas lelaki itu.

Hikari terdiam begitupun yang lain juga tampak menyimak seluruh ucapan Shinzo saat ini sampai akhirnya kedua tangan kecil Hikari terurai dan menyentuh kedua pipi Shinzo dengan lembut, membuat yang diperlakukan demikian cukup terkejut dibuatnya lalu dia menatap kedua manik mata abu-abu berlian milik Hikari, dimana pandangan gadis itu benar-benar sangat lembut dan seulas senyuman manis kini terpampang dengan manis diwajah cantiknya.

Melihatnya yang seperti ini, membuat kedua manik mata Shinzo tampak melebar sejenak serta tampak berbinar dalam diamnya dikala kedua telapak tangan Hikari yang terasa lembut itu menyentuh kedua pipinya saat ini, kemudian Hikari terkekeh.

"Jangan menyesal seperti itu, Shinzo-san." balasnya.

"Ini sudah takdir hidupku untuk terlibat dengan kalian seperti ini dan juga dunia yang kalian hadapi saat ini melalui dirimu yang menyelamatkan hidupku kemarin, sepertinya aku harus membalas itu sebagai ucapan terima kasih karena sudah menyelamatkanku. Jika dirimu merasa menyesal, simpanlah rasa penyesalan itu untuk nanti jika ada saatnya aku harus mati demi melindungi orang lain suatu saat nanti."

Mendengar kata 'mati', Shinzo langsung terkaget-kaget dan berteriak serta heboh sendiri dibuatnya dikala tangan gadis kecil itu masih memegang sayang kedua pipi nya.

"Jangan berkata seperti itu! Makin bersalah aku jadinya, tau! Bisa kah kau tidak berkata seperti itu?!" hebohnya sambil panik, kembali memancing tawa Hikari.

"Aku bercanda, aho. Jangan gampang percaya seperti itu! Hahah." sahutnya tanpa bisa menghentikan tawanya.

"Tetap saja!"

Semua yang melihat tingkah Hikari hanya bisa tersenyum dikala dia berusaha menenangkan Shinzo saat ini agar lelaki itu tidak memikirkan rasa bersalahnya karena sudah menyeret Hikari ke dalam keadaan yang sedang terjadi saat ini. Ditambah lelaki itu tampak salting saat ini sehingga membuat Mutsumi serta Taiyo hanya bisa tertawa halus melihat kelakuan kakak mereka yang satu itu.

Kenapa?

Dia di usianya yang sudah 19 tahun itu tanpa sadar langsung kepincut sama anak yang usianya terpaut hampir 6 tahun lebih muda darinya, mana masih kelas 1 SMA lagi itu anak seperti Nanao. Mutsumi kemudian mengetuk pelan pundak area lengan kanan Taiyo menggunakan mode morse tanpa suara.

Sepertinya Shinzo-niichan suka sama Hikari-chan. Apa cuma perasaanku saja? Ujar Mutsumi yang dibalas anggukan kepala oleh sang suami.

Keliatan, sih. Aku juga sadar jadi bukan dirimu saja, cuma Shinzo-niisan berhasil menyembunyikannya dengan baik, tapi tetap saja dia tidak bisa bohong soal ini. Dan lebih baik kita biarkan saja dulu bagaimana Shinzo-niisan ke depannya bagaimana terhadap Hikari untuk saat ini, lagi pula Hikari untuk sekarang sepertinya belum kepikiran untuk ke sana mengingat dia masih fokus dengan keadaannya yang masih baru saat ini. Balas Taiyo.

Keduanya kini masih saling tumpang tindih perihal ocehan satu sama lain tanpa berhenti walau hanya sebentar saja, membuat pembahasan serius tadi jadi tertunda akibat ulah Shinzo, bahkan tanpa sadar lelaki itu secara spontan meraih lalu memegang lembut tangan kecil yang tadi memegang kedua pipi nya dan masih saja keduanya adu argumen sampai akhirnya Kyoichiro menyela keduanya.

"Bisa kah kita kembali membahas hal penting saat ini karena ulah kalian berdua itu?"

Mereka kontan terkejut dan terdiam dibuatnya karena ulah si sulung Keluarga Yozakura itu, bahkan Shinzo juga dengan gesit melepas tangan Hikari yang tidak sengaja dia pegang tadi, perlahan namun pasti.

Sial, aku malah memegang tangannya ... Keluh Shinzo dalam diam.

