"APA KAMU MENCINTAINYA?" ucap seseorang dengan nada tinggi membuat Farah kaget.
Happy reading
"Mif-miftah" ucap Farah tegagap. Tatapan Miftah sangat dingin untuknya. Bahkan tangannya mengepal kuat.
Miftah menahan sakit, seseorang yang sudah ia harapkan sejak lama dan yang akan menjadi pendamping hidupnya malah merindukan laki - laki lain. Siapapun yang ada diposisinya pasti merasakan sakit hati.
"Kenapa? Kamu mencintainya? IYA?" ucap Miftah keras.
"Otakmu kau pakai tidak sih, tidak mungkin aku mencintai Kak Lano. Aku dan dia berbeda dan tidak akan pernah bisa bersatu lagi pula aku merindukan untuk membuatnya kesal dan emosi apa kau tau muka Kak Lano saat menahan emosi itu sangatlah lucu" ucap Farah kemudian tertawa
Farah mencoba bersikap tenang, ia tidak mau terlihat gugup dan membuat Miftah terus memojokkan dirinya.
"Benarkah?"ucap Miftah mulai lunak, karena Miftah merasa Farah sangat tenang. Farah hanya mengangguk sambil masih tertawa. Satu kesalahan yang Miftah lakukan, ia tidak menatap mata Farah ia terfokus pada wajah bukan mata.
Jika saja, Miftah menatap mata Farah maka ia akan tau bahwa Farah baru saja melakukan kebohongan.
"Kita akan ke salah satu hotel, akan ada pertemuan selama 5 hari"ucap Miftah
"Pertemuan apa"tanya Farah bingung
"Tentu saja dengan petinggi dunia bawah"ucap Miftah
"Heh? Kenapa harus 5 hari sih itu lama sekali"ucap Farah mengeluh
" Kita ikuti saja itu permintaan mereka, kamu tenang aku sudah mempersiapakan semuanya baik keamanan ataupun lainnya"ucap Miftah menenangkan.
Farah sebenarnya malas jika harus berlama lama berurusan dengan mereka lagi, apalagi ia tau bahwa setelah kepergiannya ke Indonesia dan melepaskan pengawasan disini banyak orang licik yang semakin berkuasa.
"Di hotel mana, biar aku berangkat nanti Tanteku memintaku untuk pergi perusahaan cabang dahulu."ucap Farah sambil mengirimkan pesan ke tangan kanannya yang ada di Italia.
"Biar nanti aku jemput di perusahaan cabang, kita akan ke hotel bersama tenang aku sudah memesan 2 kamar suite fornasetti untuk kita"ucap Miftah enteng
"Itu terlalu besar untukku bodoh, berapa permalam akan kuganti"ucap Farah kesal
Bagaimana tidak kesal, kamar suite fornasetti ini dilengkapi ruang tamu, kamar tamu serta kamar mandi tamu. Dan ukuran yang cukup besar padahal Farah hanya akan sendirian di kamar itu.
"Aku hanya ingin kamu menikmati replika karya Piero Fornasetti kamar ini juga dilengkapi dengan berbagai potongan Fornasetti asli sangat unik"ucap Miftah menjelaskan bak seorang yang sudah hapal betul dengan kamar tersebut.
"Aku tau kamu suka imajinasi makanya kamar ini cocok untuk kamu. Terletak di lantai atas - lantai yang secara tradisional digunakan oleh bangsawan Italia, ruang tamunya menampilkan wallpaper Riflesso yang terkenal dan meja Ultime Notizie di ruang makan. Diakses melalui koridor dengan meja konsol Architettura, kamar tidurnya menampilkan wallpaper Chiavi Segrete dan memiliki meja serta cermin penghubung. Aku yakin kamu pasti sangat suka"ucap Miftah melanjutkan
"Berapa?"ucap Farah ia yakin harga kamar itu permalam cukup lumayan.
"Tidak terlalu mahal Ra, hanya sekitar € 7154 per malam kamu tidak perlu mengganti uangnya" ucap Miftah. Farahpun tidak kaget dengan nominal dengan mata uang euro itu.
Jika dirupiahkan €7154 sekitar Rp118.600.720,-
per malam, untuk 5 hari tinggal di kalikan saja.
