"Tanteeeeeeeeeee. Echan dateng nih",
Kebiasaan Haechan kalau masuk kamar Kana adalah, langsung nyelonong, bahkan waktu pintu kamar Kana ketutup sekalipun.
Untungnya sih Kana gak pernah lagi telanjang atau yang aneh aneh. Bisa ngamuk Kana kalau dia lagi telanjang, terus Haechan masuk seenaknya gitu.
"Hmm",
Dan kebiasaan Haechan lainnya adalah, dia bakalan langsung memposisikan tubuh dia terbaring di atas ranjang tidur milik Kana. Bahkan Haechan bakalan menindih Kana, kalau Kana berbaring di tengah tengah kasur.
Udah serasa kamar dia sendiri pokoknya lah.
"Dapet undangan nih",
"Dari?",
"Jeno sama Lami. Lusa bakalan nikah",
Kana langsung baca undangan yang Haechan taruh di depan wajah Kana.
"Loh? Jadi nikah juga mereka? Wah bocil bocil udah mau nikah aja nih",
"Bukan mereka yang bocil. Tante aja yang udah tua",
Kana pukulin Haechan pakai kertas undangan tadi. Gemes juga dia ke keponakan nya yang kurang ajar itu.
"Ampun nyai. Becanda Echan mah",
"Becanda terus",
Kana kembali lanjutin kegiatan dia sama laptopnya. Lagi nonton drama.
Rutinitas banget kalau lagi weekend gini buat Kana.
"Kapan tuh acaranya?",
"Besok rabu",
"Lah. Hari kerja dong?",
"Iya. Kata Jeno, mau ambil minggu, gedung penuh semua. Soalnya bulan bulan ini tuh banyak banget yang nikah kata dia",
"Ya syukur deh. Artinya emang udah takdir mereka yang pada nikah",
"Iya sih... Tante kapan?",
Kana dengan cepat menoleh ke arah Haechan. Bisa bisanya ponakannya itu nanya hal yang udah jelas dia tau, tau kalau Kana gak punya pacar.
"Kamu nanya begitu lagi tante tendang ya, Chan",
"Ya maksudnya tuh cari gitu, tan. Masa iya kalah sama Echan. Echan juga bentar lagi kan mau nikah",
"Ya nanti gampang",
"Ih ya jangan gampang gampang gitu dong. Beneran cari, tante. Nanti kalo Echan udah nikah, tante gak ada temen mainnya lagi",
Kana diam sejenak.
Apa yang diomongin Haechan itu ada benarnya. Bukan yang soal Kana nanti gak ada temennya lagi, tapi lebih ke nanti pasti Haechan bakalan sibuk sama Somi dan keluarga kecilnya. Haechan gak bakalan ada setiap waktu lagi buat Kana.
Dan soal ucapan Haechan itu, Kana jadi kepikiran tentang Jaemin.
"Oh iya, Chan. Tante beberapa waktu ini sering ketemu sama Jaemin",
"Apa?!",
"Gak sengaja kok ketemunya. Kebetulan aja",
"Tante gak ada niatan buat balik lagi kan sama Jaemin? Iya kan, tan?",
Haechan udah tegakin badan dia. Yang awalnya dia rebahan. Sekarang dia duduk dengan tegak di samping Kana.
Kana yang paham sama perubahan emosi Haechan. Langsung aja dia jelasin maksud dari ucapan dia ke Haechan.
"Enggak, Chan. Tante cuma bilang kan kalo tante ketemu dia. Bukan berarti tante mau balik lagi sama dia. Enggak, Echan.... Tante bilang gini ke kamu karena tante mau ngasih tau kamu aja. Tante mau cerita ke kamu. Karena kamu satu satunya orang yang tau soal tante dan dia",
"Yang bener?",
"Iya. Tante gak bohong",
Awalnya yang Haechan mau marah marah, sekarang dia sedikit tenang karena Kana yang yakinin dia.
"Terus kok bisa ketemu tuh gimana, tan? Aku jamin dunia kalian semua dah beda deh. Aku aja udah gak pernah denger kabar soal dia",
Kana mengatur napasnya sebentar, sebelum menjelaskan pada Haechan.
"Kamu inget cafe baru yang ada di depan kantor? Yang waktu itu kita makan bareng sama karyawan?",
"Inget",
"Jadi...",
Kana menjeda kalimatnya. Dan menggigit bibir bawahnya.
"Ternyata cafe itu punya Jaemin",
"Apa!",
"Sumpah Tante gak tau sama sekali awalnya, Chan. Tante baru tau kalo itu cafe Jaemin aja waktu Jaemin nganterin dompet karyawan tante ke kantor. Dan pas itu juga kita pertama kali ketemunya",
"Jadi dia tau sekarang tante kerja dimana?",
"Iya",
Kana mengangguk kecil, lalu setelahnya dia menundukkan kepalanya.
Haechan sendiri cuma bisa menghela nafasnya pelan.
Dia berharap kalau tantenya itu gak bakalan ketemu lagi sama Jaemin. Tapi itu semua juga bukan kehendak Haechan, kalau tiba-tiba Kana akan ketemu lagi sama Jaemin seperti itu, setelah sekian lama mereka gak ketemu.
Haechan gak bisa salahin Kana, ataupun Jaemin sekalipun. Karena mau bagaimana juga itu bukan sesuatu yang bisa mereka atur sama sekali.
"Ya udah. Gak usah dibahas lagi. Biarin aja. Tapi sebisa mungkin tante harus hindarin dia. Gimanapun caranya, ya?",
Kana ngangguk lagi. Mengiyakan ucapan Haechan.
Haechan usap usap pelan puncak kepala tantenya itu.
"Pinter",
Gak tau kenapa. Tapi Kana itu nurut banget sama Haechan, bahkan lebih nurut ke Haechan dibanding Doyoung.
Ya mungkin karena umur mereka yang beda tipis, dan kedekatan mereka yang udah kayak prangko, lengket banget. Jadilah apapun itu, mereka saling menjaga dan mengandalkan.
"Cari ice cream yuk, tan",
"Ayok",
Dan satu lagi tentang kedekatan Kana dan Haechan. Mereka masih kayak anak kecil, yang suka jajan ice cream ataupun jajan jajan semasa SD bersama.
Kadang mama papanya Kana heran banget sama kelakuan anak gadisnya itu. Umur makin tua, tapi bocahnya masih aja nempel.
Tapi gapapa. Setidaknya Kana bahagia, enggak sedih ataupun stres karena Mark udah gak ada.