Bukan Penggoda

By Hossana222

219K 10.6K 499

Setelah melahirkan, Olivia dibunuh dan dibuang kedalam lautan hingga membuatnya hampir meninggal. Beruntung s... More

Prolog
Balaskan Dendammu!
Seducing My Past / 18
3 Tahap Awal
4 Sebuah Teror
5 Berkencan
6 Teror Kedua
8 Who are you?
9 Rencana Baru
10 Dendam yang sebenarnya
11 Sebuah Keputusan
12 Babygirl
13 Olivia?
14 Rencana / 18
Info
Info Buku

7 Undangan Makan Malam

6.5K 561 12
By Hossana222

Part 7 Undangan Makan Malam

Pyarrrr!!!!

Gracia spontan berteriak ketika sebuah batu menghantam kaca kamarnya hingga pecah berantakan. Meski ketakutan ia tetap dengan segera mengambil selembar kertas yang tertempel pada batu tersebut. Gracia takut jika didalamnya terdapat tulisan dari Olivia, yang biasanya ia dapatkan. Bisa bahaya jika Lukas atau Abraham yang menemukannya.

Bukan tulisan, kertas tersebut ternyata berisi gambar dirinya dan paula yang sedang menyekap Olivia disebuah kapal. Kertas itu bergambarkan potongan foto-foto kecil tentang penyiksaan yang ia lakukan kepada Olivia saat itu.

"Ada apa?!" Suara tegas Lukas membuat Gacia spontan meremat kertas tersebut, dan langsung memeluk Lukas untuk mengalihkan perhatian.

"Lukas aku takut!" Gracia menangis dengan tubuh gemetar. Olivia sangat gila! Jadi dia punya semua bukti-bukti itu?

"Sebenarnya kamu punya salah apa sampai diteror seperti ini?" Lukas bertanya.

"Iya, apa kamu punya musuh?" Abraham ikut bertanya dengan sangat penasaran. Karena selama ini keluarga Abraham tidak pernah mempunyai musuh di dunia bisnis. Abraham bahkan dikenal sebagai pengusaha besar yang dermawan, bijaksana, dan tak pelit ilmu. Jadi mustahil jika ada musuh yang mau meneror keluarganya, apalagi menantunya.

"Aku tidak tahu Pa." Isak Gracia dengan tubuh yang tiba-tiba lemas.

Paula sangat kesal melihat kaca yang pecah dan ancaman yang lagi-lagi Olivia kirim. Jadi Olivia menantangnya? Mengibarkan bendera perang dengannya? Setelah menemukan wanita rendah itu, Paula bersumpah tidak akan memberinya ampun.

"Kamu istirahat, jangan membuat kekacauan. Mama mengundang Alice makan malam. Tidak enak jika seperti ini didepan klien kan?" Lukas melepas pelukannya dengan desissan kesal.

"Lukas benar, kita bahas ini setelah makan malam bersama Alice. Papa sudah suruh satpam cek cctv."

"Lagian mama ngapain undang Alice makan malam? Malu-maluin aja!" Lukas meninggalkan kamar dengan langkah kesal. Sebenarnya ia senang Alice datang, tapi ia juga takut jika Gracia bersikap sok mesra padanya, lalu membuat Alice marah. Lukas lebih takut ditinggal Alice daripada pernikahannya.

Diluar sana Alice tersenyum sinis setelah anak buahnya berhasil melemparkan batu kekamar Gracia dari luar pagar. Ia yakin foto-foto yang Gracia terima akan membuatnya kebakaran jenggot. Dua wanita itu pasti dihantui oleh bukti-bukti yang ia miliki.

Alice tidak akan puas sebelum mereka merasakan apa yang ia rasakan malam itu.

"Kalian bawa aku kemana? Aku mohon jangan lakukan hal buruk! Biarkan aku bertemu anakku dulu!" Olivia menangis ketakutan ketika terbangun disebuat kapal yang sedang terombang-ambing oleh gelombang air laut.

Seingatnya ia barusaja melahirkan, mengobrol dengan Lukas tentang nama yang bagus untuk anaknya, mempersiapkan pernikahan dan tema yang cocok untuk hari bahagia mereka.

Tapi kenapa sekarang ia berada ditempat asing ini dengan tangan dan kaki yang terikat?

"Siapa suruh kamu tidak mendengar kata-kataku? Aku sudah bilang tinggalkan Lukas! Kenapa kamu malah hamil anaknya dan mempersiapkan pernikahan? Meski suamiku setuju dengan hubungan kalian, aku tidak akan pernah sudi merestui!" Paula menoyor kepala Olivia dengan kasar.

"Gracia lakukan apa yang ingin kamu lakukan!" Paula tersenyum smirk ketika melihat wanita itu mengeluarkan sebuah garpu.

