Hello! How are you, guys?
Maaf, baru bisa update🙃
Biasa ... healing sebelum masuk besok senin
Oh, ya, sebelum membaca, budayakan untuk menekan vote. Atau gambar bintang pada pojok kiri bawah👇🏻
Dan jawab pertanyaan di bawah ini👇🏻
Kalian lebih suka cerita yang banyak partnya atau sedikit?
Lebih suka part yang panjang atau pendek?
So, happy reading!
Jangan lupa mampir di IG dan Tiktokku. Niscaya kalian akan mendapatkan info, spoiler, konten, dan hiburan lainnya😌
Berani nyakitin Princess, berarti berani cari mati. Jadi, sebelum gue menjemput ajal kalian. Gue saranin, lo banyakin doa deh
~ Dean Cakra Akandra ~
~•~
Sebuah motor trail berhenti di pelataran parkir sekolah. Kemudian, seorang gadis turun dari boncengan lelaki itu. Matanya tak sengaja menatap mobil yang tidak jauh terparkir darinya. Ia pun tersenyum geli. Ketika melihat sepasang kekasih yang berada jauh di sana. Tampak jelas gadis itu yang tidak ingin hubungan mereka diketahui.
Alhasil, ia tampak terburu-buru untuk melepas pelukan kekasihnya. Sengaja datang pagi-pagi karena sekolah yang masih lenggang. Dan itu pun terjadi padanya dan Dean juga. Sebenarnya, Dean tidak mempermasalahkannya. Tapi ....
"Princess, sebenernya rumah kamu di mana sih?" gerutunya masih dengan helm full face yang terpasang dan dirinya yang duduk di atas motor.
Princess, alias Aqila itu pun menoleh dan menatapnya lekat-lekat. Senyum kecilnya pun terbit seiring tangannya terulur 'tuk menutup kaca helm bewarna hitam tersebut. Membuat wajah Dean kian tersamarkan.
"Gak usah kepo, sana masuk kelas! Aku juga mau masuk kelas nih." Dean membuka kaca helmnya kembali dan mendengus.
"Ntar jangan lupa ke kantin."
"Pasti."
Aqila menaikkan helm Dean sebatas rambut. Mencuri kecupan di pipi kirinya. Dielusnya poni Dean yang licin berkat pomade. Melambaikan tangan kepadanya dan berlalu dari sana. Tepat tiga meter dari jaraknya dengan Dean, Aqila mulai memasang wajah garang. Melenyapkan wajah manis dan baiknya.
"Emang, ya. Pikiran cewek itu rumit. Gak kebaca," interupsi seseorang dari sisi kirinya. Tanpa menoleh, Dean tahu pasti siapa sosok tersebut.
"Sekalipun pikiran cewek rumit, tapi pikiran mereka lebih berbeda. Karena mereka istimewa," jawab Dean sembari menaruh helmnya ke atas spion dan turun dari sana. Menyugar rambutnya ke belakang. Lelaki yang berada di sebelahnya pun sontak menoleh dan mendengus.
"Gak usah tebar pesona deh, lo. Udah ada doi juga."
"Hah?" Dean menoleh kebingungan ke arahnya. Sedangkan sang lelaki hanya memutar kedua bola matanya malas.
"Ck, gue pastiin besok nama lo kecatat di buku BK. Jadi orang ngeselin banget! Menuh-menuhin buku lagi."
"Heh, gue belom ngapa-ngapain, ya! Gak kayak cewek lo yang selalu bikin ulah," sewot Dean tidak terima. Secara, di tahun ini ia belum melakukan keributan di sekolahnya. Dan mungkin saja, nanti.
Sementara, lawan bicara Dean justru melotot tidak terima. Karena pacarnya dibawa-bawa olehnya.
"Steva gak gitu, ya!" bela sang lelaki yang tak lain adalah Ryan. Dean yang mendengar pembelaan Ryan itu pun lantas berdecih.
