Assalamualaikum semua 🤗
Bagaimana kabar kalian?
Bantu share cerita ini yah?
Bantu promos di tiktok, dan Instagram kalian 😁🙏🏻
Komentar dan bintang dari kalian adalah semangat ku ✨
"Belajarlah untuk mengagumi bukan iri, untuk memuji bukan merayu, untuk menghargai bukan meniru."
Bismillahirrahmanirrahim
______________________________________________
Setelah Kepergian Adi, Ara dan Salwa yang hendak melaksanakan shalat, Aksa memilih untuk menunggu di warung depan masjid hingga Ta'lim akan dimulai.
Berbeda di tempat wudhu yang di hebohkan oleh keempat pemuda, siapa lagi kalau bukan, Dylan, Satya, Zaidan, dan Gava.
"Eh? Cara wudhu nya gimana? Gw lupa sumpah." Ucap Satya seraya menggaruk tengkuknya.
"Makanya shalat!" Celetuk Gava.
Satya mendelik malas kepada Gava. "emangnya lu sering shalat ape?"
Gava menyengir. "Kagak sih."
(Astagfirullah jangan di contoh ya teman-teman)
"Kita semua sama aja kali, kecuali Zaidan." Ucap Dylan sedikit merendahkan suaranya di akhir kalimat.
"Yaudah lah, ini gimana caranya wudhu? Urutan nya kek gimana? Gw beneran lupa." Ucap Satya kembali ke topik awal.
"Nih liatin gw." Gava membuka keran air kemudian mempraktikkan wudhu nya.
"Pertama cuci tangan dulu."
Dylan, Satya mengikuti. kecuali Zaidan yang masih memperhatikan mereka.
"Kedua, cuci muka!" Lanjut Gava.
"Mana ada! Hidung dulu kali!" Ucap Dylan protes. Seingatnya urutan kedua itu hidung.
Gava menggaruk tengkuknya. "Emang hidung di cuci yah?"
(Astagfirullah Gava:)
"Iya lah!" Jawab Dylan dan Satya bersamaan.
"Tapi lan, yang kedua itu muka bukan hidung!" Kekeuh Gava.
"Hidung!!"
"Muka!!"
"Hidung!!"
"Muka!!"
"Hidung!!"
"Muka!!"
Melihat pertengkaran kedua sahabatnya, Zaidan menghembuskan nafasnya. Ia berjalan kemudian berdiri di tengah-tengah Dylan dan Gava. Tanpa berkata lagi ia mulai membuka keran yang ada di hadapannya.
"Kalian berdua salah! Ikutin gw!!"
Bagai di sihir oleh Zaidan, ketiganya langsung berdiri di depan keran masing-masing tanpa memprotes lagi.
"Cuci tangan sambil baca basmalah." Zaidan mempraktekkan seperti apa yang ia ucapkan tadi, dan Dylan, Satya juga Gava mengikutinya dengan baik.
Zaidan pun melanjutkan dengan kumur-kumur, membasuh hidung, muka, Tangan sampai ke siku, kepala telinga dan yang terakhir kaki. Semua gerakan itu tak luput dari perhatian Dylan, Satya, dan Gava, mereka mengikuti gerakan Zaidan dengan seksama.
"Terus baca do'a." Ucap Zaidan.
"Do'a nya kaya mana?" Tanya Gava.
Zaidan memijit pelipisnya. "Syahadat!"
"Syahadat tuh kayak mana sih?" Bingung Satya.
Zaidan menipiskan bibirnya sejenak. "Asyhadu an laa Ilaha Illaallah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah---"
"Oh! Gw tahu!!" Seru Dylan.
Mereka pun membaca syahadat bersama, dilanjutkan membaca do'a sehabis wudhu dengan bimbingan Zaidan, setelahnya mereka berjalan memasuki masjid.
Setelah shalat isya kajian di mulai. Aksa dan kawan-kawan nya duduk di tangga masjid. Sedangkan Adi di dalam.
Kajian pun segera dimulai, tema kajian kali ini adalah. "Fathul Baari-Kitab Iman, Rukun Islam."
Ustadz Amri berdehem lalu mengetuk beberapa kali mic di tangan nya. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarukatu saudara-saudari semua."
"Waalaiku'musalam Warahmatullahi Wabarakatuh Ustadz." Jawab para jama'ah.
"ASBAHNA WA ASBAHAL MULKU LILLAH, Kajian kali ini kita akan membahas tentang Fathul Baari-kitab iman, Rukun Islam."
"بِسْـــــــــــــــــــــمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم"
"Dari Ibnu Umar radhiallahu anhu, dia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda:
الْاِسْلَامُ عَلٰى خَمْسٍ شَهَادَةِ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ وَاِقَامِ الصَّلَاةِ وَاِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
"Dasar-dasar (pokok-pokok) Islam ada lima perkara: 1. Bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Alah, 2. Mendirikan shalat, 3. Membayar zakat, 4. Menunaikan ibadah haji, 5. Puasa bulan Ramadhan."
"Alā khamsi berarti lima perkara atau lima dasar (pokok), sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdurrazaq. Tetapi dalam riwayat Imam Muslim disebutkan lima rukun. Apabila dikatakan bahwa empat dasar (pokok) di atas terdiri atas dasar syahadah, maka tidak sah jika belum melaksanakan syahadah."
"Satu, Jihad tidak termasuk dalam hadis ini, karena hukum jihad adalah fardhu kifayah dan jihad tidak diwajibkan kecuali dalam waktu tertentu. Inilah jawaban Ibnu Umar tentang masalah jihad."
"Dalam akhir riwayatnya, Abdurrazaq menambahkan, "Jihad adalah perbuatan baik," Lain halnya dengan Ibnu Baththal yang menganggap bahwa hadis ini muncul pada periode awal Islam sebelum diwajibkannya jihad. Memang jawaban ini masih dapat dikritik, bahkan merupakan jawaban yang salah, karena jihad diwajibkan sebelum terjadinya perang Badar, sedangkan perang Badar sendiri terjadi pada bulan Ramadhan tahun kedua hijriyah, dimana pada tahun itu juga diwajibkan puasa, zakat dan haji menurut pendapat yang benar."
"Dua, (Kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah). Apabila dikatakan, "Kenapa dalam syahadah tidak disebutkan iman kepada pada Nabi dan malaikat dan lainnya sebagaimana yang ditanyakan oleh Jibril? Jawabannya, bahwa maksud dari syahadah adalah membenarkan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ, dengan begitu kalimat syahadah telah mencakup semua masalah yang berhubungan dengan akidah."
"Ismaili mengatakan, "Hal ini merupakan penamaan sesuatu dengan menyebutkan bagiannya, seperti seseorang mengatakan, "Aku membaca Al Hamdu," maksudnya aku membaca surah Al Fatihah. Maka jika dikatakan "Aku bersaksi atas kebenaran risalah Muhammad," berarti aku bersaksi atas kebenaran semua ajaran yang dibawa oleh Muhammad."
"Tiga, Maksud mendirikan shalat adalah menjalankan atau melaksanakan shalat, sedang maksud mengeluarkan zakat adalah mengeluarkan sebagian harta dengan cara khusus."
"Lima, Untuk menentukan keabsahan keislaman seseorang, Al Baqilani mensyaratkan terlebih dahulu pengakuan terhadap keesaan Allah (tauhid) sebelum mengakui risalah."
"Enam, Kesimpulan yang dapat diambil dari hadis di atas adalah bahwa pemahaman makna umum sunnah Rasul (hadis), dapat dikhususkan dengan arti tekstual Al-Qur'an (ayat Al Qur'an)."
"Arti hadis secara umum menyatakan bahwa orang yang melaksanakan semua hal yang disebutkan tadi, maka Islamnya sah. Sebaliknya orang yang tidak melaksanakan semua yang disebutkan, maka Islamnya tidak sah. Pemahaman ini dikhususkan dengan firman Allah."
"Dan orang-orang yang beriman dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan." (Ath Thur [52:21])
"Enam Dalam hadis di tadi, Imam Bukhari lebih dahulu menyebutkan haji daripada puasa. Namun hadis riwayat Imam Muslim dari riwayat Sa'ad bin Ubaidah dari Ibnu Umar, puasa disebutkan lebih dahulu daripada haji. Seseorang berkata, "Haji dan puasa Ramadhan," lalu Ibnu Umar berkata, "Tidak, puasa Ramadhan dan haji."
