HII MAKASII YANG MASIH SETIA BACA CERITA INI DARI AWAL SAMPE SEKARANG.
VOTE DAN KOMEN JANGAN LUFA 🥰
wuakakakka
◁✧•Happy reading•✧▷
•
•
•
Langkah demi langkah Asyila berjalan kecil menuju ke area pesta, dimana orang-orang semua terlihat sangat bersenang-senang dan bersemangat dengan apa yang sedang mereka lakukan. Tak peduli ada banyak mata yang memperhatikan mereka, semuanya hanya fokus pada kegiatan masing-masing.
Asyila melihat ke segala arah mencari keberadaan Saka, tapi sedari tadi ia tak melihat batang hidung laki-laki itu. Jika seperti ini, Asyila merasa ia sedang di jebak oleh Saka.
Menyedihkan.
Tak!
Tiba-tiba Asyila merasa ada yang menyentuh bahunya, ia lantas melihat siapa yang menyentuhnya.
"Hai." sapa laki-laki tersebut.
Rasa bingung bersamaan rasa takut menyelimuti dirinya. "Iya?" jawab Asyila.
Laki-laki itu tersenyum tipis. "Bersama siapa kamu kemari? Bukankah sangat berbahaya jika kamu kemari sendirian." katanya basa-basi.
Asyila tak menjawab ia hanya bisa menatap dengan tatapan sendu. Sang empu yang melihat tatapan Asyila lantas kembali bertanya.
"Butuh bantuan hm?" Tanpa seizin Asyila ia langsung menarik pinggang Asyila kedalam dekapannya.
Asyila sontak panik dan merasa tak nyaman, ia jelas langsung memberontak guna melepaskan tangannya yang melingkari pinggangnya.
"Lepas! She's mine." ucap seseorang berhasil membuat keduanya tersentak kaget.
"Benarkah?" curiga sang laki-laki karena terlihat tidak meyakinkan. Ia melihat kearah Asyila yang tertunduk diam.
SET
Sedetik kemudian Asyila langsung di tarik paksa oleh Carven kedalam dekapannya, ia memegang pinggang Asyila sangat erat, seakan-akan gadis yang sedang berada disampingnya ini akan rapuh.
Melihat tingkah Carven yang seenaknya itu, ia membalas dengan tatapan datar dan remeh. "Ck! Merepotkan." kesalnya.
"Aku tertarik pada gadismu, suatu hari jika kau lengah, aku akan mendapatkannya." sambungnya dengan dingin.
Carven menatap dengan penuh ancam dan intimidasi. "Cobalah jika kau bisa." balasnya dengan smirk.
Tanpa basa-basi lagi Carven menarik tangan Asyila dan berjalan melewati para pasangan yang sedang bersenang-senang kearah pintu keluar.
"A-arpen.." cicit Asyila dengan keadaan lengannya yang masih di tarik oleh Carven.
Tak ada jawaban dari sang empu. Sampai akhirnya mereka kini sudah berada di dalam mobil mewah berwarna hitam milik Carven.
Tanpa aba-aba Carven menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke suatu tempat yang Asyila tidak tau.
Asyila bertanya-tanya, bukankah saat di balkon Carven mengatakan bahwa tidak sembarang orang bisa masuk dan keluar sebelum pesta benar-benar selesai, tapi tadi ia keluar begitu saja melewati pengawas yang berjaga.
Bagaimana bisa?
Apa Carven sengaja menipunya?
"Arpen," gumam Asyila takut. Mobil yang sedang ia tumpangi ini melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, entah apa yang sedang sang pengemudi pikirkan, tapi ini jelas berbahaya bagi pengguna jalan lainnya.
Asyila rasa ingin mabuk. Ia menutup matanya takut.
Citt
Mobil tiba-tiba rem mendadak membuat jantung Asyila rasa ingin copot. Ia tak membuka matanya sama sekali dan berpegangan pada lengan Carven yang sedang menyetir dengan erat.
"Buka." titah Carven.
"Hah? Buka apanya?" Beo Asyila. Apa maksud Carven menyuruhnya untuk buka?
Apa ia ingin lihat Asyila tidak memakai baju?
"Mesu-" belum sempat Asyila berbicara, ucapannya sudah dipotong duluan.
"Buka matamu!" tegasnya berhasil membuat Asyila membuka matanya perlahan.
Asyila menoleh kearah depan. "Eh? Ini.. di mansion?" katanya saat melihat mobil terparkir di area taman mansion yang pernah ia tinggali bersama Carven.
Carven mengangguk. "Turun." titahnya sambil menyingkirkan lengan Asyila yang masih memegang tangannya.
