Hold Me With Your Lies [END]

By Roses_Series

3.2M 79.9K 1.3K

Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. N... More

01 - SISTER'S REUNION
02 - LITTLE SECRET
03 - THREAT
04 - A SENSE OF DREAM
05 - ARRANGEMENT
05* - A THORN IN THE FLESH
06 - TURMOIL
07 - THE PROPOSAL
08 - A WAVERING YES
09 - FITTING
10 - MON COEUR VS FREESIA
11 - LIES ON THE FINGERS
12 - A BITTER IGNORANCE
13 - SORENESS
14 - FORGOTTEN LOVE
15 - SOMEONE FROM THE PAST
16 - STEAL A GLANCE
17 - SORROW
18 - ASKING A TRUTH
19 - TEASING THE WIFE
20 - NEMESIS
21- ALL'S FAIR IN LOVE AND WAR
22 - KISSES & TOUCHES ⚠️ 18 ⚠️
23 - FLARE OF DESIRE ⚠️ 18 ⚠️
24 - A BETRAYAL
25 - WOUNDED HEART
26 - A MAN'S EGO
27 - HONESTY
28 - A YOUNG LOVE
29 - WASTED TOIL
30 - WISH
31 - FLY TOWARDS YOU ⛔️ (elaborate)
32 - UNDER THE TUSCAN SUN
34 - FALL OUT OF LOVE
35 - QUARREL
36 - CHEAT
37 - SAVIOR
38 - RUEFUL BEAUTY
39 - IN THE CLUB
40 - CRUEL NIGHT ⚠️ (21 ) ⚠️
41 - SORRY AND PROMISES
42 - BLOOD AND TEARS
43 - BETTER NEWS
44 - SOLACE (PART I)
44 - SOLACE (PART II)
45 - A COLD DEAL (PART I)
45 - A COLD DEAL (PART II)
46 - BACK HOME
PDF RILIS & SPOILER
57 - FIRST LOVE MEMORIES
58 - TRUE LOVE MEMORIES
59 - BRIDGE THE GAP ⚠️ 18 ⚠️
EXTRA PART II - Love Burn ⚠️ 21 ⚠️
New Story

33 - WHY AND WHEREFORE

54.4K 1.6K 9
By Roses_Series




*

Saat telah menyadari kehadirannya yang sedang berdiri di bawah pohon cypress, Adrian melihat Elia seketika berdiri mematung. Mata gadis itu tampak melotot horor seolah sedang menyaksikan suatu peristiwa yang mengguncang jiwa.

"Elia..." Adrian menatap Elia sedih. Tak pernah selama hidup ia menyaksikan Elia begitu terpukul.

Adrian kemudian memutuskan mengayun langkah maju utuk menghampiri Elia. Saat ia memotong jarak kian dekat, ia dapat menyaksikan bola mata Elia perlahan digenangi air tebal. Air itu sempat terhenti di pelupuk mata Elia namun kemudian meluncur turun membasahi pipi sang gadis.

Adrian menghentikan langkahnya setelah berada tepat di hadapan Elia. Ia terus menatap Elia iba sembari mengangkat tangan untuk menyeka airmata Elia yang mulai jatuh berguguran.

Sementara itu, Elia yang tengah syok tak kuasa menghalau tangan Adrian. Bibirnya serasa membeku tak mampu berkata-kata. Bahkan ia juga tengah berpikir apakah sedang bermimpi atau mengalami delusi.

Bola mata Elia lantas bergerak naik menelusuri wajah Adrian. Ia memandang Adrian bingung bercampur dengan rasa curiga.

Dan bagi Adrian, ia tau detik itu juga Elia pasti masih merasa terguncang. Ia belum memberikan penjelasan atas kedatangannya. Elia tentu masih mengira ia menipunya, mengira ia mempunyai hubungan dengan kakaknya. Pasti saat itu hati Elia terasa sakit kala melihatnya. Dan Adrian bisa merasakannya sekarang.

Adrian terus mengusap pipi Elia yang basah.

Setelah beberapa saat merasakan belaian jemari Adrian di pipinya, Elia pun tersadar ia tak sedang berhalusinasi. Sentuhan jemari Adrian senyata angin sepoi-sepoi yang menerpa kulit tubuhnya. Suaminya benar ada disana dan sedang berdiri menghadapnya.

