HAI KALIAN GK NGERTI YA? SAMA KOKS
BANYAK TEORI YA, BUKAN KEK GINI AJA
JANGAN LUPA BERNAFAS
HAPPY READING!
———————————————-
Evelyn terdiam dan tidak mengatakan apa apa setelah para polisi membawanya masuk ke mobil. Ia kemudian mencerna kembali lalu menghembuskan nafasnya pasrah.
"Pak, Eve mau dibawa kemana ya?" Tanyanya pura pura bingung menatap pak polisi.
Sedangkan pak polisi tidak menjawab pertanyaan Evelyn yang tidak bermutu dan melanjutkan mengemudi mobilnya.
Evelyn mencibir kesal,"Dasar bapak batu,"
Beberapa menit kemudian, mobilnya memasuki kawasan parkiran kantor polisi. Polisi yang ada didekat Evelyn menarik paksa borgol Evelyn keluar dari mobil.
Evelyn meringis, borgol ini menggores tangannya sampai memar,"Hati hati dong pak," kesalnya.
Seorang polisi mendorong Evelyn memasuki ruangan tahanan dengan kasar,"Kasar banget Elah." Ia berucap dengan santainya seolah tak ada beban.
"Pak, ada makanan gak?" Panggil Evelyn dengan santainya, ia mengusap perutnya yang datar.
Polisi itu hanya mengabaikan Evelyn yang meminta makanan dengan santainya, polisi itu kemudian berlalu meninggalkan Evelyn yang masih duduk seperti pengangguran.
"Dasar pelit," cibirnya kesal, ia terduduk kemudian lalu memikirkan bagaimana caranya keluar ya? Batinnya menerawang agar cepat cepat keluar.
Evelyn masih penasaran siapa yang menjebaknya, bahwa Evelyn pelakunya. Kan memang evelyn sih.
Evelyn cekikikan lalu tertawa remeh,"Pintar juga."
Tapi.. Evelyn mengerutkan dahinya,"Dimana Anya tahu?" Gumamnya bingung.
Langkah terdengar mendekat ke ruang tahanan Evelyn, pak polisi yang datang dan memberikan sepiring makanan dan mendorongnya kasar kearah Evelyn.
Evelyn sontak berdiri dan menatap kesal ke arah pak polisi,"Keknya pak polisi nganggap Eve kek anjing!" Serunya tajam dan menatap pak polisi dengan tajam.
"Makan itu!" Titah pak polisi dengan kasarnya.
Evelyn berdecih,"Udah kasar, makanannya kek makanan anjing."
Plak!!
Polisi itu menampar Evelyn dengan kuat, sampai-sampai bibirnya berdarah.
Evelyn menatap kesal kearah polisi,"bapak bisa masuk penjara loh," kesalnya lalu tertawa remeh.
Pak polisi itu mengabaikan Evelyn, lalu menutup pintu tahanannya.
Setelah polisi itu pergi, Evelyn tertawa seperti orang bodoh,"Dasar bodoh."
Itu hanya taktik, supaya polisi itu emosi, Evelyn dengan sigap tadi mengambil kunci tahanannya di pak polisi, ia tahu polisi itu membawa dua kunci tahanan.
Evelyn terdiam kembali dan duduk, lalu memejamkan matanya, Evelyn capek jadi ia ingin tidur dulu.
————————————
Anya yang telah sampai di rumahnya lalu tertawa remeh,"pantas juga gue bohongin polisi,"
"Rasain lo njing, ngelawan gue sih," sambungnya santai.
Drrtt Drrrt.
Anya mengerutkan dahinya dan melihat nama kontak teman papanya, ia kemudian menggeser icon hijau dan mendekatkan handphonenya di daun telinganya.
"Sudah lihat buktinya?" Tanya seseorang di seberang telepon.
Anya tersenyum manis, tidak sia sia berlagak seperti seorang jalang, demi mendapatkan apa yang ia inginkan, yaitu bukti pembunuhan papanya.
Orang itu juga ada disana sama seperti devano yang membuntuti Evelyn dan Luna. Orang itu sudah dari dulu melihat gerak gerik Evelyn sampai sekarang.
Anya tersenyum manis lalu terkekeh,"Sudah Om."
"Besok datang kesini, puasin saya."
Anya menggigit bibir bawahnya,"B-aik, Om." Ia kemudian menutup teleponnya. Anya berdecak frustasi.
"Dasar om om setan!"
————————————-
Luna berjalan mondar mandir pikirannya tak bisa diajak kerja sama, ia kemudian berjalan ke arah kamar Evelyn dan membukanya.
Luna mengambil bantal tidur dah mengambil sepucuk surat yang Evelyn simpan."ini kata Evelyn tadi?" Monolognya bingung dan membaca surat itu.
"Eve udah tahu bahwa Eve akan ditangkap, Luna boleh berpura pura tidak tahu semuanya ya. Eh bentar nanti malam Luna ke kantor polisi ya, kita gibah dulu gitu disana, Dan Biarkan Eve yang bertindak setelahnya. See u bestie :)."
Seperti itu lah kira kira isi surat yang ditulis Evelyn. Luna menghembuskan nafasnya lega,"Dasar Eve bego!" Umpatnya kesal. Jadi ia bisa santai sekarang.
Luna kemudian merobek kertas itu dan membuangnya di closet lalu menyiramnya. Biar tidak ada yang melihatnya curiga.
Ia kemudian keluar dari kamar Evelyn dan tersentak kaget ada Austin berada di depannya.