Deg!
Kenapa? Apa ia melakukan kesalahan?
Tanpa dibukakan pintu mobil, Asyila turun sendiri menghampiri Carven yang sudah berjalan didepannya. Langkahnya terlalu besar, hingga Asyila susah untuk mengiringinya.
Satu langkah akhirnya mereka memasuki mansion, Asyila terus berjalan membuntuti Carven, mereka berjalan menelusuri lorong-lorong, melewati pintu kamar yang pernah Asyila tempati..
Tiba-tiba Carven menarik lengan Asyila dengan kasar sambil melangkah memasuki sebuah ruangan.
"Sakit," cicit Asyila sambil mengelus pelan pergelangan tangannya yang sedikit memar.
Dingin, ruangan ini sangat dingin, entah apa yang membuatnya dingin, namun ini benar-benar sangat dingin.
Brak!
Pintu tiba-tiba ditutup dengan keras, hal itu berhasil membuat Asyila tersentak kaget disertai rasa gelisah dan takut saat melihat sosok Carven yang membalikkan badannya sambil berjalan kearahnya dengan tatapan mata yang tajam.
Ekspresi wajah Carven sangat dingin seperti akan memakan Asyila yang berada tepat didepannya.
Carven perlahan berjalan mendekat kearah Asyila, melepaskan jas yang ia kenakan dan melemparkannya ke sembarang arah. Asyila refleks melangkah mundur ketika Carven semakin mendekat kearahnya.
Hingga akhirnya Asyila terdesak dan terpojok dengan tembok yang ada dibelakangnya.
Tap
Tap
Tap
Carven mendekat, sangat dekat. Salah satu tangannya ada di samping telinga Asyila, jarak antara keduanya sangat minim, hidung mereka bahkan sampai bersentuhan, dan salah satu tangan Carven beralih menyentuh dagu Asyila.
Merinding.
Asyila menahan nafasnya. Hawa di ruangan ini seketika menjadi panas dan tidak ada oksigen untuknya bernafas.
"Bernafas lah." titah Carven berhasil membuat Asyila langsung bernafas detik itu juga.
Cup!
Satu kecupan berhasil mendarat di bibir mungilnya.
"Akhh!" ringis Asyila saat Carven menggigit bagian bawah bibirnya.Tak selang lama, Carven langsung melepaskan ciuman tersebut.
Asyila yang langsung menyadari hal itu berusaha mendorong tubuh Carven agar menjauh darinya, namun nihil, ia tak ada tenaga sama sekali.
"Arpen," gumam Asyila sambil terus berusaha mendorong tubuh kekar Carven untuk menjauh.
Kesal, Carven akhirnya menahan lengan Asyila yang terus memberontak.
"Kenapa tidak membalas pesanku hm?" tanya Carven berhasil membuat jantung Asyila berdetak kencang.
Asyila menggeleng tak tau dengan apa yang Carven maksud.
Ekspresi wajah Carven sangat dingin. Tapi dari sorot matanya saat ini, seperti ada bendungan air yang akan jebol, namun tetap ia tahan.
"Siapa yang mengizinkanmu pergi ke pesta bersama laki-laki lain?" tanyanya tajam.
"Siapa?" tanyanya, lagi.
Deg!
"Apa tidak bisa sekali saja menjadi gadis penurut Asyila?"
"Apa kau kira aku tidak marah melihatmu yang berada di pesta mengerikan itu?"
"Kau bahkan tidak mengetahui apapun tentang pesta itu, tapi kau dengan beraninya menerima tawaran yang mengajakmu untuk datang ke situ." sambungnya.
Asyila tertunduk. Ia takut, sesak rasanya, ia benci dirinya yang tidak bisa melawan dan membantah.
"Ala sudah menolak, tapi di paksa-"
"Paksa? Kenapa tidak memberitahuku? Kau bahkan tidak membalas pesanku, dan malah semakin menjadi-jadi dan terus-terusan pulang pergi sekolah bersama Saka."
Deg!
Bagaimana Carven bisa mengetahui tentang Saka?
Tangan Carven kembali beralih mencengkram dagu Asyila dengan kasar. Gadis itu terlihat kesakitan, dan berusaha memberontak, namun usahanya itu tidak ada hasil sama sekali.
"Menurutmu bagaimana, Asyila? Kita jarang bertemu, lalu tiba-tiba aku melihatmu di sebuah pesta bersama laki-laki lain."
"Apa aku akan marah? Sure. Aku sangat marah saat orang lain menyentuhmu apalagi melihat gadisku bersama laki-laki lain." sambungnya berhasil membuat Asyila merinding.