"Mau aku antar ke perusahaan cabang"ucap Miftah
"Tidak perlu aku sudah meminta tangan kananku untuk menjemput tenang saja, aku tau kamu harus rapat"ucap Farah sambil tersenyum
"Baiklah, hati hati jika ada apa apa hubungi aku" ucap Miftah sambil mengelus puncak kepala Farah, Farah hanya tersenyum kemudian berlalu pergi dari tempat itu.
Kemudian ia masuk ke sebuah mobil yang sudah menunggunya.
"Mezzogiorno, signorina (Selamat siang, nona) " ucap seorang wanita dengan pakaian hitam hitam dan potongan rambut bob yang tidak lain adalah tangan kanan Farah.
"L'assistente di Alano è in ufficio? (Apa Asisten Alano ada di kantor?)" tanya Farah kepada tangan kanannya itu
"è sempre in ufficio, signorina (Beliau ada di kantor, Nona)" balasnya.
Farah hanya diam, tidak membalas ucapan asistennya itu.
Tak perlu menempuh waktu yang lama, Farah sudah tiba di perusahaan cabang yang ada di Italia.
Farah kemudian bergegas masuk, dibelakangnya diikuti tangan kanannya. Saat masuk banyak pegawai yang menundukkan kepalanya menyambut Farah.
Farah naik lift menuju lantai paling atas, dimana di lantai itu terdapat ruangan kakaknya dan ruangannya juga ada ruangan asisten pribadi kakaknya, Barnaventura Barnard Alano.
Setelah tiba di lantai paling atas, Farah menuju ruangan Asisten Alano.
Sebelum ke ruangan Asisten Alano, Farah menyapa sekertaris kakaknya dahulu.
"Pomeriggio, segretario di Amadea (Siang, Sekertaris Amadea) sapa Farah saat tepat berada di depan meja kerja sang sekertaris.
"Signorina? (Nona?) " sekertaris Amadea tampak kaget dengan kedatangan Farah.
"Benvenuta in Italia,signorina" ucap Sekertaris Amadea sopan. Farah hanya mengangguk lalu menuju ruangan Asisten Alano atau biasa ia sebut dengan nama Al jika sedang berdua tapi jika didepan orang lain maka ia akan memanggil dengan sebutan Kak Lano.
Tanpa mengetuk pintu Farah langsung masuk, sedangkan tangan kanan Farah menjaga di luar pintu.
"Non puoi bussare alla porta prima di entrare?(Tidak bisakah anda mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam?)" terdengar suara Asisten Alano tegas di ruangan itu tapi ia belum melihat siapa yang datang ia masih terfokus untuk membaca laporan pengajuan kerjasama yang ada di mejanya.
"Devo bussare anche io alla porta per entrare nell'azienda di mio fratello maggiore?( Apa saya juga harus mengetuk pintu untuk masuk ke perusahaan milik kakak saya?)" ucap Farah dengan bersedekap dada.
Asisten Alano mendengar suara itu membuatnya menegang, dia ingin melihat siapa pemilik suara itu namun tubuhnya seperti terpaku. Perlahan ia mengangkat kepalanya untuk terfokus pada orang itu.
Ia perlahan mendongakkan kepalanya,melihat orang yang tadi berbicara kepadanya. Jantungnya berdegup kencang, sama seperti beberapa tahun lalu.
Wanita yang sama yang mampu memporak porandakan hatinya. Farah Nadia Nugroho adik kandung atasannya sekaligus sahabat terbaiknya.
"Fa-rah"panggil Asisten Alano terjeda.
"Iya Al, ini aku Farah"ucap Farah lalu berhambur memeluk asisten kakaknya yang masih duduk.
"Kamu disini?" tanya Asisten Alano sedangkan Farah hanya mengangguk sebagai jawaban.
Penantian panjang bagi Asisten Alano untuk dapat berjumpa dengan wanita yang sudah mengisi hatinya sejak lama.
Farah kemudian mengurai pelukannya pada Asisten Alano,
"Bagaimana mungkin kamu bisa di Italia? Diaz tidak mungkin mengizinkanmukan?" tanya Asisten Alano pada Farah yang kini tengah berkaca kaca.
"Hey jangan menangis" ucap Asisten Alano lalu bangkit dan memeluk Farah dengan erat.
