RAYGARA (SELESAI)

By Keylaanfnbll_

927K 101K 2.9K

Judul awal : NEGARA "kamu datang seperti hujan, deras dan dingin, lalu pergi tanpa kata seperti angin" Negara... More

๐Ÿฆ‹ CAST ๐Ÿฆ‹
NEGARA || 1
NEGARA || 2
NEGARA || 3
NEGARA || 4
NEGARA || 5
NEGARA || 7
NEGARA || 8
NEGARA || 9
NEGARA || 10
NEGARA || 11
NEGARA || 12
NEGARA || 13
NEGARA || 14
NEGARA || 15
NEGARA || 16
NEGARA || 17
NEGARA || 18
NEGARA || 19
NEGARA || 20
NEGARA || 21
NEGARA || 22
NEGARA || 23
NEGARA || 24
NEGARA || 25
NEGARA || 26
NEGARA || 27
NEGARA || 28
NEGARA || 29
NEGARA || 30
NEGARA || 31
NEGARA || 32
NEGARA || 33
NEGARA || 34
NEGARA || 35
NEGARA || 36
NEGARA || 37
NEGARA || 38
NEGARA || 39
NEGARA || 40
NEGARA || 41
NEGARA || 42
NEGARA || 43
NEGARA || 44
NEGARA || 45
NEGARA || 46
NEGARA || 47
NEGARA || 48
NEGARA || 49
NEGARA || 50
NEGARA || 51 (END)
-ABOUT NEGARA-
EXTRA PART NEGARA
EXTRA PART RAYGARA 2

NEGARA || 6

19.4K 2.2K 60
By Keylaanfnbll_

Hai Readers kesayangan Keyy! Absen dulu yuk, sebut "Hai"

Hari apa kamu baca Negara part 6?

Jam berapa?

Satu kata deh buat Raya hihiii

Pi ridingggg Love-!!


"Eh! Turunin gue! Gue malu, Ra!!" Bentak Raya mengerang ingin melepaskan diri saat Negara membawanya pergi dari lapangan dengan semua arah pandang yang tertuju pada mereka berdua tentu membuat Raya malu bukan main.

Negara berdecih kuat membuat Raya terdiam apalagi saat melihat tatapan Negara yang nyalang menatapnya membuat Raya langsung menatap lain ragu-ragu. "Lo gak kuat jalan. Biar gue yang obatin lo." Ucap Negara dengan wajah dingin lalu kembali berjalan menuju ruang UKS.

Langit menjumpai Chita yang sedang berdiri dengan senyumnya melihat kedua orang yang sedang menjadi pusat perhatian itu.

"Kayaknya rencana kita bakal berhasil." Ucap Langit berdiri disamping Chita dengan sebelah lengannya yang ia masukkan kedalam saku celananya dan dengkusan kecil.

Chita mendengkus pelan lalu menoleh. "Iya. Kayaknya bakal berhasil." Ucap Chita lalu tersenyum lebar lagi.

"ITU SALING BENCI APA SALING CINTA WOYY!!"

"AAAA MATA GUE GAK SALAH LIAT!?"

"DEFINISI MUSUH TAPI DIANGGAP RATU!"

Suara-suara histeris dari beberapa siswa membuat suasana saat ini penuh dengan perasaan tak menyangka. Bagaimana tidak? Dua orang yang selama ini saling bertarung seperti Macan dan Singa kini berubah sekejap.


"Awh! shh.."

Raya meringis kecil saat kapas yang sudah ditetesi obat itu terkena lukanya saat Negara menekannya sedikit. Raya memang sedang duduk diatas kasur UKS dan Negara sedang berlutut dengan satu kaki didepan, mengobati luka di kaki Raya saat darahnya terus keluar.

"Cemen banget sih lo! Gitu aja udah teriak!" Ejek Negara dengan kekehan kecil diujung kalimatnya.

Raya membulatkan matanya menatap Negara geram. "Kalo sakit yah sakit bego!" Gerutu Raya langsung menatap arah lain.

Negara mendengus pelan, lalu menaikkan tatapannya, menatap Raya teduh. "Iyaudah.. ini gue pelan-pelan ngobatinnya.." Ucap Negara lembut lalu menekan kapasnya lebih pelan sambil meniup luka Raya lembut.

Raya yang semula melihat lain, perlahan merilekskan tatapannya dan melihat Negara yang mengobati lukanya sangat pelan. Tak disangka, sudut bibirnya terangkat membentuk lengkungan tipis yang manis disana.

Sampai, mata Raya tiba-tiba berpusat pada salah satu lengan Negara yang sedikit tertutup oleh bajunya disekitar bahu. Raya memicing sedikit matanya, sebelum akhirnya gadis itu terkejut.

