Hai ini part awal dari cerita aku, semoga kalian suka. Tolong tandai kalau ada typo di tulisan saya.
Sebelum baca jan lupa vote dulu.
Happy reading ...
Hari ini masih sama berisiknya seperti hari kemarin. Para siswa yang tengah berbincang dan tertawa atau para siswi yang tengah bergosip ria. Pemandangan memuakkan yang harus setiap hari dia saksikan.
Mungkin untuk kebanyakan orang, masa putih abu-abu adalah masa yang paling menyenangkan. Masa-masa mencari teman atau hanya sekedar mencari gebetan. Tak sedikit juga mereka yang berpikir masa SMA adalah masa penentuan untuk masa depan atau masa untuk mencari jati diri.
Tapi tidak untuk dia. Masa SMA baginya adalah masa yang paling memuakkan. Setiap hari hanya menyaksikan hal-hal tak berarti yang terjadi di depannya. Tidak terkecuali hari ini. Suara tawa dan bising suasana kelas membuat dia ingin menghilang saat itu juga. Kalau bisa mungkin ke Pluto. Tapi dia bisa apa? Yang bisa dia lakukan hanyalah melampiaskan kekesalannya dalam diam. Menutup rapat-rapat kuping, menelan semua kekesalan, lalu berselancar dengan dunianya sendiri. Yakni dunia per-fandoman. Mungkin di dunia nyata dia tidak punya banyak teman, tapi berbanding terbalik dengan dia versi dunia maya. Di situs daring tersebut, dia memiliki banyak circle. Lebih tepatnya teman per-fandomannya. Untuk orang lain dunia K-Pop mungkin sekedar mengisi waktu luang atau hanya mengobati kegalauan, berbeda dengannya. Biasnya yang menjadi salah satu alasan dia tetap bertahan hidup di tengah gempuran luka yang menghujam mengajak dia untuk menghentikan rotasi hidup. Memang kadang tingkat kegilaan dan halu yang sering melambung tinggi, tanpa sadar diri. Padahal cuma modal cinta dan kuota. Wkwk. Tapi tak merubah fakta, bahwa karena biasnya lah dia masih bisa bertahan dengan hidup yang menurutnya menyedihkan dan memuakkan.
Najma Lailatul Hafidza. Dia bukan orang yang supel jadi dia tidak punya seorang pun teman. Dia gadis introvert yang asik dengan dunia sendiri. Dia juga bukan gadis populer atau mungkin keberadaannya di kelas itu hampir terlupakan. Dia juga tak punya keberanian meski hanya untuk menegur mereka yang berisik. Dia sungguh gadis biasa yang sangat biasa-biasa saja. Jauh dari kata famous ataupun apalah itu. Dia tidak cantik tapi tidak jelek, dia tidak pintar tapi tidak tergolong bodoh. Penampilannya cukup imut. Dengan tinggi 152 cm, kulit putih pucat, bentuk muka bulat dan mata yang cukup besar. Sekedar informasi dia siswa terpendek di kelas itu.
Nama Najma artinya bintang. Seharusnya dia menjadi bintang di kelas itu sesuai nama. Tapi bagaimana kalau ada dua Najma? Bintang Sirius juga butuh bintang lain untuk terlihat semakin bersinar, 'kan? Maka Najma juga butuh Najma lain untuk menonjol. Ini bukan tentangnya tapi tentang Najma yang lain.
"Yang namanya Najma yang mana?" Kelas yang tadinya riuh seketika berubah menjadi hening hanya untuk melihat siapa orang yang mencari Najma.
"Najma gak sekolah hari ini." Seorang siswi menyahuti setelah diam beberapa saat.
Kejadian seperti ini sudah sering terjadi. Padahal ada Najma di sini, tapi kehadirannya dianggap tidak ada. Siapa tahu bukan Najma itu yang dicari 'kan?
Seorang siswa dari kelas lain menyembulkan sebagian tubuhnya di ambang pintu.
