Titik Mula

By R_JA37

361K 33.1K 2.7K

Positif. Ah, tidak. Lelaki humor penyimpan sejuta luka itu sebentar lagi akan menjadi seorang ayah. Dimana, m... More

Prolog
01. Warna hitam
02. fakta
03. USG
04. Perkara anjing
05. Malam pesta
06. Taman
07. Koma
08. Kangen
09. Sadar
10. Gombal
11. Theresia
12.Ungkapan rasa
13. Kenyataan
14. XII MIPA 1
15. Anjing hitam
16. Bakso
17. Egois
18. Diusir
19. Bus
20. Diculik
21. Geral?
22. Hutan
23. Kejadian yg mengerikan
24. Selamat jalan Theresia
25. Kapan nikahnya?
26. Club
27. Sah
29. Bingung
30. Kaya Dadakan
31. Morning
32. Deral Pra Harsequiel
33. Perkara Bakso
34. Mall
35. Lara and Dargenta
36. Masa Lalu
37. Penjelasan
38. Prik
39. Tentang mereka
40. Insiden
41. Akan Kembali Baik?
42. Baikan
43. Healing
44. Bintang
45. Berangkat
46. Potret
47. Bali
48. Angkatan kedua
49. Hari Terakhir
50. Hidup Abadi
51. Menjenguk
52. Berhasil
53. Jesslyn
54. Body goals
55. Jealous
56. Rutinitas
57. Cafe
58. Bertemu kembali?
59. Sakit hati
60. Cerita random
61. Baju Jesslyn
63.
64.
65.
66.
67.

62. Lebam

1.4K 116 1
By R_JA37


Gala sedikit berlari menghampiri Deral dan Axelyn, dengan tersenyum manis Gala menyapa mereka. "Apa kabar, Bang?"

Deral menatap penampilan Gala dari atas sampai bawah, tubuh yang dulunya gempal kini sudah berubah menjadi tubuh yang lumayan atletis. Usaha yang Gala lakukan selama ini rupanya tidak sia sia, dan menghasilkan hasil yang cukup drastis.

Deral mengangguk dengan membalas senyuman Gala, "Gue baik."

"Lo berubah, Gal...sumpah, lo, beda banget." kata Xe sambil menatap tubuh Gala yang sudah tidak seperti dulu lagi.

Gala tertawa pelan, "Ini juga berkat kakak, gue jadi punya tekad buat berubah."

Xe mengerutkan keningnya bingung, kenapa dengan dia? perasaan selama ini ia tidak melakukan apapun. "Kok gue?" Tanya Xe.

"Kalau dulunya kakak gak comblangin aku ke Lara, mungkin aku gak ada tekad buat berubah kaya sekarang." jawab Gala.

Xe baru ingat dengan Lara, gadis yang pernah ia dekatkan dengan Gala. Gadis yang pernah menjadi masa lalu suaminya, Deral. "Oh, iya.. Lara mana?"

"Dia lagi keluar kota, ngurus universitasnya."

Deral dan Xe mengangguk paham, "Kayak nya gak enak deh kalau ngomong sambil berdiri kayak gini, mending kita makan sambil ngobrol disana." kata Xe sambil menunjuk kearah restoran yang ada didalam mall.

Deral dan Gala mengangguk setuju, "Boleh."

Mereka bertiga berjalan beriringan menuju restoran cepat saji yang dihiasi lampu bewarna warni, mirip seperti yang ada di barr. Namun, bedanya lampu restoran itu tidak kelap kelip yang mampu membuat mati sakit, namun ini lebih ke kalem.

Mereka memilih tempat yang sedikit jauh dari pintu masuk, Deral dan Xe duduk berdampingan dengan Gala yang duduk di depan sepasang suami istri itu.

"Mau pesan apa?" tanya Deral menatap Xe dan Gala untuk meminta jawaban.

"Aku gak usah deh bang, aku tadi udah makan."