Seketika bibir Raya bergetar. Gadis itu melihat luka gores yang cukup dalam pada lengan Negara. Ia tahu, cowok itu mencoba menutupi lukanya dengan lengan baju pendeknya. Namun, Raya tidak bisa dibohongi.

"Negara, kayaknya lo udah cukup obatin luka gue. Ini udah mendingan kok." Ucap Raya membuat Negara menaikkan tatapannya.

Cowok itu mengangguk lalu berdiri.

Raya turun dari kasurnya perlahan, lalu menatap Negara dalam. "Sekarang, gue yang obatin lo. Lo duduk di kasur." Titah Raya tanpa panjang lebar.

Negara mengerutkan sedikit alisnya. "Lho? Emang kenapa?" Tanya nya bingung.

Raya menghela nafas pelan lalu menarik Negara untuk duduk diatas kasur. "Eh! Lo kenapa sih?" Negara merasa aneh namun ia tetap mengikuti omongan Raya untuk duduk. Cowok itu menatap Raya aneh saat ia mengambil obat merah dan perban.

Raya duduk disamping Negara, menatap cowok itu sendu seketika. "Lo kenapa, hah?" Tanya Negara semakin bingung.

Raya menghela nafas pelan. "Seharusnya, kalo lo terluka, itu juga harus diobatin, Ra.. Nanti infeksi.." Ucap Raya menggulung lengan baju sebelah kanan Negara membuat cowok itu sedikit terkejut saat Raya tahu yang ia sembunyikan.

Raya menatap Negara dalam setelah melihat luka Negara yang seperti terkena benda tajam dengan luka dalam. "Lo gak bisa sembunyiin luka kayak gini dari gue." Ucap Raya menatap luka pada lengan Negara.

Negara hanya terdiam. Ia tak berbicara apapun selain hanya melihat Raya perlahan meneteskan obat pada sebuah kapas dan perlahan menetapkannya pada luka dilengannya. "Shh.." Negara berdesis nyeri sesekali saat kapas berisi obat itu terkena lukanya yang menciptakan rasa nyeri yang teramat. 

"Shh.." Negara berdesis lagi, lalu menggigit bibir dalamnya dan memejamkan matanya saat Raya perlahan melilit sebuah kapas penggulung pada lukanya.

Raya tersenyum tipi sebentar. "Gue gak bakal ejekin lo kalo memang lo mau meringis sakit. ini wajar. Jadi jangan tahan rasa sakit lo kalo memang itu sakit." Ucap Raya seraya memberikan sedikit obat lagi setelah ia memberikan perban pada luka Negara dan kembali menurunkan lengan bajunya yang tadi sempat Raya gulung sedikit.

Negara kembali membuka matanya dan melihat lengan kanannya yang sudah diitutupi perban. "Makasih." Ucap Negara singkat.

Gadis disampingnya itu hanya mengangguk pelan.

"Gue mau keluar." Final Negara lalu ia keluar dari ruang UKS itu tanpa sepatah kata pun lagi.


Negara perlahan menyandarkan tubuhnya pada dinding tepat di belakang ruang laboraturium yang sangat sepi. Air matanya mengalir membasahi wajah. Negara merendahkan tubuhnya, duduk dengan menekuk lutut dan memeluk lulutnya. Cowok itu menenggelamkan wajahnya ditengkuk lututnya yang tertekuk.

"Kenapa hidup gue harus selalu gue tutupi dengan yang namanya senyum? Mencari kesengan demi menutupi luka itu sulit Tuhan.."

Flashback On..

PRANGG!!

Suara pecahan vas bunga terdengar jelas membuat Negara yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya tersentak mendengarnya. Cowok itu berdiri dari kursi meja belajarnya dan langsung berlari membuka pintu kamarnya.

"KAKAKKK!!"

Negara yang baru saja membuka pintu kamarnya terkejut saat Kila, sang adik yang baru berumur 5 tahun, baru saja akan membuka pintu kamarnya langsung memeluk dirinya.

Gadis kecil itu menangis ketakutan dengan tubuh yang bergetar membuat Negara langsung merendahkan tubuhnya, berjongkok di depan Kila dan memegang wajah adik perempuannya itu.

"Kila kenapa nangis?" Tanya Negara mencoba mengusap air mata adiknya yang seketika membuat hatinya tidak tenang.

"Mama teriak lagi, kak!! Tadi mama pecahin vas bunga di kamarnya.. Ila takut Kakak.. Kenapa mama selalu teriak kalo liat foto papa?" Tanya gadis kecil itu polos.