Elia akhirnya terjaga dari lamunannya. Ia buru-buru menepis tangan Adrian. Bersamaan dengan itu ia refleks buang muka untuk menghindari tatapan Adrian.

Adrian mengambil nafas dalam. Ia ingin bersuara, bahkan ingin segera memeluk istri cantiknya yang sangat ia rindukan. Namun belum sempat satu kata meluncur dari bibirnya, Elia dengan cepat justru maju untuk berjalan melewatinya. Dan kemudian gadis itu berlari menuju bangunan vila.

Elia meninggalkan Adrian di tengah jalan dan terus melaju melewati jalan menurun dengan tergesa. Namun Adrian di belakang kemudian mulai menyusulnya.

"Elia!" Adrian berteriak.

"Elia tunggu!" Adrian memekik sembari mengejar Elia. Sesungguhnya ia bisa dengan sangat mudah menyusul Elia tapi nyatanya ia hanya setengah berlari.

Langkah Elia akhirnya mencapai teras vila. Elia lalu meraih daun pintu depan, mendorongnya kemudian masuk ke dalam. Tak jauh darinya Adrian terus menjaga jarak cukup dekat.

"Elia... aku mau bicara. Aku mau jelaskan semuanya" ucap Adrian saat keduanya sudah berada di dalam vila dan sekarang ia membuntuti Elia menaiki tangga menuju lantai dua.

Elia terus melaju mengabaikan Adrian tanpa menoleh ke belakang. Jangankan membalas ucapan Adrian, bahkan menengok saja ia tidak bersedia. Elia menganggap Adrian seolah tak ada disana.

"Elia..."
Adrian memanggil lagi tapi Elia tetap tak menyahut. Dan Elia lalu membuka pintu kamar tidurnya. Ia masuk kemudian menutupnya rapat-rapat.

Elia menahan pintu kuat-kuat dengan tubuh mungilnya.

"Elia... aku mau bicara, tolong ijinkan aku masuk"

Dari dalam kamar Elia mendengar samar-samar Adrian bicara. Ia terus menahan pintu yang sekarang kuncinya menghilang entah kemana.

"Elia, buka pintunya!"

Tanpa Elia ketahui, sejak tadi pagi Adrian memang sudah mengambil alih semua kunci di dalam vila. Adrian hanya menyisakan kunci pintu depan yang Elia bawa. Elia jelas belum tau bahwa Adrian sudah membeli vila yang kini mereka tinggali. Sekarang dan seterusnya Adrian lah yang berkuasa memegang semua akses ke dalam vila.

Adrian terus menggedor daun pintu kamar Elia. Sejatinya ia bisa dengan mudah mendorong pintu tersebut. Tapi Adrian memilih tak melakukannya.

Adrian telah menimang masak-masak hinga akhirnya memutuskan ingin memberikan Elia ruang juga waktu agar gadis itu bisa menenangkan diri.

Dan Adrian kemudian hanya berkata dari depan pintu kamar Elia.

"Aku mau jelaskan semua sama kamu tentang perasaan aku. Aku akan tunggu kamu sampai tenang" cuma kalimat tersebut yang Adrian sampaikan.

Tak terdengar jawaban dan selanjutnya yang bisa Adrian dengar hanyalah suara isak tangis Elia.

.

*
.

Elia mengusap airmatanya dan bergeser dari depan pintu setelah mendengar Adrian bersedia membiarkannya sendiri. Ia lalu beralih mengintip lubang kunci yang kini kosong.

Elia lantas beranjak dan coba mencari kunci di laci nakas. Ia membatin optimis siapa tau hanya lupa menaruhnya. Namun kemudian Elia tergemap saat tak berhasil menemukan kunci tersebut.

'Apakah dia mengambilnya?' Elia bertanya was-was.

Elia mencengkeram sisi kepalanya sambil perlahan menjatuhkan diri di atas lantai. Ia lalu bersandar pada tepi ranjangnya.

Elia berusaha menghirup udara sebanyak-banyaknya karena sekarang ia seolah lupa bagaimana caranya untuk bernafas. Tubuhnya turut terasa lemas ditambah lagi dadanya juga terasa sesak dan sakit.

'Kenapa? Kenapa dia muncul di hadapanku? Kenapa dia ada disini?'
Benak Elia bertanya.

'Tidak cukup dia menyakiti aku? Apa dia ingin menyakitiku lagi?'

Elia tak henti berpikiran buruk. Ia tak tau persis apa yang diinginkan Adrian saat itu. Apakah Adrian ingin membahas perceraian atau mendatanginya dengan tujuan lain, Elia belum tau.