"Well, lo gak bisa berkelit. Karena itu faktanya. Dan gue tahu, lo diem-diem pernah gak nulis kesalahannya. Gak sekali, beberapa kali," jawab Dean santai. Ryan melotot. Membekap mulut Dean, membuat lelaki itu terkejut juga ... kesal.
"Asal lo tahu, gue masih ketos. Dan gue bisa nulis nama pacar lo ke buku BK tanpa dia nglakuin kesalahan," ancam Ryan, berusaha menakut-nakuti adik kelasnya.
Dean melotot. Lalu, melepas tangan Ryan paksa dari mulutnya dan berkata, "awas aja lo berani!"
Ryan mengedikkan kedua bahunya. Sebelum berlalu dari sana. Meninggalkan Dean yang sedang menyumpah serapahinya.
"Punya kakak kelas kok laknat semua. Gak ada yang waras! Untung, gue yang sebagai adik kelasnya, masih baik dan berakhlaq mulia. Gak kayak mereka," monolog Dean. Ia pun turut menyusul Ryan 'tuk masuk ke dalam sekolah.
~•~
Seperti biasa, setiap pulang sekolah, Aqila akan ke kafe untuk bekerja. Tetapi, di tengah perjalanan, seorang pengendara motor datang dengan tongkat bisbol di tangannya. Memukul kepala Aqila dengan keras dari belakang. Membuat gadis itu didera rasa pusing. Sebelum akhirnya, terjatuh di atas aspal.
Bisa ia rasakan darah mengalir dari belakang kepalanya. Belum sempat ia mengutarakan protesnya, mulutnya sudah lebih dulu dibekap dan ditarik paksa dari atas aspal itu menuju sebuah mobil. Seringaian lebar terpatri di paras tampannya ketika ia berhasil mendapatkan mangsanya dengan sangat mudah.
"Cih, ternyata julukan lo itu cuman pencitraan doang. Aslinya, lo gak ada apa-apanya," ucapnya sinis. Setelah melihat ke belakang di mana Aqila berbaring tak sadarkan diri dengan darah yang menetes dan luka baret.
Ia pun mulai melajukan mobilnya. Tanpa menyadari jika seseorang bersembunyi di balik dinding, melihat perbuatan mereka. Tak ingin berlama-lama, ia pun segera menghampiri motor satpam yang kebetulan baru saja datang.
"Pak, saya pinjam, ya!" teriaknya sebelum memasukkan gigi motor dan bersiap 'tuk melajukannya. Satpam yang diajak bicara itu pun segera menoleh.
Dalam sekejap, kedua matanya membulat. Berusaha mendekati lelaki itu. Namun, sayang. Sang pengemudi telah lebih dulu menarik gas panjang. Meninggalkan kepulan asap hitam yang sialnya mengarah pada pemiliknya langsung.
"Huk uhuk! Dasar anak zaman saiki," katanya seraya mengipas-ngipasi wajahnya. Berusaha menghalau asap hitam itu.
Pasrah. Sang satpam memilih untuk kembali ke posnya dan menunggu motornya kembali. Yah, semoga saja sosok yang mengambil motornya itu masih ingat untuk mengembalikannya. Kalau tidak, ia akan melaporkannya kepada BK. Ya, siapa lagi kalau bukan Bromo!
"Ngene banget ya, uripku. Baru wae entok gajian nggo tuku bensin. Eh, malah saiki dijilih wong," curahnya sembari mengipas-ngipasi wajahnya menggunakan topi biru dongker andalannya.
Di sisi lain, lelaki yang mengambil motor satpam, masih mengendarai motornya ugal-ugalan. Menyalip beberapa pengendara yang sukses mendapatkan umpatan dan klakson. Seakan tuli, lelaki itu terus melajukan motornya. Bahkan, lebih cepat. Tapi, tetap pada jarak aman. Agar tidak diketahui sang penculik. Hingga, mobil tersebut pun berbelok ke arah gedung tua yang mirip seperti markas. Mungkin, itu markas milik pencuri.