"Yaudah lo nasi goreng, lo Xe mau apa?" Tanya Deral sambil menatap Xe disampingnya. Sedangkan Gala hanya mampu menghela nafasnya pelan.

"Nasi goreng juga, yang spesial." kata Xe sambil menimang Jesslyn.

Deral mengangguk paham, "Nasi goreng spesialnya tiga."

"Baik Mas, ditunggu ya.." kata waiters wanita tersebut lalu pergi meninggalkan mereka.

"Aku gak makan bang," kata Gala tidak enak.

"Gapapa, sok gaenakan lo. Yakali kita berdua makan, lo cuman plongo plongo liatin kita."

Gala tersenyum kaku sambil menggaruk telinganya yang tiba tiba saja gatal. "Hehehe iya...makasih bang."

"Santai."

"Gimana keadaan adek lo?" Tanya Xe yang teringat akan adik Gala yang dulu ia tau sakit.

"Dia udah membaik kak, terlebih lagi dia udah dapat perawatan yang baik."

"Syukurlah." gumam Xe.

Sejenak suasana hening, hanya terdengar dentingan sendok pelanggan lain yang sedang makan. Gala menatap bayi mungil cantik yang berada digendongan Xe. Melihat tatapan bingung Gala, Deral berdehem, "Dia anak gue. Cantik 'kan?"

Gala sedikit terkejut namun ia hanya mengangguk tanda setuju. Bayi itu sangat cantik dan imut, namun setelah ia amati. Bayi itu lebih mirip ke Deral daripada Xe.

"Cantik." kata Gala sambil menatap bayi mungil itu.

"Iyalah, anak gue gitu." Deral mencubit pelan pipi Jesslyn yang mulai sedikit menggembul.

Melihat itu, segera Xe memukul tangan Deral dan menatap lelaki itu tajam. "Berapa kali gue bilang, jangan cubitin pipi Jesslyn. Pipinya itu masih sensitif tau!"

Deral meringis pelan melihat tatapan tajam Xe, "Iya-iya maaf."

Xe mendengus kemudian mengusap pelan pipi Jesslyn bekas cubitan Deral. "Papa kamu nakal ya, sayang.." kata Xe menatap mata Jesslyn yang terbuka lebar yang juga sedang menatap kearah dirinya.

"Apasih Ma, kan Papanya gemes " Xe bergidik ngeri mendengar kalimat yang menurutnya sedikit aneh dan ia tidak terbiasa dengan hal itu.

"Geli banget tolong"

"Dibiasain dong, masa nanti Jesslyn udah besar, gue manggil lo pakai nama. Nanti kalau dia manggil kita pakai nama, gimana?"

"Jesslyn masih kecil kok, jadi masih aman." jawab Xe.

Deral menggeleng pelan melihat tingkah Xe, "Gak terasa nanti Jesslyn udah gede, mampus lo."

Namun, mata Deral gagal fokus menatap lengan Xe yang dihiasi oleh lebam biru keunguan. Tangan besarnya mengusap lebam tersebut dan sedikit menekannya.

Xe meringis pelan, ia menatap Deral dengan tatapan kesal. "Sakit tau!"

"Kenapa?"

"Apanya yang kenapa?"tanya balik Xe.

"Ini kenapa?" Tanya Deral sambil mengusap lebam tersebut.

"Kemarin jatuh didapur, terus kena pembatas pintu."

"Gak hati-hati banget, ini kulit lo jadi jelek gini."

"Yaudah kalau jelek jangan liat." Xe mencibir menghentakkan tangannya sehingga tangan Deral yang tengah mengusap lebam tersebut terlempar.

"Gue khawatir Xe, bukan apa-apa."

"Gue ga nyuruh lo khawatir."

"ck! bandel banget sih, gue gini karena gue sayang sama Lo, dodol!" geram Deral kembali menarik tangan Xe kemudian mengusap kembali lebam tersebut.

"Sakit pasti 'ya?" tanya Deral.

Xe mengangguk, "Tapi gapapa, nanti juga hilang."