'Dia bilang ingin menjelaskan semuanya? Bukankah dia sudah berkata jujur? Bukankah dia hanya menipuku?'

'Aku muak melihat wajahnya. Aku benci sekali....'

Elia meruahkan rasa kecewa yang menjalari tubuhnya sampai dadanya terus bertambah sakit. Elia lalu membenamkan kepalanya di depan kedua lutut. Ia pun menangis tersedu.

'Aku tidak mau bertemu dengannya lagi...'
Elia meratapi kemunculan Adrian di depan matanya. Melihat Adrian setelah sekian lama menghindari pria itu telah membuat lukanya kembali menganga. Membuat Elia teringat segala ucapan dan perbuatan Adrian padanya.

Elia diam mengurung diri di dalam kamar selama berjam-jam. Ia membiarkan Adrian berada diluar dan tak mau sedikitpun menemui atau mengkonfrontasi suaminya itu.

Elia terus bergelung dengan menangkup kedua lututnya. Seiring dengan berjalannya waktu, ia merasakan tubuhnya kian lunglai dan gemetar.

.

*
.


Sudah hampir menjelang matahari tenggelam namun Elia tak kunjung keluar kamar. Adrian yang khawatir memutuskan memeriksa Elia.

Adrian membuka pintu kamar Elia dan berjalan masuk. Ia melihat gadis itu duduk meringkuk di depan tempat tidur.

"Elia..." Adrian memanggil pelan. Ia berjalan di atas karpet untuk mendekati Elia. Saat sampai di depan Elia, ia berjongkok. Adrian lalu mengangkat tangan dan mengelus kepala Elia.

"Hei..." Adrian melirih dengan suaranya yang serak sambil bersimpuh di depan Elia. Ia menggapai juntaian rambut panjang Elia dan merapikannya dengan hati-hati.

Adrian kemudian berupaya menengadahkan kepala Elia yang masih tak bergeming. Namun tangannya ditepis dengan cepat.

"Kamu belum makan dari tadi" Adrian berbisik cemas.

"Mulai malam ini Mrs. Romano enggak lagi menginap disini buat temani kamu. Dia cuma akan datang sesekali buat bantu kita. Sudah ada aku. Aku akan tempati kamar tidur depan"

Adrian pertama memberitahu Elia bahwa ia akan ikut tinggal di dalam vila. Sebelumnya Elia memang menempati vila bersama dengan seorang wanita berkebangsaan Italia.

Adrian cukup lega mengetahui ada yang merawat Elia selama di Tuscany. Tentu gadis itu tak berani tinggal sendirian dan meminta seorang warga lokal untuk sekedar menemani dan menolong mengurus vila.

"Elia..."
Adrian mencoba meraih Elia untuk kedua kali. Namun Elia kembali menghalau tangan Adrian secepat ia mengangkat tangan.

Tak menyerah, Adrian maju lagi untuk menengadahkan wajah Elia dan kali ini ia berhasil walau dengan sedikit paksaan.

Dengan menggunakan cengkeraman jemarinya yang kuat, Adrian membuat Elia mendongak dan menatapnya. Ia seketika menyaksikan paras Elia tampak kacau. Pipi gadis itu basah, mata Elia sembab dan bengkak, lipstain yang Elia pakai juga telah pudar.

Adrian mendengus kasar. Ingin sekali ia menarik Elia dan menyembunyikan dalam pelukannya. Namun apa daya, ia tau Elia pasti hanya akan memberontak. Maka Adrian memutuskan menahan diri.

Elia masih tak sudi menatap lurus mata Adrian. Ia memilih melirik menatap objek lain di dalam kamar.

Adrian yang sadar tak henti diacuhkan, diam-diam mengernyitkan keningnya sembari berpikir; dengan kemunculannya sekarang, Elia sudah pasti tak akan bisa merasa tenang. Istrinya itu pasti hanya mau berdiam diri bahkan mungkin kehilangan selera makan.

Dan akhirnya Adrian berniat mengungkapkan tujuan ia menyusul Elia ke Tuscany.