"Ini menunjukkan bahwa hadis riwayat Handhalah yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari merupakan hadis bil makna yaitu hadis yang diriwayatkan berdasarkan maknanya, bukan berdasarkan lafaz yang diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ. Hal ini bisa jadi disebabkan beliau tidak mendengar sanggahan Ibnu Umar pada hadis di atas, atau karena beliau lupa. Kemungkinan ini lebih tepat dibandingkan pendapat yang menyatakan bahwa Ibnu Umar mendengar hadis tersebut dari Rasulullah ﷺ dua kali dalam bentuk yang berbeda, namun beliau lupa salah satu dari kedua hadits tersebut ketika memberikan sanggahan kepada pernyataan seseorang dalam hadits tadi."
Ustadz Amri menjeda ucapannya dan meminum Aqua gelas disamping nya setelah membaca basmalah. Setelahnya ustadz Amri berdehem.
"Kajian ana sampai disini, lan akan dilanjutkan oleh putra ana, hahaha, Umur ana sudah terlalu tua untuk berlama-berlama duduk." Kekeh ustadz Amri di susul tawa ringan para jama'ah.
Azmi beranjak lalu duduk di tempat ustadz Amri tadi. "Assalamualaikum warahmatullahi wabarukatu."
"Waalaiku'musalam Warahmatullahi Wabarakatuh."
Tema Kajian kali ini adalah, "niat."
"ASBAHNA WA ASBAHAL MULKU LILLAH."
"Bismillahirrahmanirrahim."
"Dari Umar bin Khattab radhiallahu anhu, dia berkata:
سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَلَى الْمِنْبَرِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ اِنَّمَا الْاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَاِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوٰى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهٗ اِلٰى دُنْيَا يُصِيْبُهَا اَوْ اِلَى امْرَاَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهٗ اِلٰى مَا هَاجَرَ اِلَيْهِ
"Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan[1] tergantung niatnya[2]. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya[3] karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan."
"Riwayat dua imam hadis, Abu Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Bukhari dan Abu Al Husain, Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairi An-Naisaburi di dalam dua kitab Shahih, yang merupakan kitab yang paling shahih yang pernah dikarang."
"Satu, Yang dimaksud perbuatan di sini adalah amal ibadah yang membutuhkan niat."
"Dua, Niat adalah keinginan dan kehendak hati."
"Tiga, Makna kata "Hijrah" secara bahasa: meninggalkan, sedangkan menurut syariat artinya: meninggalkan negeri kafir menuju negeri Islam dengan maksud bisa melakukan ajaran agamanya dengan tenang. Yang dimaksud dalam hadis ini adalah perpindahan dari Mekkah ke Madinah sebelum Fathu Makkah." (Penaklukan kota Mekkah th. 8 H).
"Satu, Hadis ini merupakan salah satu dari hadis-hadis yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam Syafi'i berkata: Dalam hadis tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu bagian dari ketiga unsur tersebut."
"Diriwayatkan dari Imam Syafi'i bahwa dia berkata," Hadis ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata," Hadis ini merupakan sepertiga Islam."
"2, Sebab dituturkannya hadis ini, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama: "Ummu Qais" bukan untuk meraih pahala berhijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan "Muhajir Ummi Qais." (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).
"Kandungan hadits,"
"1. Niat merupakan syarat layak/diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan menghasilkankan pahala kecuali berdasarkan niat." (karena Allah ta’ala).
"2, Waktu pelaksanaan niat dilakukan pada awal ibadah dan tempatnya di hati."
"3, Ikhlas dan membebaskan niat semata-mata karena Allah ta'ala dituntut pada semua amal shaleh dan ibadah."
"4, Seorang mukmin akan diberi ganjaran pahala berdasarkan kadar niatnya."
"5, Semua perbuatan yang bermanfaat dan mubah (boleh) jika diiringi niat karena mencari keridhaan Allah maka dia akan bernilai ibadah."
"6, Yang membedakan antara ibadah dan adat (kebiasaan/rutinitas) adalah niat."
"7, Hadis tadi menunjukkan bahwa niat merupakan bagian dari iman karena dia merupakan pekerjaan hati, dan iman menurut pemahaman Ahli Sunnah Wal Jamaah adalah membenarkan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan."
Kurang lebih begitulah ceramah yang disampaikan ustadz Azmi, sangat menyejukkan, tapi sangat menghantam hati, apalagi bagi, Aksa, Dylan, Satya, Gava, dan Zaidan.
_______________________________________________
Bersambung....
Gimana ceritanya? Seru gak? 😊
VOTE dan komen nya jangan lupa yah?
Btw, bantu share juga yah teman-teman 🤗
Assalamualaikum warahmatullahi wabarukatu.