Di sebuah ruangan yang minim pencahayaan, Wei Changse tampak berdiri di depan sebuah pusaran makam. Tertulis sebuah nama, Cangse Sanren di batu nisan itu.
Wei Changse meraih bunga yang tampak telah mengering, lalu mengganti nya dengan bunga baru. Ia tampak duduk di lantai dan menyusun sebotol anggur juga dia buah gelas.
"Sanren... Apa kau melihat nya? Xian'er.. perlahan mendapatkan tawanya kembali.." Wei Changse menuang anggur kedalam dua gelas.
"Walau.. bukan akulah yang membuat ia tertawa.... Aku senang, ia dapat tertawa seperti dulu.." ia tampak tersenyum sedih.
"Sanren.. maafkan aku.. karna aku yang lemah ini.. aku tidak dapat melindungi mu..." Wei Changse
"Tetapi, aku berjanji aku akan mendapatkan seseorang yang sungguh dapat melindungi Xian'er.. aku berjanji kepada mu." Wei Changse
"Maaf... Karna aku... Pernah gagal untuk melindunginya satu kali.. kali ini, apa pun yang mengancam keamanan nya. Akan ku hapus sampai keakar nya." Ekspresi Wei Changse tampak menjadi sangat serius.
"Walau aku harus mati karna kutukan itu, aku tidak akan perduli." Wei Changse
. .
Wei Wuxian tampak telah siap dengan pakaian berkuda nya. Suasana hati nya tampak begitu senang, ia sungguh menantikan hari ini.
"Sudah akan pergi?" Wei Changse
"Ayah..." Wei Wuxian sedikit membungkuk
"Ya.. tidak enak jika mereka harus menunggu." Wei Wuxian
"Ayah akan pergi bersama mu." Wei Changse
"Baik.." Wei Wuxian mengikuti langkah Wei Changse.
Di dalam kereta kuda, lagi lagi hanya keheningan yang tercipta. Tidak ada satu pun dari mereka yang memulai pembicaraan, sampai akhirnya mereka pun sampai.
"Pemimpin Komandan." Penjaga segera membuka gerbang dan membungkuk hormat. Wei Changse hanya mengangguk kecil.
"Guru." Lan Wangji, Xie Lian dan Hua Cheng membungkuk sopan saat Wei Changse dan Wei wuxian memasuki ruangan.
"Pastikan kalian menjaga nya dengan baik." Wei Changse
"Baik." Jawab ketiga nya.
"Berhati hatilah, kau bisa memerintah mereka apa pun yang kau mau." Wei Changse menepuk halus kepala Wei Wuxian
"B-baik... Ayah..." Wei Wuxian tersentak dengan wajah agak merona.
"Sentuhan seperti itu lagi." Wei Wuxian
*Ingatan Wei Wuxian
"Haha.. ayah ini bagus..."
"Em, iya sangat bagus." *
"Ah! Apa itu tadi...?" Wei Wuxian tampak tersentak
"Tuan muda, lewat sini." Xie Lian melihat nya
"Apakah ada yang salah?" Xie Lian.
"Ah..tidak, ayo kita pergi." Wei Wuxian tersenyum canggung.
Wei Changse diam diam memperhatikan nya.
. .
"Ohh... Ini..." Wei Wuxian tampak terkejut saat melihat seekor kuda dengan ukuran lebih kecil dari kuda kuda lain nya.
"Cantik kan, Guru yang menyiapkan hal ini." Xie Lian mengelus kepala kuda itu
"Ayah??" Wei Wuxian
"Aku sudah khawatir jika gagal menaiki kuda karna tinggi mereka yang sulit ku gapai. Ternyata.. ayah menyiapkan kuda lain nya." Wei Wuxian
"Mengapa ayah semakin bersikap aneh.." Wei Wuxian
"Juga... Ingatan apa tadi itu..." Wei Wuxian
"Mengapa anda melamun? Apakah anda perlu bantuan untuk menaiki nya?" Xie Lian
"Tidak, jika setinggi ini saya bisa menaiki nya sendiri." Wei Wuxian
"Hati hati." Lan Wangji
Wei Wuxian dengan mudah dapat menaiki kuda itu. Ia tersenyum tipis dan mengusap leher bagian belakang kuda.
"Kau kuda yang manis dan tenang yaa." Wei Wuxian
"Baiklah, ayo kita pergi." Xie Lian, Hua Cheng dan Lan Wangji juga telah menaiki kuda masing masing.
Xie Lian dan Hua Cheng tampak memimpin jalan. Wei Wuxian mengikuti mereka dan Lan Wangji di belakang nya.
"Hati hati dengan akar dan bebatuan." Lan Wangji
"Ah! Yaa.. terimakasih sudah mengingatkan saya." Wei Wuxian tersentak
"Sejak kapan ia ada di sana! Membuat kaget saja!" Wei Wuxian tertawa canggung.