Deg!
"Kamu milikku, Asyila. Tak ada seorang pun, yang boleh memilikimu selain diriku." bisik Carven tepat ditelinga Asyila.
Deg!
"Bahkan seujung kuku pun, jika ada yang berani menyentuh dan berusaha mengambil mu dariku, aku akan mematahkan tangan dan memenggal kepalanya." lanjutnya dengan serius. Sorot matanya terlihat mengancam dan penuh intimidasi.
Yang artinya, perkataan Carven ini sebuah peringatan untuk Asyila kedepannya.
Ini, mengerikan.
"Apa kamu mengerti, Asyila?" tanya Carven dengan nada yang sedikit turun. Tidak seperti tadi yang sangat serius hingga membuat Asyila kesusahan bernafas.
Asyila mengangguk cepat.
Melihat jawaban Asyila, Carven tersenyum tipis. Ia akhirnya membuka ruang untuk Asyila bernafas dengan lega. Carven duduk di sofa yang tak jauh darinya, lalu menyuruh Asyila untuk duduk disebelahnya dengan kode melalui matanya.
Asyila mengerti, ia langsung berjalan mendekat dan duduk disebelah Carven.
Tiba-tiba saja suasananya menjadi canggung. Asyila hendak membuka suara untuk bertanya, namun hal itu didahului oleh Carven.
"Boleh aku bertanya?" katanya.
Asyila mengangguk sebagai jawaban. Ia jadi takut untuk berbicara dengan Carven, namun hal itu tidak ia tunjukkan, ia harus tetap berani dan tidak boleh terlihat lemah.
"Jelaskan hubungan mu dengan Saka."
Deg!
Pertanyaan yang berhasil membuat Asyila membeku. Ia bingung, rasa khawatir dan takut menyelimuti dirinya, ia takut jika salah bicara dan menceritakan ini kepada Carven.
Orang tuanya bahkan tidak tau tentang hal ini karena Asyila takut untuk bercerita. Tapi kali ini, apa ia boleh menceritakan semuanya kepada sosok laki-laki yang kejam, yang sudah membuat bekas luka padanya, tetapi sudah beberapa kali menyelamatkannya.
Carven menghela nafas. Ia tau bahwa gadisnya ini ragu untuk menceritakan semuanya kepadanya, ia tau bahwa Asyila tak pernah percaya kepadanya, apa lagi ia sudah beberapa kali membuatnya menderita dan melukainya.
"Jika tidak bisa, tidak perlu dipaksa." ucap Carven sambil mengibaskan rambutnya yang sedikit berantakan.
Sebenarnya, walaupun Asyila tidak cerita pun, Carven sudah mengetahui segalanya, namun ia ingin mendengar penjelasan dari gadisnya langsung.
"Bisa." perkataan Asyila berhasil membuat Carven tersentak kaget.
"Saat itu, Ala tidak sengaja bertemu Saka.." Asyila mulai bercerita.
◁✧•❀•✧▷
"Apa Asyila belum pulang juga?" tanya Abrian, ayah Asyila. Ia kemudian mendaratkan bokongnya di sebelah sang istri.
Azahra menggeleng. Ia khawatir, jam sudah menunjukkan pukul 23.30 AM, tapi Asyila masih belum pulang juga.
Abrian melirik kearah jam dinding. Mau tidak mau, ia tetap harus melaksanakan kewajibannya sebagai seorang ayah yang peduli dan menyayangi keluarganya. Mau bagaimana situasinya, ini tidak bisa dibiarkan saja.
Ia kemudian bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju laci, mengambil kunci mobil dan berjalan kearah pintu.
"Mau kemana?" tanya Azahra.
Abrian menoleh, ia kemudian tersenyum. "Tunggu di sini, aku akan coba mencari Asyila dan memastikan sesuatu." katanya dan langsung pergi keluar rumah menuju mobil yang terparkir didepan.
Azahra menyenderkan tubuhnya, entah kenapa, perasaan yang seharusnya senang ketika sang suami kembali ke rumah, kini menjadi gelisah dan takut, ia merasa akan ada sesuatu yang buruk terjadi pada keluarganya ini. Sejujurnya, Azahra akan lebih tenang jika Abrian tidak kembali.
Ia, ingin Abrian pergi dari sini, firasatnya menunjukkan bahwa akan terjadi sesuatu, dan itu berhubungan dengan sang suami.
Semuanya, terasa sangat mengganjal.
"Sebenarnya, apa yang akan terjadi?" gumam Azahra sambil memejamkan matanya.
"Asyila, apa kamu baik-baik saja? Kamu di mana nak?"