"Selama ini kamu selalu merasa sok cantik dan diatas awan karena Lukas memilihmu bukan? Lihatlah apakah setelah ini Lukas masih mau melihat wajah burukmu?"

"Kamu mau apa?" Olivia menjerit histeris ketika Gracia menusukkan sebuah garpu dengan sangat kencang kepada wajahnya.

"Sakit... wajahku...." Olivia berteriak kesakitan ketika tusukan garpu itu ditarik hingga merobek wajahnya.

"Rasakan itu! Mama, tolong robek wajah yang satunya lagi!"

"Arghh.... " Alice terduduk ditanah sambil memeluk tubuhnya sendiri. Ia meremat kepalanya saat mengingat kembali betapa sakitnya, apa yang ia alami malam itu.

"Nona Alice..." Bodyguard yang mengantarnya segera membantunya berdiri, dan memapah tubuhnya yang terasa lemas.

"Aku ingin pulang ketempat mama." Isaknya sesenggukan.

"Bagaimana makan malamnya?"

"Aku ingin bertemu mama!" Bentaknya sambil mendekap dadanya yang terasa sakit.

Tapi sayang sebelum sempat masuk kembali kedalam mobil, sepasang mata kecil yang sudah menunggunya sejak sore lebih dulu melihatnya datang. Ia pun langsung berlari menghampirinya dengan semangat.

"Mama Alice kenapa menangis?!" Teriaknya penuh kekhawatiran. Mengundang perhatian seisi rumah untuk keluar.

Alice yang tadinya mulai menutup mata dengan wajah pucat, tersenyum ketika samar-samar mendengar suara putranya. Suara itu membuatnya malu karena sikap lemahnya saat ini.

"Alice, Oliver butuh kamu! Jika kamu lemah, maka kamu akan mati untuk kedua kalinya seperti pecundang." Tegasnya dalam hati.

Alice pun mengatur nafas dan meminta sang bodyguard melepaskannya. Ia memeluk anak itu ketika Oliver datang dengan raut khawatir.

"Dada mama hanya sedikit sakit. Jangan khawatir ya sayang?" Alice mengecup pipinya.

"Tapi mama sampai menangis! Pasti sangat sakit kan?" Isaknya.

Iya, Oliver benar. Semua itu memang sangat menyakitkan untuknya. Maka dari itulah ia berdiri disini untuk balas dendam dan merebut haknya dengan cara yang sama.

"Sekarang sudah tidak apa sayang." Alice mencium kening putranya dan menghapus airmata si kecil dengan lembut.

"Ada apa?" Lukas segera memeluk Alice ketika melihat Oliver menangis sedih. Lukas sangat khawatir terjadi sesuatu.

"Tadi aku melihat orang melempar batu dari luar, aku hanya sedikit terkejut. Dadaku terasa sangat sesak." Bohongnya. Padahal Alice tahu betul siapa pelakunya.

"Satpam sedang mengecek dan memperketat keamanan. Jangan khawatir." Lukas mencium puncak kepalanya.

Abraham mengawasi dan memastikan jika sang istri dan Gracia masih didalam sana. Ia juga menatap putranya bersama Alice yang tampak mesra. Bahkan Abraham bisa melihat dengan jelas jika mereka saling mencintai satu sama lain. Apa benar mereka berselingkuh?

Tapi Abraham tidak menyalahkan putranya. Dia dipaksa oleh ibunya untuk menikah dengan Gracia. Jadi tidak heran jika suatu saat Lukas akan selingkuh, saat menemukan wanita yang hatinya pilih untuk menggantikan sosok Olivia. Bukan karena paksaan.

Bahkan Abraham yakin hilangnya Olivia ada sangkut pautnya dengan sang istri. Jika itu terbukti, Abraham akan langsung mengusir dan menceraikannya.

Karena selain hal itu sangat keji, Paula telah membuat Lukas dan Oliver kehilangan sosok yang mereka cintai. Paula membuat cucu dan putranya terkubur dalam duka yang begitu menyedihkan.

Satu hal yang dapat Abraham pahami kenapa Lukas begitu cepat menyukai Alice adalah, karena sikap dan tatapan yang dimiliki wanita itu sama dengan Olivia.

*****

"Maaf jika aku merepotkan. Aku hanya sedikit terkejut karena ada seseorang yang melempar batu." Alice tersenyum sopan kepada semua orang yang saat ini menatapnya khawatir.

"Cctv tidak merekam kejadian itu ternyata. Apa kamu lihat dia wanita atau lelaki?" Tanya Paula penasaran. Ia berharap Alice melihat, agar ia bisa tahu itu Olivia atau bukan.

"Yang pasti kedua wajahnya rusak dan sangat menyeramkan. Tulang pipinya sampai terlihat!" Alice memasang wajah takut, lalu memeluk Lukas dengan berdrama lemah.

Tapi ia tidak sepenuhnya berbohong. Itulah yang wajahnya alami saat itu. Bahkan oprasi wajahnya harus dilakukan beberapa kali untuk membuatnya sembuh dengan sempurna. Apa yang ia alami selama empat tahun sangat sulit dan pedih.

"Jangan memeluk suami..."

"Aku masih ketakutan Gracia! Kamu tidak melihat apa yang aku lihat! Kedua wajah orang itu seperti habis digaruk oleh garpu. Sangat menyeramkan!" Mata Alice berkaca-kaca dan suaranya sedikit bergetar.

Paula dan Gracia seketika diam karena serangan cemas. Jadi benar Olivia ada disini? Lalu kenapa anak buah mereka tidak bisa menemukannya? Bahkan satpam yang menjaga tidak melihat aksi pelemparan batu yang dia lakukan. Siapa yang membantu Olivia saat ini?

"Jangan-jangan dia psycho yang ingin membunuh orang random! Hati-hati Lukas, om Abraham, Gracia, tante Paula! Aku melihatnya sendiri dengan mata kepalaku."

"Untung mama tidak dijahatin!" Oliver yang duduk di pangkuan Alice, langsung memeluk wanita yang ia panggil mama dengan penuh kasih sayang.

"Siapa dia sebenarnya? Ada masalah apa dia denganmu Gracia?" Lukas bertanya kepada sang istri yang berada persis di sebelahnya.

"Aku mau tidur duluan." Potongnya. "Kalian lanjutkan saja makan malamnya." Gracia yang sudah ketakutan tidak peduli lagi dengan adanya Alice. Ia lebih resah dengan kehadiran Olivia kembali.

Jika wanita itu mengungkap segalanya dan memiliki bukti, hidupnya akan hancur.

"Mama susul Gracia ya? Kasian.. " Paula pun ikut masuk kedalam menyusul menantunya.

"Dia nggak apa-apain kamu kan?" Lukas bertanya dengan perhatian seraya mengusap puncak kepala Alice yang tengah tersipu.

"Tidak."

"Syukurlah jika kamu tidak menjadi targetnya juga."

Abraham terus memerhatikan kebersamaan mereka. Sepertinya dugaanya benar, keduanya memiliki hubungan spesial. Lukas tidak akan perhatian kepada sembarang wanita jika dia tidak menyukainya. Abraham tutup mata dengan hubungan mereka.

Abraham tahu hal ini akan memancing keributan antar keluarga. Tetapi melihat putra sematawayangnya bahagia, cucunya bahagia, juga suatu hal yang penting.

"Pa, aku antar Alice pulang ya? Takut terjadi sesuatu."

"Oliver ikut!"

"Yasudah pergilah, sekalian beli makan malam lagi. Maaf ya Alice, sudah membuatmu tak nyaman. Titip salam untuk Jonas dan Bella." Ujarnya dengan nafas yang sedikit sesak.

"Om Abraham tidak sakit kan? Kenapa seperti sesak nafas?"

"Tidak, sepertinya lupa minum obat. Sudahlah cepat pergi, nanti kemalaman." Abraham tersenyum ramah.

"Kami pergi pa, papa istirahat." Lukas berpamitan.

Sebelum mereka beranjak, tiba-tiba terdengar suara teriakan yang begitu keras.

"Lukas!!! Gracia pingsan!!!" Teriak Paula dari dalam sana.

Alice memasang raut kesal ketika Lukas menghentikan langkah dengan wajah cemas. Pasti Lukas lebih memilih wanita jahat itu daripada dia. Jika tidak ada Abraham, Alice pasti sudah menyuruhnya untuk memilih.

"Alice.. "

"Aku pulang dengan bodyguardku saja." Alice tersenyum penuh arti kepada Lukas.

*****

Aku double Up yaaaa

selamat membaca :*

Continue Reading

You'll Also Like

239K 18.4K 27
Siapa yang tidak mengenal Sapphire Ixora Ganendra? Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah dua tahun berturut-turut masuk ke dalam jajaran...
15.4K 1.2K 65
[Novel Terjemahan] -Judul Asli: 鑽石糖 -Author: 蘇錢錢 -Jumlah Chapter: 65 [Teks 1] Zhou Qinyao datang ke Huaishu Hutong dua tahun lalu dan menyewa rumah d...
71K 2.3K 50
[21 ] Cobra, Pangeran di kerajaan ular gaib, begitu kesal karena penantiannya mendapatkan pasangan di usia remaja--dalam umur ular--tak membuahkan ha...
2.5M 81.6K 44
Jangan baca kalau cuma mau plagiat!! Gua nggak ikhlas!! Lu plagiat, nyolong ide, seluruh dosa gue lu yg tanggung, aamiin. Dax, bangun di sebuah kamar...