"Hutan di sini.. terawat yaa.. ku fikir masih sungguh gelap." Wei Wuxian melihat sekeliling
"Para prajurit merawat hutan ini. Mereka banyak bermain di sini." Lan Wangji
"Anda juga?" Wei Wuxian, Lan Wangji mengangguk.
"Pasti menyenangkan dapat menikmati suasana tenang ini." Wei Wuxian tersenyum kecil. Lan Wangji terdiam cukup lama.
"Di lain waktu, saya akan membawa anda melihat hal yang lebih bagus. Apakah, anda bersedia?" Lan Wangji
"Sebuah kehormatan dapat menerima ajakan anda, Pangeran." Wei Wuxian tersenyum
"Hah! Kenapa tiba tiba ia mengajak ku! Tunggu! Tidak bisa! Aku tidak boleh terlalu dekat dengan nya!" Wei Wuxian
. .
"Wahh... Pohon yang sangat besar." Wei Wuxian mendongak dan melihat sebuah pohon yang begitu rindang dan besar. Karna masih berada di punggung kuda, Wei Wuxian dengan mudah menggapai dedaunan dan ranting kecil pohon itu.
"Pohon ini sedang berbunga?" Wei Wuxian
"Banyak pohon apel di hutan ini, dan mereka sudah memasuki masa berbunga." Xie Lian turun dari kuda nya.
"Masih cukup lama yaa untuk menikmati apel nya." Wei Wuxian juga melakukan hal yang sama.
"Apel tidak ada, tetapi ada yang lain." Lan Wangji
"Benar, walau kecil hutan tetap menyimpan banyak buah." Wei Wuxian tersenyum kecil.
"Di sekitar sini, bukankah ada berry?" Hua Cheng
"Benar! Ku fikir itu masih berbuah sampai hari ini." Xie Xian tampak berjalan ke sisi semak semak.
"Hum?? Kemana dia pergi?" Wei Wuxian terkejut saat Xie Lian hilang begitu saja di balik semak.
"Masih ada, Tuan muda Wei ayo kesini." Xie Lian kembali muncul sebentar lalu menghilang lagi.
"Pftt... Dia agak lucu." Wei Wuxian terkekeh kecil melihat nya.
"Dia tertawa?!" Hua Cheng
"Manis." Lan Wangji
"Oh... Benar banyak pohon buah berry." Wei Wuxian
"Mereka siap panen." Xie Lian
"Terimakasih sudah menunjukan ini." Wei Wuxian memetik beberapa buah berry dan memakan nya.
"Ini sangat enak, manis dan segar." Wei Wuxian tampak senang saat buah berry itu meleleh di mulut nya.
"Senang anda menyukai nya.." Xie Lian tersenyum canggung
"Dia.. mengapa sangat manis.. apa karna dia Type B? Reaksinya pun selalu bagus saat aku menunjukan apa pun. Ahaha.. Xie Lian jangan salah paham. Ia hanya menghargai usaha mu. Jangan pernah berfikir bahwa dia menyukai mu." Xie Lian.
"Apakah... Ayah akan senang jika saya membawa ini sebagian oleh oleh..." Wei Wuxian
"Guru menyukai apa pun yang anda berikan kepada nya." Lan Wangji
"Begitu kah.." Wei Wuxian tersenyum sendu.
"Kenapa kau berwajah seperti itu." Hua Cheng
"Kalian.. adalah murid ayah... Kalian pasti tau lebih banyak tentang ayah dari pada aku." Wei Wuxian
"Dapatkah kalian menceritakan apa yang kalian tau tentang ayah kepada ku?" Wei Wuxian
"Walau itu bukan apa apa.. aku ingin tau lebih banyak tentang ayah.." Wei Wuxian
"Dia.. jangan bilang ia tidak sadar jika guru begitu menyayangi nya?!" Hua Cheng
"Tentang itu, kau harus bertanya sendiri kepada guru." Hua Cheng
"Itu... Kurasa tidak mungkin." Wei Wuxian menunduk dalam.
"Tidak mungkin? Mengapa tidak, kalian ayah dan anak satu rumah. Kau dapat lebih leluasa bertemu dengan nya di bandingkan kami." Hua Cheng
"Tidak.. kau tidak mengerti..." Wei Wuxian
"Apa yang tidak ku mengerti! Kau lah yang tidak mengerti bagaimana rasa sayang guru kepada mu! Aku sangat bersyukur saat ini kau tidak lagi menyebabkan masalah bagi guru." Hua Cheng
"Hua Cheng! Kau jangan keterlaluan!" Xie Lian.
"Kenapa? Dia harus di beri tau apa kesalahan nya." Hua Cheng tampak cuek.