Spontan, lelaki itu menghentikan motornya di kebun yang tak jauh dari sana. Menoleh ke arah kanan dan kiri. Lalu, mengambil kunci motor dan berjalan mendekati markas. Bersiap 'tuk menyebrang. Belum sempat ia menyebrang, ia bergegas bersembunyi di balik semak-semak ketika empat orang lelaki muncul dan menjaga di luar gedung. Membuat sang lelaki mendesah dan mengumpat.
"Sialan! Kalau begini, aku harus lewat mana?" keluhnya masih dengan pandangan mengawasi. Berusaha mencari celah.
Seketika, kedua retina hitamnya menangkap sesuatu. Sebelum akhirnya ia beranjak dari sana.
Sementara itu, di dalam markas, Yuda-orang yang baru saja menangkap Aqila-pun tersenyum bahagia. Tangan polosnya terulur untuk mengelus pipi kanan Aqila yang mulus. Dan ....
Plak
"Dasar pemalas! Bangun!" gertaknya setelah memberikan tamparan keras pada gadis yang tak sadarkan diri itu.
Tidak mendapatkan respon, Yuda pun kembali mengulanginya hingga lima kali secara bergantian. Seolah pipinya tak bisa bertahan lebih lama lagi, raganya pun menarik jiwa Aqila 'tuk kembali. Dan tepat ketika Yuda hendak melayangkan tamparan keenam, kedua mata dengan alis lentik itu terbuka. Membuat sang penculik tersenyum puas.
"Gue kira, lo udah mati habis gue pukul tadi," ucapnya santai ketika kedua mata Aqila sudah terbuka sepenuhnya. Meringis merasakan nyeri di kedua pipinya yang sudah memerah dengan darah yang menetes di sudut bibir dan belakang kepalanya tadi.
Sekuat tenaga, Aqila mendongakkan wajahnya. Menatap lawan bicaranya dengan tajam. Sepertinya, lelaki itu tidak asing. Tapi, siapa?
"Lo siapa?" tanya Aqila bingung.
Yuda melebarkan kedua matanya. Hatinya tersentil ketika mendengar pertanyaan Aqila. Demi apa?! Gadis itu tidak mengenalinya? Padahal, ia cukup terkenal karena menjadi rival abadi Geng Alaska.
"Lo gak kenal gue?" Yuda menunjuk dirinya sendiri. Dengan polosnya, Aqila menggelengkan kepalanya. Yang dibalas oleh decakan Yuda.
"Ck, gue itu ketua Geng Laskar."
"Geng Laskar? Bukannya ketuanya Laskar, ya? Yang badannya dua kali lipat lebih gede dari lo," balas Aqila kelewat santai, yang dengan mudahnya mengejek lelaki itu. Yuda mengepalkan kedua tangannya kencang. Sebelum ....
"Bos! Markas kita diserang!" lapor salah satu anak buahnya. Mendengar hal itu, Yuda tersenyum. Mungkinkah Geng Alaska sudah datang?
"Kalo begitu, ayo kita serang balik! Dan kalian berdua, jaga dia di sini!" titahnya pada anak buahnya yang lain. Kedua anak buah tersebut pun mengangguk, menyanggupi. Meninggalkan mereka bertiga sendiri.
"Eh, lo mau ke mana?! Gue belom selese ngomong sama elo!" seru Aqila berteriak. Sontak, Yuda menghentikan langkahnya dan menoleh. Senyum miring pun terbit di paras tampannya.
"Gak ada gunanya ngomong cewek bodoh kayak lo!" Aqila mendelik.
"Heh! Jaga mulut lo, ya!" Yuda menaikkan kedua bahunya, tak acuh.
"Well, gue gak peduli. Tapi, sebentar lagi, gue pastiin lo bakal lihat mayat pacar lo terbujur kaku di depan lo!"
"Maksud lo Dean?" Aqila menaikkan alis kanannya, bingung.
"Emang, lo punya pacar berapa?" Yuda pun turut penasaran.
"Um ... gak banyak sih. Cuman, yang asli Dean doang." Yuda memutar kedua bola matanya malas.
Cih, dasar tukang halu!
"Bodo!"
