Happy reading
"Kenapa lo El?" Tanya Arsen saat melihat Elard datang dengan muka yang tidak biasa saat sampai di markas. Lebih tepat nya seperti amarah.
"Zia nggak maafin lo?" Tanya Deon.
"Titan," jawab Elard singkat.
"Berulah apa lagi tu keturunan bekantan," ucap Arsen yang sekarang sudah berdiri.
"Yang santai aja Sen, nggak usah berdiri juga." Deon memperingati yang membuat Arsen langsung duduk kembali.
Elard menceritakan semua kejadian di rumah Zia dari awal sampai akhir.
"Dia berani gitu sama lo El?" Tanya Arsen tak habis fikir.
"Emang siapa dia nyuruh-nyuruh lo buat sujud sama dia." Deon berucap tak terima.
"Kita harus beri pelajaran buat tu bekantan, eneg gue denger ceritanya jengah sama kelakuannya," ucap Arsen.
"Gue males," ucap Elard datar.
"Lo harus beri pelajaran dia El, dia nginjak-nginjak harga diri lo," ucap Arsen.
"Gue males dia pengadu, apapun yang gue lakuin di aduin ke Zia, gue nggak mau Zia tambah benci sama gue," ucap Elard.
"Dasar belut sawah, demen banget si jadi pelakor muka juga gantengan gue," ucap Arsen pede.
"Ya biasalah orang yang muka pas-pas an tu demennya jadi pelakor," celetuk Deon tanpa beban.
"Saking nggak lakunya apa gimana sih," ucap Arsen.
"Gue yakin si bekantan Titan kalau bilang ke Zia pasti pakek micin seember biar dia merasa paling tersakiti," ucap Arsen jengah.
"Kalo soal julidin orang lo jagonya Sen, anak manusia lo katain bekantan nggak ngaca dirinya kayak gorila," ucap Deon santai.
"Orang kayak Titan itu pantas disamain sama bekantan, mana kaca biar gue ngaca," ucap Arsen.
"Noh disana ada kaca," balas Deon yang membuat Arsen berjalan mendekat ke arah kaca.
"Astagfirullah," ucap Arsen.
"Nyadar kan lo mirip gorila," ucap Deon.
"Gila! ganteng banget gue, Kim Taehyung aja lewat," ucap Arsen sembari menyisir rambutnya ke belakang yang membuat Deon menampakkan ekspresi muntahnya.
"Nggak nyangka gue ternyata seganteng ini," pede Arsen yang lagi dan lagi membuat ketiga temannya memutar bola matanya malas.
"Mama papa gue bibit unggul semua, makanya anaknya lahir ganteng banget."
"Udah gitu banyak yang naksir lagi."
"Nggak usah di peduliin gorila bicara, sekarang rencana lo gimana El?" Tanya Deon yang sekarang menatap Elard.
"Ikut alur," ucap Elard santai.
"Alur apa?" Tanya Arsen yang sekarang kembali duduk di samping Deon.
"Alur cerita yang di buat author! ya alur hidupnya El lah!" Ucap Deon geram.
"Ohhhh."
"Dari tadi lo diem aja Ar?" Tanya Arsen kepada Arkan.
"Males ngomong," jawab Arkan.
"Males ngomong apa nggak ada wacana?" Tanya Arsen yang sangat menyebalkan di mata Arkan.
"Banyak wacana di kepala gue, cuma males aja buat ngomong," jawab Arkan datar.
"Heran, ngomong aja males, gimana kalo jalan kaki coba," ucap Arsen.
"Jalan ya tinggal jalan," balas Arkan.
"Nggak males?" Tanya Arsen.
"Nggak, soalnya nggak ada lo," ucap Arkan.
"Anjir!"
***
"Ma, pa, Zia berangkat sekolah dulu ya," ucap Zia saat selesai memakan sarapananya.
"Eh tunggu sebentar sayang, tadi katanya El mau jemput," ucap Tiana.