"Aku enggak ingin bercerai, Elia. Aku ingin kita kembali sama-sama. Selama kamu pergi hati aku tumbuh memikirkan kamu. Aku memikirkan hubungan kita... Kemudian aku menyadari perasaan aku"

"- Malam itu enggak terjadi apa-apa antara aku sama Tiara. Semua murni rencanaku. Setelah terakhir kali aku sentuh kamu di penthouse, aku sungguh merasa bingung sama perasaan aku sendiri. Karena egoku, aku terus-terusan menyangkal kalau aku inginkan kamu. Akhirnya aku bertindak gegabah dengan melakukan sandiwara di hotel"

"Tapi hal itu jugalah yang lantas menyadarkan aku... bahwa - aku hanya inginkan kamu, Elia... sungguh cuma kamu, enggak ada yang lain. Aku selalu pikirkan kamu setiap detik" tatapan Adrian terpaku sedih mencermati wajah Elia yang sendu.

"Dan terakhir kali waktu kita makan malam, apa yang aku ucapkan sebenarnya adalah buah dari kekecewaan aku. Kecewa kenapa aku bisa bertindak begitu bodoh. Aku menutupi rasa sakitku dengan mengucapkan hal yang kejam, tapi hal itu tidak semuanya benar, Elia aku-" ucapan Adrian terhenti. Kala ia mengingat peristiwa itu hatinya pun seakan ikut teriris.

"Aku kesini untuk jelaskan sama kamu. Besok mari kita bicara. Aku akan biarkan kamu tenang hari ini. Tapi kumohon setelah ini kamu makan, aku akan bawakan makanan buat kamu"

"Elia....?"

Adrian hanya bisa menjelaskan seadanya dan berdoa semoga bisa membuat hati Elia setingkat lebih tentram.

Elia masih diam tak merespon.

Adrian kemudian bangkit berdiri. Dengan diawali mendengkus pelan ia berbalik keluar kamar.

.

Tak sampai lima belas menit kemudian, Adrian kembali masuk ke kamar tidur Elia sembari membawa nampan berisi makanan. Adrian meninggalkan nampan berisi susu, roti pastry dan buah pir untuk Elia di atas nakas. Tak lupa, ia juga meletakkan setangkai mawar putih di atas nampan tersebut.

Adrian lalu kembali berjongkok di depan Elia yang masih setia dengan posisi awalnya.

"Berjanjilah setelah ini kamu mau makan"
Adrian menggumam setengah putus asa. Jemari panjangnya mengelus pundak Elia pelan nan lembut. Sorot matanya tersirat diselubungi bayang-bayang penyesalan.

Elia masih begitu konsisten tak merespon ucapan maupun sentuhan Adrian. Sekalipun tadi Adrian sudah menyampaikan sekilas maksud baik, hati Elia ternyata tak langsung tersentuh.

Adrian mengambil nafas dan menghembuskannya kasar. Ia dapat memahami rasa benci Elia padanya tak mungkin menghilang dalam waktu sekejab hanya karena ia ada disana.

Dengan berusaha sabar, sebelum keluar kamar, Adrian menyempatkan berpesan pada Elia jika membutuhkan sesuatu bisa langsung memanggilnya.
"I um, ... I'm only a call away if you need anything. I'm just right here in front of your door.... okay, baby?"

Dan seperti yang sudah Adrian duga, Elia tetap diam dan tak mau repot-repot menanggapi kepeduliannya.

Adrian tersenyum getir. Ia lalu mengelus lembut pucuk kepala Elia. Ia sengaja mendaratkan satu kecupan sayang disana yang berlangsung sampai lima detik lamanya.

Dan harapan Adrian yang paling sederhana dan utama untuk saat itu hanyalah paling tidak Elia bersedia memakan makanan yang ia bawa.

*****

.

.

.

.

.

.

.

.

Continue Reading

You'll Also Like

972K 25.2K 16
➡18 sinopsis: Satu kesalahan yang dia lakukan malam itu semakin menjerat hidupnya memasuki lubang penderitaan. Alena Velysia, gadis miskin dan malan...
5K 297 16
[LENGKAP di Karya Karya] Lanjutan perjalanan cinta Mas Liam si Bucin 😘
11.9K 832 44
[ Harap Vote setelah baca🤝✨] Ketika kehidupan mu di jual oleh ayah mu sendiri, apa yang akan kau lakukan untuk mencegah hal itu terjadi. Bagaimana...
5.4M 295K 36
Di masa lalu, Ashley Carlton menyukai Ethan Bradley, sebagai cinta pertamanya. Ashley merasa bahwa Ethan adalah laki-laki yang sempurna. Sampai suatu...