Sedangkan Hikari tengah menatap masam ke arah Kyoichiro.

"Dan bisa kah kau tidak menyela lebih dulu dikala adikmu sendiri sedang panik seperti ini? Aku berusaha menenangkan nya, dan jangan bilang kau malah cemburu karena adikmu tidak sengaja memegang tanganku?"

Skak!

Kyoichiro membisu, sedangkan kepulan asap mendadak keluar dari puncak kepala Shinzo saat ini, lelaki itu kira Hikari tidak menyadarinya namun ternyata sadar juga.

Semuanya terbahak akan balasan sarkas itu.

"Hmph! Buat apa aku cemburu dengan gadis cebol berdada rata sepertimu? Sedangkan adikku sendiri spek nya sudah seperti malaikat! Benarkan, Mutsumi-chan?" ejek Kyoichiro pada Hikari.

Hikari yang diejek oleh Kyoichiro pun kini menahan rasa sebalnya dimana tanda perempatan imajiner muncul di pelipisnya.

"Asal kau tau saja, aku ini selalu pakai pendatar dada selama memakai seragam putraku sejak hari pertama aku masuk SMA karena aku memang menghindari orang-orang bermata keranjang seperti kau, Kyoichiro-san." balasnya tak kalah sarkas.

Tanda perempatan imajiner juga muncul di pelipis Kyoichiro, bahkan dikala dia sudah berniat untuk membalas ucapan Hikari, Futaba dengan gesit langsung memotong kelakuan tololnya itu.

"Diam kau, kuso daiishi me. Entah kenapa aku puas sekali melihat Hikari bisa seberani itu padamu saat ini, jadi aku mendukungnya penuh karena apa yang kau katakan padanya itu termasuk body shaming, tau. Dasar bocah tidak tau diri. Dan juga Shinzo, kita harus membahas topik utama soal Hikari dengan keadaannya yang sekarang jadi jangan menyela lagi. Biarkan Hikari memikirkan keputusan nya lebih jauh lagi." balas Futaba.

Ke 9 anak ABG serta dewasa itu kembali membahas topik utama mereka saat ini dengan serius setelah sebelumnya sempat tertunda, dan selama pembicaraan berlangsung juga Shinzo sesekali mencuri pandang ke gadis bersurai hitam itu tanpa bisa dia cegah sama sekali dikala dia sedang berbicara serius bersama yang lain, perasaan yang muncul di relung hatinya saat ini benar-benar merayap dan merambat begitu saja tanpa bisa di cegah sampai akhirnya dirinya sadar satu hal yang jelas dan pasti dengan cepat.

Dia menyukai Hikari dalam arti dia mencintai gadis itu begitu dirinya sadar akan perasaan yang muncul ini, hal ini membuat Shinzo dalam diamnya berniat untuk melindungi Hikari sama seperti Taiyo yang ingin menjaga serta melindungi Mutsumi sebagai Kepala Keluarga Yozakura Generasi ke 10 dan juga sebagai sosok istri yang harus dia jaga dengan segenap jiwa dan raganya.

Walaupun suatu saat nanti Hikari sudah benar-benar menjadi mata-mata yang hebat sama seperti dirinya serta seluruh saudaranya yang lain, tidak ada salahnya kan jika dia tetap berusaha melindungi gadis itu dengan kedua tangannya sendiri sama seperti dia menjaga seluruh anggota keluarganya dikala dia ingin memastikan semuanya selamat.

Isi pikirannya kini berhenti dikala Hikari sudah memutuskan untuk memberikan jadwal final.

"Jadi, kau sudah memutuskan secara penuh bukan sekarang, Hikari?" tanya Futaba, mewakili semuanya.

Yang ditanya awalnya masih diam sampai akhirnya seulas senyum manis terpampang diwajah manisnya.

"Iya, aku sudah menentukannya."

Hikari menarik nafas sejenak lalu kembali melanjutkan ucapannya.

"Aku akan mengikuti syarat dari kalian sama seperti Taiyo-san waktu itu yang menerima persyaratan ini dikala dia sudah memutuskan untuk menikah dengan Mutsumi-san. Yah, walau dia lebih gegabah daripada diriku sih soal ambil keputusan seperti ini."

Ucapannya membuat Taiyo terenyak ringan.