"Oh! Tapi katanya si kerdil ada di kelas ini. Ada Najma yang lain gak?" tanya siswa itu.
Semua mata di kelas ini langsung tertuju padanya. Pada sosok bernama Najma, si penghuni pojokan.
"Ada sih, tapi rasanya bukan Najma yang itu." tutur seorang siswa diakhiri tawa kecil.
Orang yang dimaksud juga tidak terlalu peduli dengan situasi saat ini. Terbukti yang dengan santainya dia memakai earphone dan menelungkupkan kedua tangan di atas meja hanya untuk menyembunyikan wajah dari tatapan orang-orang di kelas. Dia sangat benci dengan situasinya saat ini.
Tapi di luar perkiraan. Najma yang dicari bukan Najma yang itu, melainkan dirinya. Semua penghuni kelas terkejut bukan main saat si siswa yang mencari Najma tadi berjalan menghampiri Najma di bangku yang berada paling ujung, kemudian duduk di hadapannya.
Semua orang bertanya-tanya kok bisa, Najma yang itu? Bukan Najma yang itu?
"Mungkin Kakak salah orang." Seorang siswi mencoba menghentikan aksi siswa yang bername tag Taqi Muwafiq itu.
"Benar kah?" Ucapan si siswi tadi tidak mengurungkan aksi Taqi untuk melepas headset yang menyumpal telinga Najma. Karena terusik Najma menyembulkan kepala di antara kedua sikunya.
"Iya kan kerdil?" Cowok yang akrab di panggil Taqi itu tersenyum merekah saat mendapati ekspresi Najma yang terlihat kesal.
"Kamu siapa?" Dua kata yang diucapkan Najma membuatnya tergelak.
Sebenarnya bukan Najma tak tahu siapa cowok yang duduk di hadapan saat ini, tapi dia terlalu malas untuk terlibat dengan mereka. Karena Najma tahu kira-kira hal buruk seperti apa yang akan terjadi pada dia ke depannya kalau terlibat dengan mereka.
"Gue disuruh jemput lo sama si Anzel," ucap Taqi masih dengan senyum yang melekat di wajahnya. Sesuai yang Najma perkirakan. Anzel akan menyeret dia gara-gara masalah kemarin. Najma tidak tahu, karena kesalahan sesaat yang dibuat kemarin akan membuat urusannya berkepanjangan dengan mereka.
Tak ada yang bisa dilakukan Najma selain menurut pada Taqi yang menggiringnya ke tempat Anzel berada. Yup, tepatnya kelas Anzel.
"Bos, i'm coming!" ucap Taqi sesaat sebelum ber tos ria dengan teman sebangkunya lalu duduk tak jauh dari Anzel.
"Dia siapa?"
Pertanyaan Anzel membuat teman-temannya tergelak. Terutama Taqi, tak habis pikir dibuatnya. Bukannya Anzel yang nyuruh dia buat jemput Najma, tapi dia kok malah nanya 'dia siapa?'
Mendapati respon seperti itu Najma hanya bisa memutar bola mata. Jengah.
"Zel kan lo yang suruh gue bawa cewek ini, ... apa bukan Najma yang ini?" tanya Taqi.
"Kapan?"
Sukses Taqi dibuat kesal dengan ucapan Anzel.
"Serah lo deh!" ucapnya sembari menyugar rambut. Mungkin kalau bukan Anzel udah dia tabok. Tapi dia Anzel.
"Ayok dedek gemes kita balik lagi ke kelas." Ekspresinya berubah 180 derajat dasar buaya.
Saat Najma berbalik untuk kembali ke kelas Anzel menghentikannya.
"Gue gak suruh lo balik sih,"
Benar-benar Anzel ini membuat kesabaran Taqi terkuras.
"Anzel. Lo maunya apa sih?"
Taqi menggertakan gigi karena stok sabarnya yang setipis kertas. Dan dengan laknat teman-temannya malah tertawa.