"Lo ngapain?" Tanya Austin datar
Luna mengusap dadanya dan mendongak menatap Austin dengan datar,"Habis dari kamar mandi."
Austin mengangguk kemudian melangkah turun kebawah.
Luna bingung tak mengerti,"Dia kenapa?" Monolognya. Lalu kemudian mengikuti langkah Austin sampai ke ruang tamu.
"Gue mau berangkat," celetuk Luna tiba tiba menatap mereka dengan datar.
Austin mengangguk,"Gue tahu,"
Sedangkan teman teman Austin menatap Luna yang sudah bersiap akan pergi kerumah keluarga adams.
"Gue bantu?" Ucap Austin.
"Gak usah, gue bisa sendiri." Sahut Luna dan bersiap keluar dari apartemen Austin.
"Hati-hati."
"Jangan gegabah."
"Jangan terkecoh."
Begitulah sahutan yang Luna dengar, padahal kan tujuannya saat ini ke kantor polisi. Ia menatap mereka semua kemudian menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Gue ambil rencana lain bareng temen gue." Sahut tiba tiba Austin menatap Luna yang siap melangkah.
Luna mendengarnya dan kemudian mengangkat jempolnya tanda menuruti apa kata Austin, ia berjalan kaki sendiri tanpa kendaraan.
Orang-orang itu bakalan tahu, dan mengikuti Luna jika pergi ke kantor tahanan. Maka jalan satu satunya Luna akan berjalan kaki.
Shit! Luna mengumpat, ada seseorang yang mengejarnya, ia kemudian menggulirkan pandangannya mencari kendaraan yang lewat.
Luna sontak berlari dengan cepat dan kemudian langsung melompat dan naik keatas motor yang terlintas lewat didepannya.
"Jalan ke kantor polisi ya, urgent!" Tekannya tajam, anak muda yang menjadi sasaran Luna akhirnya mengangguk dan menuruti perkataan Luna.
"Melaju dengan cepat!" Seru Luna dengan tajamnya. Pandangannya menggulir ke kaca spion dan Melihat mobil yang mengejar Luna.
"Brengsek!!"
"Naikin gas motor lo!!" Serunya tajam.
Anak muda itu mengangguk takut-takut dan menuruti ucapannya, gimana dia takut, Luna menempelkan pisau kecil di belakang lehernya. Ia menelan ludahnya susah payah,"jauhin pisau kamu."
Luna hanya cengengesan,Eh- Maaf." Sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.
Luna mengetuk ngetuk pahanya, kantor polisi sudah terlihat di pandangannya, ia segera melompat dan berguling di tanah.
"Thank you!" Teriaknya. Lalu kemudian bangkit dan berlari memasuki di gang sempit, matanya bergulir melihat mobil itu terlewat didepannya. Luna menghembuskan nafasnya lega.
Luna membuka bajunya dan terpampang ia memakai Dress biru laut, ia mengubah penampilannya agar polisi tak curiga. Saat ini tujuannya mengunjungi atau pura pura menjadi keluarga Evelyn.
Luna merapikan rambutnya dan kemudian memasuki kantor polisi dengan senyum manisnya yang menghiasi bibirnya.
Ia kemudian mendekat ke arah polisi,"panggil tahanan atas nama Evelyn, saya keluarganya." Ucapnya santai sambil menatap polisi itu dengan senyum manisnya yang terpampang.
Polisi itu meneliti Luna, Luna hanya berdehem canggung,"Jangan pandangan bapak ya!" Tegurnya tajam.
"Bapak kek orang mesum!" Sambungnya lagi. Ia kesal polisi itu sedari tadi menatapnya.
Bapak itu langsung tersadar setelah Luna menegurnya, ia kemudian mengangguk,"Tunggu sebentar saya akan panggilkan tahanannya."
Luna kemudian mengangguk lalu duduk ditempat dimana tempat pengunjungan tahanan.
Polisi datang dengan Evelyn yang memakai baju tahanan. Ia kemudian membungkukkan kepalanya,"Makasih pak."
Evelyn datang dengan bingungnya lalu Duduk didepan Luna dan ada kaca yang menghalangi mereka.
"Lo cocok jadi baju tahanan, Eve."
Evelyn mencibir,"Baju kesukaan Eve nih." Balas Evelyn memperlihatkan baju tahanannya. Mata Evelyn bergulir sekilas ada polisi yang menjaganya dari luar.
"Udah baca?" Bisik Evelyn.
Luna menganggukkan kepalanya, evelyn bernafas lega.
"Eve bakal bertindak sendiri, Lun."
"Gue tahu, sesuai perintah lo," bisik Luna di akhir kalimat. Mata Luna menatap polisi yang menatap kearahnya lalu menatap kedepan lagi.
Luna dengan sigap memberi evelyn sebuah pistol kecil. Dan diterima dengan baik oleh evelyn. Ia kemudian membawa pistol itu ke dalam bajunya.
"Makasih luluku."
"Dih, Gue cabut."
Luna kemudian bangkit dan tersenyum manis ke arah evelyn lalu keluar dari ruangan pengunjungan. Langkahnya terhenti menatap pak polisi,"Makasih pak," lalu mengedipkan matanya sebelah.
Pak polisi itu bersemu malu dan kembali menatap datar.
Luna keluar dari kantor polisi, ia berdecak,"Dasar baperan."
Luna tersenyum manis,"Mission Complete." Batinnya bangga dalam hati.
————————————-
Konflik sudah mulai ya
Jangan lupa follow, Comment, vote juseyo
TBC!