"Terimakasih... Telah mengingatkan diri ku tentang buruknya diri ku dahulu.. kau benar... Aku harus berhenti untuk menempatkan ayah dalam masalah." Wei Wuxian tersenyum getir. Ia menunduk semakin dalam.
"Seorang pahlawan seperti ayah.. memang tidak pantas untuk... Memiliki anak yang hanya bisa menyebabkan masalah bagi nya." Wei Wuxian meremas pakaian di atas pahanya.
"Oi! Bukan itu maksud ucapan ku!" Hua Cheng
"Diam." Lan Wangji, Hua Cheng tersentak melihat tatapan marah Lan Wangji dan menutupi rapat mulut nya.
"Maaf sudah membuat suasana menjadi tidak nyaman. Tuan muda Xie, dapatkah anda menunjukan tempat yang lain?" Wei Wuxian mendongak. Ia tersenyum kecil kearah Xie Lian.
"A.. AA tentu, ayo lewat sini." Xie Lian menunjukan arah untuk Wei wuxian
"Hua Cheng, aku tau kau begitu kesal dengan nya yang selama ini selalu menyebabkan masalah bagi guru. Tetapi, kau sama sekali tidak tau alasan mengapa ia melakukan hal itu. Apa yang kau lihat, bukan berarti adalah kebenaran." Lan Wangji mengikuti langkah kedua nya.
"Saya mengerti, maafkan saya." Hua Cheng
"Katakan maaf mu kepada nya." Lan Wangji
. .
"Ini danau yang kau bicarakan?" Wei Wuxian melihat hamparan air di hadapannya. Air itu tampak begitu tenang dan jernih.
"Sungguh menenangkan untuk di lihat." Wei Wuxian
"Hanya danau biasa, tetapi tempat ini populer di kalangan para prajurit." Xie Lian
"Tidak heran, danau nya memang menenangkan." Wei Wuxian berjalan ke tepi danau. Ia membuka sepatu yang ia pakai duduk di tepian danau lalu mencelupkan kakinya kedalam air danau.
"Wahh.. segar.." ia tersenyum puas.
"Apakah anda ingin berenang juga?" Xie Lian mendekat
"Tidak, aku tidak membawa pakaian lain nya." Wei Wuxian tersenyum kecil
"Seperti ini saja, sudah cukup." Wei Wuxian menggoyang goyangkan pelan kaki nya.
"Sudah berada di sini dan tidak menikmati air danau nya. Sungguh sia sia." Hua Cheng melangkah mendekat
"Mau bagaimana lagi, aku tidak membawa pakaian gan.... Ah!" Wei Wuxian segera memalingkan wajah nya. Ia begitu terkejut saat mendongak dan melihat Hua Cheng tidak lagi memakai pakaian nya dan hanya memakai celana pendek saja.
"Tuan muda Hua.. pakaian anda." Wei Wuxian menutup wajah dengan kedua tangan nya.
"Aku tidak akan bisa berenang dengan pakaian ku." Hua Cheng
"I... Itu benar..." Wei Wuxian menghelang nafas nya.
"Hah.. dia itu.." Xie Lian mendengus Lan Wangji tampak duduk tak jauh dari Wei Wuxian duduk
"Xie Lian, turun kemari." Hua Cheng lebih dulu melompat kedalam air.
"Ughk?!" Wei Wuxian sedikit terkejut saat air cipratan mengenai pakaian nya.
"Oh.. maaf." Hua Cheng
"Anda meminta maaf dengan wajah tanpa rasa bersalah? Lebih baik tidak usah repot repot." Wei Wuxian mendengus, ia mengusap pakaian nya yang agak basah.
"Hua Cheng! Kau lagi lagi menganggu Tuan muda Wei!" Xie Lian masuk kedalam air.
"Apa aku sudah minta maaf." Hua Cheng berenang menjauh.
"Kemari ku!" Xie Lian mengejarnya, jadilah mereka berenang kesana kemarin.
"Haha.. mereka lucu yaa." Wei Wuxian tertawa kecil
"Tentang ucapan Hua Cheng.. kau tidak usah memikirkan nya." Lan Wangji melihat nya.
"Tidak.. apa yang dia katakan benar.." Wei Wuxian
"Sudah cukup aku membuat ayah dalam masalah.." Wei Wuxian
"Guru sangat menyayangi mu, kau harus mengetahui itu." Lan Wangji
"Aku.. terbiasa di abaikan... Karna itu.. aku terkejut saat tiba tiba ayah menjadi lunak dan perhatian.." Wei Wuxian
"Anda mengatakan bahwa ayah menyayangi saya? Saya tidak memahami bagaimana sisi sayang ayah kepada saya saat ia mengabaikan saya." Wei Wuxian tersenyum getir.
TBC !!!
Vote di chapter 12 tolong di genapin 40 chapter yaaa.