Tes.. Tes..
◁✧•❀•✧▷
Abrian, laki-laki yang sudah berumur di atas tiga puluh tahun dan memiliki wajah yang terbilang masih awet muda, juga kondisi fisik yang masih terbilang stabil ini kini tengah menyetir mobil dengan kecepatan tinggi.
Tak lama kemudian akhirnya mobil berhenti tepat di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi. Ia kemudian turun dari mobil dan berjalan hendak memasuki gedung tersebut. Namun seorang penjaga tiba-tiba mencegah langkahnya.
"Tunggu, apakah anda dari organisasi.." tanya sang penjaga sengaja menggantungkan ucapannya.
"Ya, saya ada janji dengan tuan Saka karstan." jawab Abrian.
Penjaga itu terlihat sedikit tak percaya, namun ia mengangguk dan membiarkan Abrian untuk masuk. Setelah masuk, Abrian berjalan menuju lift, dan akhirnya sampai pada lantai lima belas, ia berjalan dan kini tepat berdiri di depan pintu sebuah ruangan.
Jika kalian bertanya bagaimana Abrian bisa tau tentang banyaknya ruangan di sini, dan tidak tersesat. Itu karena Abrian pernah di tugaskan untuk menyelidiki dan menyelundup ke sini secara diam-diam.
Tepatnya, itu beberapa tahun yang lalu. Tapi karena ingatannya lumayan, jadi hal itu sangat berguna dan membantunya.
BRAK!
Dengan kasar Abrian membuka pintu tanpa sopan santun. Terlihat Saka yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan santai sambil menatap kearahnya dengan remeh.
"Tidak sopan, dasar tua bangka." ucap Saka dengan pedas.
Abrian tidak peduli dengan ucapan Saka. Ia menatap kearahnya dengan dingin. "Dimana Asyila?" tanyanya to the point.
Saka tersenyum miring saat mendengar pertanyaan yang keluar dari Abrian. "Dia, aku tinggalkan di sebuah pesta." jawabnya dengan santai.
"Pesta? Jangan-jangan, itu pesta.."
Saka tersenyum ceria. "Benar! Itu adalah pesta perkumpulan organisasi luar yang terlibat dalam kejadian bertahun-tahun lalu. Dan ada banyak ketua-ketua organisasi, juga orang berbahaya di sana, aku tak sengaja meninggalkannya karena dia pergi dari sisiku dan itu juga sebagai pelajaran utama untuk menjadi gadisku." balasnya tanpa dosa.
"Brengsek!" geram Abrian. Jika Asyila terlibat dengan orang dari salah satu organisasi yang ada di sana, ini akan menjadi masalah besar baginya dalam menjalankan rencana.
"Berdoalah agar putrimu itu selamat. Dan berterima kasihlah kepadaku karena aku sudah menjebaknya, Abrian." ucap Saka.
"Aku akan berdoa agar kau cepat tiada, Saka."
"BWAHAHAHHAHA." tawa Saka pecah ketika mendengar perkataan Abrian.
"Cobalah jika kau bisa. Namun jika tidak, aku yang akan membunuhmu." tegasnya seketika menjadi dingin.
"Daripada itu, aku peringatkan sekali lagi padamu untuk menjauhi Asyila!!" ancam Abrian merasa kesal.
HA~
"Tidak bisa, aku akan menikahi Asyila, dan mempunyai anak yang akan menjadi penerus perusahaanku." balas Saka.
"Lagi pun, kenapa anda jadi perhatian seperti ini? Kenapa anda peduli? Apakah Asyila termasuk salah satu misi yang yang harus anda kerjakan agar rencana berjalan lancar?" lanjutnya curiga.
"Mungkin saja. Tapi lebih tepatnya, ada seseorang yang juga menginginkan Asyila."
"Siapa? Oh, apakah.. dia?"
"Ya."
"Menarik, kenapa dia menginginkan Asyila? Bukankah masih ada gadis lain yang lebih menarik dibandingkan Asyila." tanyanya seketika penasaran, Saka yakin pasti ada sesuatu yang sedang di incar dari Asyila.
Abrian tersenyum miring saat mendengar ucapan Saka. "Kau tidak mengetahui apapun, Saka." katanya.
"Huh, no problem, sepertinya aku harus menyingkirkan banyak orang akhir-akhir ini."
*****
GAK KERASA UDAH CHP 30 AJA 😓
Hiatus dulu gasie ini? wkwk :D
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK DULU!!
VOTEE NYA VOTE WOII! HARUS VOTE!! KOMEN JUGA KOMEN JANGAN LUPA!! 😤
See u next chapter bubᥫ᭡.