Pecah sudah tangisan Farah, tidak dipungkiri sebenarnya sejak dahulu ia sudah menyimpan rasa pada asisten kakaknya itu. Walaupun ia terus mengelak bahwa ia hanya belajar dan memimpin organisasi saat di Italia tanpa ada rasa cinta untuk siapapun disini.
Cintanya jatuh pada asisten kakaknya, dengan sifat yang tak jauh beda dengan sang kakak cuek dan dingin tapi itu tidak berlaku pada dirinya.
Dipisahkan oleh waktu, dipisahkan oleh keadaan tidak membuat rasa dari keduanya luntur. Tanpa komunikasi mereka saling menjaga. Walaupun sekuat apapun mereka bertahan dan menjaga mereka tidak akan pernah bisa bersatu dalam bahtera rumah tangga.
Bukan karena status sosial atau kekayaan, tapi perbedaan diantara mereka ibarat Katedral dan Istiqlal. Ibarat Tasbih yang bertemu Rosario. Ibarat Al Quran yang bersanding dengan Injil. Mereka hanya bisa bersama tapi tidak akan pernah untuk bersatu. Pemberkatan gereja yang tidak akan bisa menjadi ucapan akad.
Asisten Alano yang mengimani agama Katholik sedangkan Farah menganut agama Islam. Tidak memungkinkan untuk keduanya meninggalkan Tuhan yang telah mereka yakini sejak dahulu.
"Aku rindu,Al" ucap Farah tersedu sedu
"Ini karena kamu, coba kamu tidak mengadukanku ke kakak 4 tahun yang lalu pasti aku masih menetap di sini" sambil masih menangis Farah memukul dada bidang Asisten Alano
"Maaf, aku hanya tidak ingin kamu terjerumus terlalu jauh" ucap Asisten Alano sambil mengelus punggung Farah yang masih menangis di pelukannya.
Setelah mulai tenang, Farah melepas pelukannya. Mereka kemudian duduk di sofa ruangan tersebut. Farah masih tidak mau jauh dari Asisten Alano. Ia menyandarkan kepalanya di dada bidang Asisten Alano.
"Bagaimana mungkin Diaz mengizinkanmu ke sini?"tanya Asisten Alano penasaran
"Aku ada tugas, untuk keselamatan kakak ipar. Makanya aku boleh kesini,awalnya aku tidak berniat ke perusahaan ini apa lagi memberi tahumu Al tapi karena Tante Chacha memintaku ke sini maka aku menemuimu" ucap Farah
"Sebegitunya kamu tidak ingin menemuiku, kamu bilang kamu merindukanku tapi kenapa kamu berniat begitu?" tanya Asisten Alano kecewa.
"Aku ingin melupakan rasa ini,Al. Walaupun sulit tapi aku mau menghilangkan perasaan ini untukmu. Rasanya tidak adil untuk dia jika aku masih mencintaimu"ungkap Farah jujur
"Dia? Dia siapa?" tanya Asisten Alano semakin tidak tenang
"Miftah, Miftah Hanan Alfahri. Dia yang akan bersanding denganku. Maaf."ucap Farah pelan
Duarrrr
Bagaikan tersambar petir tanpa adanya hujan, ucapan Farah membuat hatinya terluka rasa cinta yang ia jaga hanya berakhir sia sia.
"Berbahagialah,Al. Berusahalah mencari penggantiku dan aku akan berusaha melupakan kamu." ucap Farah sambil menahan sakit di hatinya.
Perasaannya meminta untuk bertahan dan memperjuangkan tapi logikanya mendesak dia untuk melepaskan.
"Aku permisi, Al. Jaga dirimu baik baik. Jangan pernah pergi ke Bar oke tenangkan hatimu berceritalah pada Tuhanmu bahwa aku yang bukan hamba-Nya telah melukai makhluk-Nya dan memintalah pada-Nya agar kamu mendapat pengganti yang lebih baik dari aku"ucap Farah lalu beranjak dari sofa tersebut.
"Aku percayakan perusahaan ini ditanganmu, Aku mencintaimu Al, SANGAT" Farah keluar dari ruangan itu menahan tangis. Asisten Alano diam terpaku otaknya sedang berusaha mencerna apa yang dikatakan Farah.
Dia harus melupakan Farah? Omong kosong apa ini. Kenapa disaat hatinya sudah memilih seseorang untuk ia jadikan rumah malah ada perbedaan yang tidak akan bisa membuatnya menjadi satu. Ia kecewa bukan dengan Farah melainkan pada dirinya yang tidak bisa melakukan apapun untuk memperjuangkan Farah.