"Zia males ma bareng dia, mending Zia bawa mobil aja," ucap Zia.
"Tadi El bilang ke mama terus mama bilang iya masa kamu mau mama nggak nepatin janji terus dosa," ujar Tiana.
"Hufftt yaudah deh," ucap Zia yang kembali duduk di kursi makannya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumssalam," jawab mereka bertiga bersamaan.
Elard datang langsung menyalimi tangan Tiana dan Anthony.
"Sarapan bareng sini El," ucap Anthony ramah.
"Nggak usah pa makasih, tadi El sudah sarapan."
"Ma ini ada titipan dari bunda," ucap Elard memberikan bingkisan yang sedari tadi ia bawa ke Tiana.
"Apa ini El?" Tanya Tiana.
"Nggak tau ma, cake mungkin," balas Elard.
"Makasih ya El, bilangin makasih ke bunda kamu," ucap Tiana.
"Iya ma."
"Ini mau berangkat apa mau jawab Q and A sih?" Tanya Zia sebal.
"Yaudah berangkat sana, El nya udah sampai," ucap Tiana.
Zia langsung berdiri dan menyalami Anthony kemudian Tiana.
"Zia berangkat dulu assalamualaikum."
"Waalaikumssalam."
"Ma, pa, El juga berangkat ya," ucap Elard lalu menyalimi juga Anthony dan Tiana.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumssalam."
***
"Naik apa?" Tanya Zia saat El sampai di pekarangan rumahnya.
"Lo liatnya disini ada apa?" Tanya Elard.
"Motor," jawab Zia.
"Yaudah naik motor, emang mau naik apa? helikopter??"
"Boleh," jawab Zia.
"Naik aja sendiri, ke sekolah naik helikopter mau meluluh lantahkan sekolah? Bikin geger."
"Hai Zia," sapa seseorang yang membuat Elard dan Zia menoleh.
"Kak Titan?" gumam Zia.
"Berangkat bareng aku yuk Zi," ucap Titan.
"Kak Titan sekolahnya sama kayak Zia? " Tanya Zia.
"Iya."
"Yuk berangkat, tadi aku bawa mobil," ucap Titan.
"Gue yang duluan ajakin Zia, lo nggak ada hak buat berangkat bareng," ucap Elard.
"Lo nggak kasihan sama Zia udara panas dan lo ajak naik motor, sangar sih tapi otak kosong," ucap Titan yang membuat Elard mengepalkan tangannya kuat, rahangnya pun mengeras menahan emosi.
"Udara pagi se sejuk ini, lo bilang panas? Gobloknya natural," ucap Elard yang membuat Titan tersulut emosi.
"Udah cukup kalian ini apa-apa in sih masih pagi berantem mulu," ucap Zia.
"Berangkat bareng aku Zi," ucap Titan.
"Dia bareng gue," ucap Elard dengan sorotan tajam jangan lupakan wajah flat dan dinginnya.
"Emm kak El, Zia berangkat bareng kak Titan ya, soalnya Zia nggak terbiasa naik motor besar nggak bisa naiknya," ucap Zia yang membuat Elard menatap Zia tak percaya.
"Hahahaha, Zia berangkat bareng gue, bukan bareng lo," ucap Titan meremehkan dan wajah kemenangan.
"Kak El maafin Zia ya," ucap Zia.
"Iya nggak pa-pa, gue pergi dulu." Elard langsung pergi menuju motornya dan melajukannya dengan kecepatan tinggi. Elard marah, Elard kecewa, dia tidak akan menyangka Zia akan menolaknya.
***
"Itu bukannya Titan ya?" Tanya Zela saat melihat Zia di koridor dengan seorang lelaki.
Zela, Via, dan Ley sekarang berada di depan kelas seperti biasa nongkrong sebelum pelajaran dimulai. Pergibahan, dan penambahan dosa yang mereka lakukan.
