happy reading🫶🫶
☕️🍼☕️
Caramel mengembungkan pipinya. Tangannya bergerak cepat diatas keyboard serta mengarahkan kursor mousenya.
Pria kecil itu menghentakkan mousenya sebal kala lagi-lagi dirinya dimatikan oleh musul. Bibirnya mencebik, ia tahu bahwa dirinya tak sejago pria yang lebih tua yang kini menjadi musuhnya. Tapi apakah harus pria itu menargetkan dirinya?
Manik bulatnya beralih untuk memperhatikan komentar dari penonton yang kini tengah menonton live streamingnya.
'Aaron jangan kill Caramel terus dong, kasian tuh udah manyun dia'
"Heh aku ga ada manyun-manyun ya" balas Caramel, protes tak terima kala dirinya disebut seperti itu.
'Aaron nyebelin banget ya mel?'
"Parah nyebelinnya!!!!!" seru Caramel sebal.
Aaron yang duduk disampingnya tertawa lalu melirik pria kecil disampingnya yang balik menatapnya dengan tatapan sebal.
"Apa liat-liat?" tanya Caramel ketus. Aaron kembali tertawa dan mengulurkan tangannya untuk mengusak surai pria yang kini cemberut.
"Kan tadi kamu yang ngajakin main tapi aku di team lawan. Kenapa malah jadi sulky gini?" ucap Aaron dengan nada teduhnya.
Caramel mendengus sebelum membalas pertanyaan Aaron, "Kan maksud aku tuh fun match aja, jangan Kakak bawa serius begini! Aku sebel tau daritadi mati mulu"
"Yaudah, yaudah habis ini aku ga kill kamu langsung deh, kita main santai aja. Jangan ngambek lagi, ya?" sahut Aaron yang kemudian membuat Caramel anggukkan kepalanya patuh.
"Good boy"
Aaron mengacak surai lembut itu sekali lagi sebelum kembali fokuskan dirinya ke komputer di hadapannya. Sedangkan yang diacak rambutnya kini memegangi kedua pipi gembilnya yang memerah padam.
Caramel menepuk pipinya pelan lalu menggelengkan kepalanya sebelum kembali fokus ke komputernya.
'Cieee amel blushing'
"Ini pasti koko deh yang comment ya! Jangan panggil amel ih" ujar Caramel sambil alihkan tatapannya dari kolom komentar.
Kini Caramel merapatkan bibirnya, berusaha fokus untuk membunuh lawan. Mulutnya menganga lebar kala ia lihat Aaron kembali mengincar dan membunuhnya.
Ranumnya mulai melengkung kebawah dan bergetar samar. Caramel menjauhkan tangannya dari alat-alat yang berada diatas meja dan mengepalkan erat tangannya.
Tadi Aaron kan sudah bilang bahwa ia tidak akan melakukan itu lagi. Caramel sungguh sebal kepada pria satu itu.
Yang menjadi pelaku kini malah tertawa puas, tidak menyadari bahwa korban keusilannya kini diambang ingin menangis.
Bugh
Aaron menolehkan kepalanya dengan cepat untuk menatap Caramel. Ia terkejut kala lengannya dipukul dengan kuat oleh yang lebih muda.
"Jahat"
Kursi gaming yang ia duduki Aaron geser dengan kakinya agar ia dapat lebih dekat dengan yang lebih muda. Pria itu putar kursi Caramel agar pria kecil kesayangannya dapat menatap dirinya.
'Hayoloh ron, bocilnya nangis'
Aaron dapat lihat sekilas beberapa komentar yang terpampang di sisi kiri komputer Caramel. Aaron kemudian memegang bahu Caramel dengan kedua tangannya.
Pria yang lebih muda memanglingkan wajahnya, tak ingin bertatap muka dengan orang yang sudah mengusilinya hingga ia sangat kesal.
"Hey, liat sini dulu dong. Aku minta maaf ya" ucap Aaron sambil memegang dagu Caramel dan membawanya untuk menoleh menatap yang lebih tua.
Bibir yang digigit dengan kuat serta manik yang berkaca-kaca buat rasa bersalah mulai menyeruak dan sadari Aaron bahwa dirinya sudah keterlaluan kali ini. Aaron ambil jari jemari Caramel yang tergeletak begitu saja diatas paha si empunya.
"Caramel kesel ya?"
Anggukan didapatkan oleh Aaron sembari pria itu mengusap punggung tangan kecil milik pria yang kini sedang memajukan bibirnya 5 cm.
"Mau maafin Aaron?" tanya Aaron lagi.
Caramel menggelengkan kepalanya. Aaron menghela nafas pelan, nampaknya akan susah untuk membujuk bocah yang sedang merajuk dihadapannya ini.
"Terus aku harus gimana biar Caramelnya maafin?" tanya Aaron sekali lagi sambil menatap tepat dimanik coklat yang lebih muda.
"Pangku" pinta Caramel pelan, hampir saja tidak terdengar oleh Aaron andai saja pria itu tidak fokus dengan Caramel.
"Yaudah, sini" ucap Aaron yang kemudian dijawab oleh gelengan dan lirikan Caramel kepada komputernya.
Aaron yang paham pun menegakkan tubuhnya lalu mulai menggerakkan jarinya diatas keyboard.
"Sorry guys, streamingnya stop disini aja ya. Puppynya lagi ngambek jadi harus gue urus dulu"
Aaron meringis kala punggungnya ditepuk pelan oleh Caramel yang mungkin jika Aaron menoleh ia akan dapat tatapan tajam.
"See you next time. Thank you for watching" ucap Aaron sebelum kemudian ia menekan tulisan 'end live' dengan kursornya.