"Geh, pembacaan situasi mu itu benar-benar edan, heran sekali aku sama kapasitas otak dan nalarmu itu, kenapa kau bisa menerka semua itu dengan cepat serta begitu mudahnya, Hikari. Kau seperti anak abnormal saja dari seluruh anak-anak seusiamu pada umumnya." sahut Taiyo.

Hikari terkekeh.

"Setidaknya ini bisa jadi salah satu dasar yang diperlukan dalam profesi ini, bukan? Selain skill dasar serta keahlian masing-masing, pasti otak serta logika itu juga diperlukan dan tentu saja tidak bisa sembarangan." ucapnya.

"Dan aku akan mengurus soal jadwal masuk sekolah ku dulu sebelum aku akan menetap disini selama sebulan atau bisa saja lebih dari durasi itu. Jika aku bisa menyelesaikan semua misi latihanku lebih cepat dari durasi yang sudah ditetapkan, bolehkah aku menggunakan sisa waktuku untuk belajar banyak hal lainnya yang perlu ku ketahui dari kalian?" lanjut Hikari kemudian dan semuanya mengangguk setuju akan permintaannya.

"Dengan senang hati." sahut Shion dan Kengo bersamaan.

"Selagi kau memang serius, kami akan membantumu dengan sepenuh hati. Jadi bersiaplah, Hikari." sambung Futaba.

"Jangan memaksakan dirimu jika kau tidak sanggup, istirahatlah jika saat itu kau perlu istirahat ya, Hikari-chan." balas Mutsumi, yang dimana ucapannya langsung dibalas anggukan kepala oleh Hikari.

"Terima kasih banyak, Mutsumi-san." balas Hikari.

"Mohon kerja samanya ya, Hikari." sambung Nanao.

Yang diajak kerja sama pun mengangguk.

"Mohon kerja samanya juga, Nanao." balasnya.

"Bolehkah aku memberikan banyak ujian padanya?" tanya Kyoichiro, hal itu seketika membuat Futaba langsung melempar lelaki itu ke arah lain sehingga si sulung Keluarga Yozakura itu langsung terjerembab begitu saja setelah sang adik memperlakukannya demikian.

"Tidak sopan kau sama anak gadis orang. Kau tidak bisa seenaknya seperti itu sama seperti kau yang suka memperlakukan Taiyo seenaknya, tau." oceh sang adik.

Gadis bersurai hitam bergaya tomboy itu hanya bisa tertawa sekarang, dirinya cukup lega bisa memutuskan hal ini sekarang, namun hati kecilnya juga dia tidak bisa berbohong jika dirinya takut tidak sesuai dengan ekspetasi keluarga ini begitu dia memulai sesi latihannya selama sebulan ke depan nantinya, bahkan dia juga berpikir kalau dia akan langsung dibunuh begitu saja atau apapun itu yang jelas sekali akan membahayakan nyawanya dalam waktu dekat ini.

Bahkan dia juga khawatir tidak bisa menjaga orang-orang yang ia kenal serta dekat dengannya sebagai keluarga dan juga sahabat baik.

Tapi dia tau kalau dirinya harus benar-benar membulatkan tekad dari sekarang, atau tidak sama sekali.

Shinzo kini tak bisa berkata-kata selain berdecak kagum dalam diamnya, memang tidak salah jika dia mengagumi Hikari bahkan sampai menyukainya begitu saja.

Kau keren sekali ya, Hikari-chan. Dengan santai nya kau seperti ini serta tetap menjadi dirimu sendiri. Dan ... Salah tidak ya, jika aku kini tiba-tiba menaruh perasaan padamu? Kau benar-benar berbeda dari anak perempuan kebanyakan. Batinnya.

* * *

2385 words

Kamis, 31 Oktober 2024

Bengkulu, Indonesia

Continue Reading

You'll Also Like

1.3K 107 5
[DROP] (Y/N) Clarence adalah anak keempat atau anak terakhir keluarga mafia Clarence. (Y/N) menyembunyikan identitasnya yang merupakan anak terakhir...
29.2K 5.3K 33
Bagaimana kalau sebenarnya selama ini baam tidak sendirian? bagaimana kalau sebenarnya anak arlene bukan hanya baam? bagaimana kalau sebenarnya waktu...
334K 20.5K 41
Arlio Pradipta namanya, bocah 17 tahun yang tinggal seorang diri karena kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan beruntun. Pemuda tampan...
1M 66.1K 61
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG