" Bastard! "
Bugh
" REYY!! "
Pemuda itu langsung menonjok pipi kanan Gian. Reyvan tentu sangat emosi hingga ia tidak bisa lagi menahan hasratnya untuk tidak memukul Gian saat ini juga.
Elvio menutup mulutnya melihat Reyvan yang memukul Gian. Terlihat dari luka di sudut bibir Gian dan memarah di pipinya, menandakan bahwa pukulan Reyvan begitu kuat.
Gian mengusap darah yang keluar di sudut bibirnya. Ia menatap Reyvan dengan sinis.
" Lo sama aja kaya bokap lo. El, lebih baik buat lo jauhin si Reyvan. Dia bahkan bisa lebih bahaya dari iblis ". Gian berusaha untuk semakin memanasi suasana.
Reyvan mengepalkan tangannya kuat hingga kukunya terlihat memutih. Pemuda itu hendak kembali memukul Gian, hanya saja Elvio menahan tangan Reyvan.
" Rey!! Udah udah! Jangan pukul dia lagi "
Reyvan menatap Elvio tajam. " Minggir Elvio "
Elvio menggeleng tidak mau. Ia menatap sekeliling, banyak orang yang menatap ke mereka bertiga membuat Elvio malu sendiri.
" Elvio lepas "
Elvio menggeleng, anak itu mengeratkan pegangannya pada lengan Reyvan dengan kedua tangannya.
" Rey udah jangan marah lagi. Kita di liatin orang, emang lo ngga malu gitu? "
Reyvan menatap sekeliling, benar saja kini mereka di tatap oleh orang-orang yang berlalu-lalang. Pemuda itu menghela nafas kasar, ia melepaskan pegangan Elvio pada lengannya.
Reyvan beralih untuk menggenggam tangan yang lebih kecil darinya, menyeretnya dengan tergesa-gesa untuk pergi dari sana. Reyvan memasukkan Elvio ke dalam mobil, ini vibesnya kaya kagi di culik aja.
Elvio hanya bisa diam, ia tidak mau berbicara. Takut jika itu malah semakin membuat Reyvan marah.
Elvio menatap kesamping dimana Reyvan terdiam dan tangannya mencengkram kuat setir mobil, tatapannya juga seakan-akan bisa menguliti orang yang di tatapnya.
" Eum R-rey, jangan marah "
Tidak ada jawaban.
" Reyvan, lo kenapa sih? "
" Kenapa lo seakan-akan ngga suka sama Gian, dia baik kok "
Reyvan menatap Elvio dengan raut wajah datar. " Kamu tidak tau apa-apa tentang dia Sayang "
" Tapi----
" Diamlah, aku tidak mau lepas kendali dan berakhir menyakitimu "
Elvio akhirnya memilih diam. Dia yang awalnya di cap badboy, sekarang entah hilang kemana jiwa badbodnya itu. Kenapa malah di gantikan dengan cute boy.
Semenjak pacaran dengan Reyvan, anak itu menjadi anak manis,manja, dan menggemaskan bila dengan Reyvan. Dan juga sedikit takut dengan Reyvan.
Helaan nafas Reyvan terus mengisi keheningan yang ada di antara mereka. Elvio melirik takut-takut ke Reyvan.
Elvio memberanikan diri untuk memegang tangan Reyvan. " Rey ". Lirihnya.
Reyvan menghela nafas kasar. Pemuda itu menepis tangan Elvio dengan kasar membuat Elvio tersentak kaget. Baru kali ini ia diperlakukan seperti itu, biasanya Reyvan akan bersikap lembut kepadanya.
" Kita pulang ". Ucap Reyvan dengan datar.
Elvio hanya bisa mengangguk, ia takut jika Reyvan bersikap seperti ini. Auranya menyeramkan.
Reyvan langsung tancap gas menuju ke rumah Elvio dengan kecepatan penuh. Elvio memejamkan mata erat, rasanya seperti nyawanya sudah di ujung tanduk.
Reyvan melambatkan laju mobilnya saat sudah dekat dengan rumah Elvio.
" Keluar "
" Hah? "
" Anjir gue di usir gitu "
" Tidak dengar? "
Elvio bergidik ngeri mendengar nada rendah Reyvan. Tidak mau membuat pemuda itu semakin emosi, Elvio buru-buru keluar dari dalam mobil Reyvan dan berlari masuk ke rumah setelah melambaikan tangan ke Reyvan walaupun tidak di balas oleh pemuda itu.
Setelah Elvio sudah tidak terlihat di matanya. Pemuda itu memukul-mukul kuat setir mobilnya.
" Sial! Sial! Sial! "
Reyvan mengacak rambutnya karena merasa frustasi. Tidak seharusnya tadi dia bersikap seperti itu kepada Elvio. Hanya saja emosinya yang sedang tidak stabil membuatnya terpaksa memperlakukan Elvio dengan buruk.
Itu juga karena Gian, jika saja laki-laki itu tidak memancing emosinya seperti tadi pasti Reyvan tidak akan seperti itu. Gian memang pembawa bencana.
Reyvan mengendarai mobilnya menjauhi rumah Elvio, pemuda itu harus menemui seseorang yang sangat penting. Ini menyangkut keselamatan Elvio, Gian pasti sudah tau posisi Elvio di dalam hidupnya. Itulah sebabnya laki-laki bertato itu mencoba untuk mendekati Elvio.
Tujuannya untuk menghancurkan Reyvan sendiri.
Sedangkan di dalam kamar Elvio, anak manis itu sedang berbaring sambil menerawang ketika Reyvan bersikap tidak biasanya kepada dirinya.
Elvio menggeleng kuat, kenapa pemuda itu selalu saja terngiang-ngiang di kepala Elvio.
" Ish wajah Reyvan kenapa muncul mulu sih "
Elvio membenamkan wajahnya di bantal mencoba untuk menghilangkan bayang-bayang wajah Reyvan yang sayangnya sangat tampan itu.
" Pergi pergi pergi pergi "
" Owala bajingan, bisa gila gue kalo kaya gini. Gue mau ketemu sama temen-temen aja dah, gegara Reyvan gue jadi jarang kumpul sama mereka "
Elvio langsung beranjak dari tempat tidur. Anak itu mengambil jaket kulitnya dan kunci motor di atas meja. Dia mengendarai motor kesayangannya yang hampir mirip dengan motor milik Reyvan, hanya saja milik Elvio sedikit lebih kecil ukurannya. Sangat pas dengan tubuh Elvio yang tidak gede-gede amat.
Elvio mengendarainya menuju markas yang tidak jauh dari sekolah. Markas itu hanya sebuah bangunan tua yang tidak terpakai, dan Elvio beserta anak buahnya memilih untuk mengubahnya menjadi sebuah markas dengan barang-barang seperti yang ada di rumah pada umumnya.
Elvio memarkirkan motornya di depan bangunan itu. Melangkahkan kaki kecil ke dalam rumah dan langsung di sambut oleh teriakan Gavin.
" WIDIH BOS KECIL UDAH DATENG ".
Elvio menutup telinganya. Teriakan Gavin benar-benar memekikkan telinga. Badan aja kaya seme tapi suara like a boti.
" Bang Gav berisik ". Celetuknya.
Gavin hanya ketawa lalu merangkul pundak Elvio, membawa anak itu menuju ruang tengah dimana semua teman-temannya berkumpul di sana.
Mereka langsung menoleh ke arah Gavin dan Elvio yang baru saja datang.
" Wihh si bos akhirnya ikut kumpul juga "
" Kemana aja nih si bos? "
" Bos kok mukanya makin imut aja sih "
Elvio menggeplak kepala Bagas tanpa rasa kasihan. Elvio kesal karena di sebut imut oleh anak yang lebih tua beberapa bulan itu. Dia itu ganteng ya btw, imut apaan dah.
" Enak aja lo bilang gue imut. Jelas-jelas ini muka gue jantan pake banget "
" Iya deh si paling jantan ". Timpal Vano sampe yang lainnya tertawa membuat Elvio semakin kesal.
Baru juga nyampe udah di bully aja. Ngga ada adab memang mereka tuh. Bawaanya pen ngegeplak mereka gitu kalo lagi kumpul.
Ngeselin sih.
" Pasti si bos sibuk sama pacar barunya "
Mereka semua langsung menatap serius ke arah Elvio setelah Arka mengatakan hal itu. Elvio langsung melotot ke arah arka seolah mengatakan "bangsat lo, gue kulitin juga tu mulut".
" Pacar? Siapa? ". Tanya Kenzo, teman Elvio yang jarang bicara itu kali ini mengangkat suaranya. Tatapannya sangat mengintimidasi membuat Elvio gugup saja.
Elvio meneguk ludahnya kasar melihat tatapan mereka semua. Padahal kan pacar Elvio itu yang jadi bahan tantangan itu. Sialan memang! Harusnya mereka tau.
" Reyvan "
" Ohhh "
Mereka semua ber'oh' ria setelah membuat Elvio merasa seperti ingin di terkam harimau karena tatapan mereka. Sialan memang!
" Bagus deh lo udah nyelesain tantangan dari kita, tinggal nunggu 1 bulan habis itu lo udah ngga ada hubungan lagi sama dia ". Ucap Gama sambil tangannya membagikan sebuah kartu. Mereka sedang bermain kartu ya.
Mendengar perkataan Gama sedikit membuat Elvio tidak menyukainya. Entahlah, rasanya dada nya menjadi sesak mendengar kalimat yang keluar dari mulut Gama.
" Kenapa El? muka lo jadi kusut gitu ". Vano merangkul pundak Elvio.
Elvio menoleh ke arah Vano dan tersenyum. " Gapapa bang Van "
" Ya udah lah kuy ikut main kartu "
Elvio mengangguk menerima ajakan Vano. Elvio duduk di antara Kenzo dan Reno. Anak itu masih saja melamunkan perkataan Gama, dia seolah-olah tidak terima dengan itu.
Kenzo yang berada di sebelahnya menyadari kalau Elvio melamun pun menepuk pundak anak itu.
" Ada masalah? ". Tanya Kenzo. Walaupun dia jarang berbicara namun dia cukup peka dengan keadaan Elvio saat ini.
Elvio menoleh ke Kenzo. " Bang Ken "
" Hm? "
" El mau ngomong sama Bang Ken berdua aja nanti, bisa? ".
Elvio memasang wajah yang menurut Kenzo seperti anak kucing yang kehilangan induknya. Membuatnya tidak bisa menolak permintaan anak itu.
Kenzo mengangguk. " Bisa ". Elvio tersenyum tipis. " Pasti ada masalah ya? ". Lanjut Kenzo dengan berbisik.
Elvio mengangguk lemah dengan wajah lesunya. Kenzo tersenyum kecil, pemuda itu mengelus pelan kepala Elvio. Jika sudah begini maka Kenzo akan menjadi kakak laki-laki yang sangat pengertian.
Dari semua teman-teman Elvio, Kenzo lah yang paling dewasa dengan pemikirannya. Maka dari itu Elvio lebih nyaman jika mengungkapkan semua masalahnya kepada Kenzo.
Mereka semua akhirnya fokus untuk bermain kartu, sesekali membuat candaan yang membuat mereka tertawa. Terutama dalam mengerjai Elvio, mereka memang suka sekali meledek Elvio.
Hingga ponsel milik Elvio berdering membuat mereka semua terdiam, anak itu mengambil ponselnya. Mamanya menelfon.
" Halo, kenapa mah? "
" Anak Mama kemana? Mama cariin di rumah ngga ada "
Elvio menepuk dahinya. Dia lupa meminta izin kepada Mama Papa nya.
" Maaf Mah, El pergi main bentar sama temen-temen. El lupa izin nya ". Ucapnya dengan penuh penyesalan.
Terdengar helaan nafas dari Mamanya.
" Hahh lain kali izin dulu oke. Mama khawatir "
" Mama maafin El ya "
" Iya-iya Mama maafin. Gigi kamu udah ngga sakit emang? "
" Engga kok Mah. Udah sembuh "
" Bagus deh. Ya udah Mama tutup telfonnya, mau lanjutin kerjaan Mama. Nanti kalo udah selesai mainnya langsung pulang oke? "
" Siap Bu Boss "
Terdengar kekehan dari Mama nya. " Ya udah dadah "
" Dah Mah "
Elvio memutuskan sambungan telfonnya.
" Di suruh pulang? ". Tanya Arka.
Elvio menggeleng. Anak itu kembali duduk di tengah-tengah Kenzo dan Reno.
Mereka akhirnya memutuskan untuk kembali bermain sampai beberapa dari mereka kelelahan dan pamit pulang. Sekarang di dalam markas itu hanya ada Kenzo dan Elvio.
Seperti kesepakatan mereka tadi.
Kenzo menatap Elvio yang menunduk sambil memilin ujung bajunya. Anak itu sangat gugup, dia tidak tau mau memulainya dari mana.
" Mau ngomong apa tadi? "
Elvio mengangkat kepalanya untuk menatap Kenzo. " Emm i-itu "
Kenzo terkekeh, dia tau anak itu masih sedikit ragu untuk mengatakan masalahnya. Kali ini mungkin masalahnya serius, pikirnya.
Kenzo mengelus rambut Elvio, jika di saat seperti ini. Kenzo berubah 180° sifatnya, Elvio sudah di anggap adik kecil olehnya. Wajar saja perlakuannya akan berbeda kepada Elvio. Cara berbicaranya juga berubah menjadi lebih lembut.
" Bilang aja, bang Ken dengerin. Kalo kamu belum siap gapapa "
Elvio menggeleng. " El siap kok. Jadi gini..."
Elvio membuang nafasnya pelan.
" El kayaknya....
" El kayaknya s-suka sama...
" Sama siapa? Bilang aja, cuma bang Ken aja yang denger kok "
Elvio meremat tangannya menahan rasa gugupnya.
" El s-suka sama R-reyvan "
|TBC|
Hai readers akhirnya bisa up juga.
Jangan lupa voment nya okei.
Note : Typonya bertebaran ya sayang ya