Najma bertanya-tanya dalam hati, apanya yang lucu dari situasi saat ini? Kok bisa mereka begitu asiknya ketawa padahal gak ada yang lagi ngelawak.
"Hei dedek gemes. Kok bisa sih sampai berurusan sama Anzel?" Kali ini siswa yang ber name tag Regi Ginanzar bersuara.
"Lo pergi beliin gue siomay sana. Yang di dekat Indo," ujar Anzel final.
"Zell ini udah waktunya masuk. Dia harus masuk kelas," ucap Taqi geram.
Najma ataupun Anzel tak mengindahkan ucapan Taqi. Najma menghampiri Anzel dan menengadahkan tangan meminta uang. Teman-teman Anzel yang ada di sana cuma bisa melongo. Mereka gak habis pikir, dapat keberanian dari mana cewek itu berdiri di depan Anzel sambil minta duit.
Merasa harga dirinya tidak berarti di depan Najma, Anzel menatap nyalang.
"Aku gak punya uang," Merogoh saku dan mengeluarkan selembar uang lima ribu. "Aku cuma punya segini, kemarin dipake beli pulsa." terang Najma.
"Serah lo. Yang penting siomay harus ada!"
"Oke." ujar Najma sesaat sebelum menghilang dari pandangan Anzel.
HANZEL ASAHI SAGARA. Hanya dengan melihat saja sudah tahu dia orang seperti apa. Aura badboy melekat padanya didukung dengan penampilan yang memadai dan kepribadian yang cukup buruk, juga latar belakang keluarga yang hebat. Ayahnya seorang dokter umum dan ibu seorang dokter kandungan. Dia anak manja yang apapun keinginannya selalu dipenuhi. Jadi dia tumbuh menjadi remaja seperti itu. Memandang orang sebelah mata atau menindas orang lain dengan alasan untuk bersenang-senang. Sampah. Kepribadiannya memang benar-benar sampah. Terlepas dari kepribadian dia memang cukup tampan sih. Guru-guru juga gak ada yang berani menegur. Anzel melakukan ini-itu hanya dianggap angin lalu. Meski begitu Anzel tidak pernah menindas orang di luar batas.
Sudahi tentang Anzel.
Saat ini Najma sedang berjalan menuju gerobak siomay yang ada di dekat Indomaret. Sesuai pesanan Anzel. Telinganya tersumbat earphone yang terhubung dengan ponsel. Najma tahu dia pasti akan dimarahi saat masuk kelas nanti tapi ini kesempatan dia untuk lari dari rutinitas belajar yang melelahkan, dengan alasan perintah dari Anzel.
Dia tersenyum puas saat sudah sampai di depan gerobak siomay. Dia langsung memesan.
"Mang, 2 porsi. Yang satu pedas yang satu enggak. Aku disuruh Anzel. Mamang tahu 'kan Anzel?" Si Mang mengangguk. Najma senyum penuh kemenangan. Dengan begini uang lima ribu dia gak bakal jadi korban.
"Uangnya minta aja sama Anzel." Si Mamang siomay mengangguk tanda mengerti. Enak saja si Anzel mau palakin dia.
Setelah mendapatkan apa yang dipesan, Najma berjalan dengan riang, se-riang lagu yang diputar di ponselnya. Najma tidak tahu apa yang menanti karena masalah yang baru saja dibuatnya.
Bersambung...
Kalo udah baca jan lupa tinggalkan komen bagaimana menurut kalian cerita ini teman-teman. Kasih tau kalo ada typo ya.
HANZEL ASAHI SAGARA
Yang tau grup k-pop treasure pasti ngerasa aneh 'kan? Namanya ada unsur Asahi, tapi visualnya pake Haruto.
Sekedar info ini gak ada hubungannya sama mereka, aku cuma pinjam nama dan visual aja.
NAJMA LAILATUL HAFIDZA
Sengaja belum ada visulanya karena, masih bingung.
Saran dong siapa yang pas buat visual Najma?