Aaron kemudian berbalik, mengangkat tubuh Caramel yang terasa ringan ke dalam gendongannya lalu berjalan menuju sofa yang terletak dipojok ruangan.
Aaron mendudukkan dirinya lalu memposisikan tubuh Caramel diatas pangkuannya. Yang dipangku segera menyelinapkan tangandan melingkarkannya dipinggang yang lebih tua. Kepalanya ia bawa untuk bersandar di bahu lebar Aaron.
Aaron tersenyum tipis kemudian membawa tangannya untuk melingkar dipinggang kecil Caramel dan tangannya kemudian menepuk-nepuk pelan punggung yang lebih muda.
Hening, tidak ada yang bersuara namun suasana ini sangat nyaman bagi keduanya. Aaron menyandarkan tubuhnya disandaran sofa.
"Udah dimaafin belum?" tanya Aaron beberapa saat kemudian.
Caramel diam sejenak kemudian menganggukkan kepalanya yang berada dibahu Aaron dengan pelan.
"Udah, jangan gitu lagi. Caramel ga suka" ucap yang lebih muda pelan sambil mengeratkan pelukannya.
Aaron menjauhkan sedikit tubuh Caramel dengan keduanya, tatapan mereka berdua bertemu. Aaron dekatkan wajahnya lalu membubuhkan kecupan di kening yang lebih muda sebelum kemudian kembali membawa kepala Caramel untuk bersandar dibahunya.
"Janji, ga bakal gitu lagi. Moodnya lagi jelek ya?" tanya Aaron karena merasa ada yang aneh dengan Caramel hari ini.
Biasanya se-usil apapun dia, Caramel tidak pernah sampai ingin menangis seperti tadi. Malah pria kecil itu biasanya melawan.
"Hu'um, daritadi pagi semuanya nyebelin. Caramel sebel" sahut yang lebih muda dengan intonasi yang tidak seceria biasanya. Hari ini memang termasuk bad day baginya, sejak tadi pagi semua yang ia inginkan tidak berjalan sesuai keiinginan Caramel.
"Sebel, sebel banget!!!!!" ujar Caramel sambil kemudian menepuk punggung Aaron untuk lampiaskan emosinya.
Aaron terkekeh melihatnya, ia sangat suka melihat Caramel yang sedang sulky seperti ini. Wajah cantiknya memerah, pipinya mengembung, kening yang mengkerut, serta bibir plumpnya yang mengerucut kedepan.
Aaron memang suka mengusili Caramel untuk melihat wajah cemberut yang lebih muda. Tapi karena situasi saat ini sudah masuk ke kategori bahaya, Aaron tidak akan bertingkah macam-macam yang dapat membuat tangisan yang lebih muda pecah.
"Sebel ya. Biar Caramel ga sebel lagi aku harus ngelakuin apa?" tanya Aaron sambil tersenyum tipis.
Caramel diam tidak menjawab karena ia sedang memikirkan apa yang harus dia pinta kepada yang lebih tua.
"Es krim coklat mau?" tanya Aaron.
Caramel menganggukkan kepalanya pelan.
"Sushi tapi no salmon, mau?"
Caramel menganggukkan kepalanya lagi.
"French fries yang large with iced caramel macchiato, mau?"
Lagi-lagi yang lebih muda menganggukkan kepalanya.
"Jadi pacarnya kak Aaron, mau?"
Caramel menganggukkan kepalanya membuat senyum lebar Aaron terukir diwajahnya. Sadar atas pertanyaan barusan, Caramel membelalakkan matanya, menjauhkan kepalanya dari bahu lebar Aaron.
Maniknya menangkap Aaron yang tersenyum usil menatapnnya. Pipinya makin memerah padam.
"Oh, jadi sekarang udah mau pacaran nih?" tanya Aaron sambil menaik turunkan alisnya.
Caramel menggelengkan kepalanya. Kemudian pria bertubuh kecil itu berusaha untuk turun dari pangkuan yang lebih tua.
Aaron tertawa kala melihat Caramel meraih tasnya dan berlari cepat keluar ruangan tanpa menoleh sedikit pun.
"Mau kemana sih, pacarnya Aaron?" ujar Aaron sedikit teriak agar Caramel dapat mendengar ucapannya.
"MALESSSSS. Aku mau ke mobil duluan" balas Caramel sambil memegang knop pintu. Tindakannya terhenti kala dengar ucapan Aaron.
"Kan mobilnya dikunci. Kamu mau ngapain kesitu duluan, mau temenan sama nyamuk?"
Caramel meringis, di malam hari begini memang banyak nyamuk dan Caramel tidak suka jika nyamuk meminum darahnya. Jadi dengan kikuk ia berdiri didepan pintu menunggu pria yang kini sedang mengambil jaket dan kunci mobilnya.
Tangannya diraih untuk dibawa ke genggaman dan rambutnya di acak pelan.
"Gemes banget sih, kecil" ucap Aaron yang membuat Caramel berteriak didalam hatinya.
Mami!!! Caramel maluuuuu.
☕️🍼☕️
Wihiiiii ini oneshoot pertama amelaron ya!!! (singkatannya ga banget tapi biarin aja😭)
Bakal update setiap aku ada ide so please kasih aku ide disetiap akhir chapter ya!! apa yang kalian mau lihat di amel ama aron boleh kasih tau aku🫶🫶
anw aku lagi ngedraft book baru, fwb thingy gitu, ada yang suka genre kaya gitu ga?
terimakasih sudah baca🫶🫶🫶
jangan lupa stream cover papi aku ya!!!!!