Deral menggeleng, "Gak! nanti kita kerumah sakit buat minta resep obatnya."

"Apaansih! pakai salep juga sembuh." Kata Xe menatap Deral tidak percaya, masalah lebam seperti ini dibawa kerumah sakit. Jelas ia malu, ia sudah membayangkan dokternya yang tertawa karena ia dan Deral datang untuk meminta resep obat untuk luka lebam.

"Bandel banget! yaudah, nanti kita ke apotik beli salep. Nanti juga gue bakal suruh pembantu yang ada di mansion datang kerumah. Gue gak akan biarin lo lagi beresin rumah. Mending lo fokus urus Jesslyn."

"Lo sendiri yang bilang kalau lo pengen tinggal sendiri sama gue tanpa adanya pembantu."

"Gue batalin deh, liat lo gini..gue jadi ga tega, nanti lo kecapean. Mending lo urus anak kita dan urus diri kamu sendiri, perawatan atau apa kek itu."

Xe terkekeh lucu. Semenjak ia melahirkan, perasaan yang capek kerja itu Deral. Yang capek jagain dan bersihkan rumah itu Deral. Ia selama ini belum melakukan apapun, luka lebam yang ada di lengannya pun ada karena ia tidak sengaja terjatuh dilantai dapur yang sedikit licin. Sumpah, ia belum melakukan pekerjaan rumah apapun.

"Makin sayang deh, pelukk" pinta Xe menatap Deral disampingnya. Ia tidak bisa memeluk Deral karena ada Jesslyn dipangkuannya.

Deral segera membawa Xe masuk kedalam pelukannya dan menghirup kuat kuat aroma vanilla yang ada di rambut Xe. "Istri gue wangi banget."

Xe tertawa pelan dalam pelukan hangat Deral.

Sedangkan Gala yang melihat adegan dihadapannya spontan terduduk kaku, tidak tau apa yang harus dilakukan kecuali diam sambil menatap mereka berdua.

"Permisi Mbak, Mas..ini pesanannya." Kata Pelayan tersebut sambil meletakkan tiga nadi goreng dan tiga buah botol air putih.

"Oh iya, gue belum pesen minumannya. Kalau gitu, minumannya lemon tee tiga."

"Baik Mas, Segera"

Gala berdehem canggung menatap mereka berdua. Ia kembali menggaruk telingannya, tidak tau harus berbuat apa. Deral yang melihat itu mengerutkan keningnya bingung, "Kenapa lo?"

"ha? eh hehehe...itu bang, gu-gue laper." kata Gala asal kemudian menarik satu piring nasi goreng didepannya.

"Tadi katanya udah makan."  kata Deral bingung.

"hahaha" Gala tertawa canggung "Engga, ini aku laper."

Xe yang melihat itu hanya tersenyum, kemudian melahap nasi gorengnya. Mereka bertiga akhirnya bercerita panjang lebar selama makan, menceritakan tentang kelanjutan sekolah ataupun tentang perasaan dan juga kehidupan.

***

Continue

by Rifka Stepani




Continue Reading

You'll Also Like

333K 17.2K 77
❝Bunda minta cucu, ayo bikin.❞ -Reivan Xiendra β™›β™›β™› Book (I) Rate 16 (kissing scene, etc.) [PART LENGKAP & SEBAGIAN DIPRIVATE] So, follow dulu sebelu...
11.9K 837 39
Menikah di usia muda itu tidaklah mudah, apa lagi menikah atas kemauan orang tua tak di dasari cinta yang hanya membuat luka di hatinya. Rintangan pe...
426 64 17
Keluarga yang tidak harmonis, dituntut untuk menjadi dewasa, dijodohkan dengan gadis yang tak ia suka, siapa itu? Yogi. Ia kira pertemuannya dengan s...
471K 24.6K 40
" 'Lauhul mahfudz' antara qobiltu atau innalilahi, antara kita dan malaikat izrail, antara kapan dan kafan, dan antara Ar Rahman dan yasin" Mencerita...