Tidaklah mungkin baginya untuk mengorbankan Tuhannya demi cintanya pada Farah. Asisten Alano kemudian menangis memegang dadanya yang terasa sakit.
Farah keluar dari ruangan Asisten Alano membuat Sekertaris kakaknya bangkit dari duduknya.
"Signorina? Stai bene ora? (Nona,apa anda baik baik saja?)" tanya Sekertaris Amadea yang melihat mata merah Farah namun Farah tidak menghiraukannya.
Farah langsung pergi meninggalkan perusahaan itu dan diikuti oleh tangan kanannya. Farah kemudian masuk ke dalam mobil yang membawanya kesini.
"Direttamente in hotel (langsung ke hotel)" ucap Farah sambil menahan tangisnya.
"Va bene, signorina (Baiklah,nona)" ucap asistennya lalu pergi dari area perusahaan.
Tak berapa lama, Farah sampai di hotel tempatnya akan melakukan pertemuan. Karena Miftah sudah memesankan kamar ia hanya akan mengambil kunci diresepsionis.
Setelah itu ia pergi menuju kamar. Setelah menutup pintu dan menguncinya tubuhnya merosot lemah ia menangis sejadi jadinya. Ia harus melupakan cinta pertamanya. Sesak dan sakit yang ia rasa.
Di belajar bumi lain, disaat Diaz membawa juniornya yang terkena tembakan selepas bertugas. Disaat tadi Diaz dan pasukannya sedang baku tembak melawan Organisasi kontra pemerintah itu salah satu juniornya terkena tembakan. Pelaku pembakaran Pos TNI tepat merupakan salah satu anggota dari organisasi tersebut.
Pasukan Diaz tadi tidak mampu untuk meringkus pelaku, karena disaat akan ditangkap pelaku menembakkan peluru tepat dikepalanya sendiri membuatnya meninggal di tempat kemudian dievakuasi. Namun, anggotanya yang lain berhasil kabur menuju hutan.
Disini untuk mencapai rumah sakit tidak terlalu jauh. Junior Diazpun ditangani dan Diazlah yang menunggunya, sedangkan pasukan yang lain sedang patroli untuk mengecek keadaan sekitar ada yang mencurigakan ataukah tidak.
Diaz yang terduduk di dekat ruang penanganan, ia memikirkan apa yang mertuanya sempat katakan untuk ia tetap hidup. Perasaannya mengatakan ia akan meninggalkan Aya dalam waktu yang lama.
Tak disangka ia dihampiri oleh seorang dokter wanita. Dokter wanita yang pernah menjadi tim medis saat ia bertugas di wilayah Timur sebelumnya.
Dokter wanita yang pernah memintanya menyimpan sebuah gelang.
"Diaz" panggil dokter itu kemudian duduk disamping
"Aku ingat semuanya, aku ingat bahwa aku yang sebenarnya adalah Cia, Lucia Chrysthina Pawestri."ucap dokter wanita itu
"Ingatkah kamu yang dulu pernahku bilang, bahwa disaat aku kembali aku tidak menerima penolakanmu." ucap Cia
"Aku mau kamu menjadikanku istrimu."ucap Cia lantang
Duarrrr
Hayooo
Diaz nikah lagi nih
Pada mau dateng gaa
Diizinin gak ya sama Aya kalo Diaz nikah lagi
Nanti jangan jangan di nikahan kedua ada yang nyanyi gini
🎶Senangnya dalam hati kalo beristri dua🎶
Wkwk
Kalian kasian ngga sama Farah
Asisten Alano harus gimana ya mau diperjuangkan apa diiklaskan bagusnya gimana
Eh btw lunas ya janji aku buat double up ya walaupun ngga sehari up 2x tapi kan aku udah up 3 hari berturut turut sama hari ini
Eh iya ngga sih 3 hari aku up berturut turut
Ya pokoknya gitu
Nah karena udah aku mau lanjut belajar lagii
Tunggu kelanjutannya cerita ini yesss
Ngga lama kok up berikutnya
Percaya deh sama aku
Okee
Byee sayangg😍
Ditunggu loh haruss
Vote sama komen kaleann❤