"Iya kalau nggak salah, si Zia makin deket aja sama Titan dan makin jauh sama kak El, duh kapal gue," ucap Via.
"Nggak tau kenapa gue nggak suka sama si Titan ya walaupun nggak jahat sih, dia ngerusak kapal gue," ucap Zela.
"Kalo lo sih hampir semua orang lo benci, hampir semua orang juga benci lo, julid banget," ucap Via.
"Nggak julid nggak life," balas Zela.
"Shut diem jangan gibah lagi, udah mau deket tu Titan," peringat Ley yang membuat kedua temannya diam.
"Ziaaa," sapa Zela seceria mungkin.
"Emm," ucap Zia mengetuk-ngetuk kepalanya berusaha mengingat dia siapa.
"Zela."
"Oh iya hai Zela," ucap Zia ramah.
"Kalau gitu aku ke kelas dulu Zi, belajar yang bener," hcap Titan ramah lalu dia melangkah kan kakinya dan langsung pergi.
"Iya kak Titan," ucap Zia.
"Anjay, dia jago ngalus," bisik Zela di telinga Via.
"True," jawab Via berbisik.
"Kak El," panggil Zia yang membuat Elard berhenti dan menatap Zia.
"Kita ke kelas duluan Zi bye," ucap Zela yang langsung menarik kedua temannya.
"Kak."
"Hmm."
"Minta maaf soal tadi," ucap Zia, ada rasa bersalah di hati Zia dan merasa tidak enak kepada Elard.
"Itu keputusan lo, dan gue hargai itu," ucap Elard.
"Tapi Zia ngerasa nggak enak."
"Ngapain ngerasa nggak enak?"
"Soalnya tadi kak El dulu yang jemput Zia, tapi Zia berangkatnya sama kak Titan," ucap Zia menunduk.
"Nggak pa-pa sekarang gue bisa rasain nggak dipedulikan sama nggak di anggep sama orang yang di suka itu sakit," ucap Elard.
"Maafin Zia."
"Ngapain minta maaf, lo nggak salah."
"Tapi Zia ngerasa nggak enak."
"Cuma masalah kecil Zi, nggak usah di besarin."
"Jadi kak El maafin Zia?"
"Lo nggak salah, gue nggak berhak marah."
"Bener kak?"
"Sebagai pembuktian gue nggak marah nanti gue ajak lo ke suatu tempat," ucap Elard.
"Kemana"? Tanya Zia.
"Nanti lo juga tau."
"Zia," Panggil seorang yang membuat Elard dan Zia menoleh, seketika membuat Elard memutar bola matanya malas.
"Gue pergi, nanti gue jemput." Elard langsung pergi.
"Kak Titan, ada apa? " Tanya Zia
"Nanti mau kemana sama Elard?" Tanya Titan menyelidik.
"Nggak tau."
"Kok nggak tau? "
"Ya soalnya kak El nggak bilang ke Zia" jcap Zia.
"Kamu mau Zi?" Tanya Titan.
"Mau kak."
"Gimana sih, nanti kalau lukain kamu gimana Zi?"
"Nggak baik berprasangka buruk kak Titan," peringat Zia.
"Gue ikut ya, takut kalau lo disakiti dia."
"Nggak usah kak Titan, kak Elard itu baik tau," ucap Zia.
"Darimana kamu tau, kenal aja nggak Zi."
"Dari sikapnya kak Elard itu dewasa, baik juga," puji Zia yang membuat Titan langsung gerah hati.
"Tap-----" Ucap Titan yang langsung dipotong suara lonceng.
"Zia ke kelas dulu kak, bye kak Titan," ucap Zia yang langsung pergi masuk ke kelasnya, begitupun dengan Titan ia menuju ke kelasnya.
_____
Hahay Elard jadi sad boy nih. Kasih semangat dong buat Elard
Gimana menurut kalian tentang part ini?
Next part? Spam komen?
Salam sayang
Listaratna
_____