"Awas aja sampe lo nyakitin Dean! Gue gak segan-segan buat bunuh lo. Tapi, sebelum lo nyerang dia, gue yakin, lo udah mati dulu di tangan dia sih. Secara kan orang tolol kayak lo gak bakal bisa nglawan kehebatan dia," ucap Aqila angkuh.
"Lo!" Yuda menunjuk Aqila tajam, disertai tatapan membunuhnya.
"Apa? Gak terima lo? Kan emang, kenyataannya lo tolol! Karena berani nyulik gue," sarkas Aqila. Yuda yang hendak menyerang Aqila kembali pun langsung ditahan oleh anak buahnya.
"Bos, sebaiknya kita keluar sekarang, daripada ladenin dia. Yang ada, buang-buang waktu lagi," bujuk anak buahnya.
Yuda menghela napasnya panjang. Yang dikatakan anak buahnya memang benar. Ia harus memanfaatkan waktunya sebaik mungkin. Daripada mengurus lontaran ejekan Aqila. Sebelum beranjak, Yuda memberikan tatapan tajam ke arah Aqila. Sedangkan Aqila yang ditatap hanya tersenyum pongah. Seiring Yuda yang pergi dari sana. Benar-benar meninggalkan mereka bertiga.
Aqila yang tak lagi mendapatkan hiburan pun lantas mendesah. Bukan desahan, helaan napas. Tapi, desahan seksi yang membuat kedua lelaki di sana membulatkan mata terkejut. Spontan menatap Aqila yang masih anteng di kursinya. Memastikan jika suara desahan tadi berasal dari dirinya. Sadar jika dirinya ditatap, Aqila pun mendongak. Menatap keduanya kebingungan.
"Apa? Gak pernah lihat cewek desah? Katanya kalian anak geng. Masa iya gak pernah denger beginian. Atau jangan-jangan ...," potong Aqila dengan raut terkejut.
"Apa?" jawab mereka serempak.
"Kalian pernah nonton langsung lagi! Ya Allah ... ingat dosa, Dek. Ingat orang tua! Nonton kok begituan. Gak baik!" ucap Aqila mulai berceramah.
"Gak usah sok sopan dan tahu segalanya deh! Mending, lo diem. Asal lo tahu, mulut lo bau bangkai!" ucap salah satu lelaki di sampingnya. Aqila menarik salah satu sudut bibirnya ke atas sembari berdeham.
"Hum ... gak tuh. Bicara soal bangkai, masdep lo bakal jadi bangkai."
"Apa maksud lo?"
Bugh
Bugh
Tanpa mereka duga, seseorang datang dan meninju keras kedua aset berharga mereka. Sontak saja kedua lelaki tersebut tersungkur di atas tanah karena rasa sakit yang dideritanya. Sangat sakit sampai rasanya ia ingin meninggal dengan aset berharga mereka yang lepas dari tempatnya.
"Aw! Sialan!" umpat salah satu anak buah Yuda.
Belum sempat lelaki itu mendongak dan fokus 'tuk menatap lawannya. Ia sudah lebih dulu dipukul dengan kaki yang menghantam keras leher. Ditamhah, badannya yang dibanting. Benar-benar sebuah penderitaan tak berujung!
Tak kalah sadis dengan penjaga pertama, penjaga kedua pun turut menjadi korban taekwondo lelaki itu. Mengapit ketiak sang lelaki sebelum akhirnya dibanting dan dihentakkan dengan kaki lelaki tersebut. Aqila yang menyaksikan pertunjukan seru itu pun hanya tertawa senang. Karena pada akhirnya, ia tidak mati kebosanan karena para anak buah Yuda yang konyol.
"Lo gak papa?" panik lelaki itu setibanya ia di hadapan Aqila. Aqila mendongak. Seulas senyum pun terbit.
"Gak papa, terima kasih banyak, My Moon."
~•~
Yuhu ... ada yang bisa nebak My Moon di sini siapa?😌
Yang mau next komen coba👉🏻
So, see you in next part!
Jangan lupa follow wpku, igku @untaianaksaraa_, tiktokku @pandalila_, vote, dan komennya
Thank you💕
02 January 2022