Negara terhenyak. Ia bingung harus memberi alasan apa pada sang adik. Sangat sakit rasanya melihat gadis kecil seperti Kila yang harus melihat sang ibu terkadang berteriak dan tak segan melemparkan benda kaca yang mungkin bisa melukai dirinya.

Negara mengusap kembali air mata yang jatuh diwajah sang adik. "Kakak ke kamar mama, yah, bentar.. Kila pergi ke kamar aja.. ini udah larut malam, sebaiknya kamu tidur yah.. Kunci pintu kamar kamu.. yah.." Ucap Negara lembut lalu dibalas anggukan oleh sang adik.

Kila berlari masuk ke kamarnya dan terdengar suara pintu yang baru ia kunci dari dalam. Tak lama, Negara berdiri, berjalan menuju kamar sang ibu dengan wajah panik.

Negara berhenti di depan kamar ibunya. Cowok itu menutup matanya kalut dengan sebulir air mata yang ikut jatuh.

"Pah.. depresi mama kambuh lagi.." lirih Negara pelan.

Cowok itu membuka pintu kamarnya dan saat itu juga dirinya membelalak melihat alat dikamar ibunya yang berantakan dengan vas bunga kaca yang pecah berhamburan dilantai.

"Mama!!"

Negara berlari menjumpai sang ibu yang memegang serpihan kaca dengan ujung yang tajam tak tau akan berbuat apa dengan itu. Tangis ibunya pecah apalagi saat Negara langsung berlari dan memeluk ibunya.

"Mah! Plis jangan bahayain diri mama! Plis mahh!! Sampai kapan mama ikhlasin papa.. papa gak bisa tidur tenang mah.."

Sang ibu menangis, saat Negara terisak ditempat.

"Plis, ma.. plis.. tolong relain papa.." lirih Negara pelan namun bisa terdengar oleh sang ibu.

"ENGGAK!!"

Sang ibu memberontak namun Negara masih memeluknya erat agar ibunya tak berlaku nekat.

"LEPASIN MAMA!!"

"Gak akan, ma.. sampai mama tenang dan ikhlasin papa.." Jawab Negara yakin.

"Lepasin!!"

Sang ibu memberontak sampai ia tak sadar jika serpihan kaca yang dipegangnya berhasil mengenai lengan kanan Negara dan sempat tertusuk cukup dalam membuat Negara memejamkan matanya, menahan rasa sakit yang sangat teramat.

Sebulir air mata Negara jatuh. Rasanya sangat sakit namun tak memberhentikan niatnya untuk membuat ibunya kembali sadar dan tenang.

"Mah.. nanti kita liat papa, yah.." Ucap negara pelan.

Sang ibu langsung terdiam. Ia berhenti memberontak. "Kamu beneran, sayang?" Tanya sang ibu.

Negara melepas pelukan ibunya. Perlahan mengambil serpihan kaca yang ibunya pegang lalu menjatuhkannya kelantai. Negara mencoba tersenyum dan mengangguk. "Iya.. nanti kita temuin papa, yah.."

"Tapi sekarang mama tidur dulu, yah.. ini udah malam.. papa juga pasti udah tidur tenang.." Ucap Negara pelan dengan sebulir air matanya yang jatuh saat lukanya berdenyut nyeri.

Sang ibu menatap dalam mata Negara lalu mengangguk dan kembali menjatuhkan tubuhnya di atas kasur miliknya dan perlahan tertidur disana.

Negara tersenyum tipis dan menyusun benda dikamar sang ibu yang berantakan lalu kembali ke kamarnya. Rasa sakit yang Negara alami dilengannya tak seberapa dibanding rasa sakit saat ia harus berbohong tentang ayahnya saat ini. Negara terpaksa.. ia terpaksa..

Flashback Off..

Kilasan waktu kejadian malam tadi masih membuat Negara sedih. Mengapa ia harus menyembunyikan kesedihannya dan mencoba mencari kesenangan saat tidak dirumah? Terkadang, hidup memang tak selamanya berjalan mulus.

Akan selalu ada masalah yang datang dan pergi.

People come and go..

"RAYAA!!"

Raya yang baru saja masuk ke kelasnya tersentak saat Chita berlari menghampirinya dan memeluk gadis itu seolah sudah lama tak bertemu dirinya. Raya hanya diam dan masih terkejut  dengan pelukan tiba-tiba yang Chita lakukan. 

gadis berambut hitam sepunggung itu melepas pelukannya dan memegang kedua pundak Raya. "Lo udah gak papa kan? masih ada yang sakit?" Tanya nya.

Raya menggeleng dan tersenyum tipis pada sahabatnya itu. Chita memang sahabat yang sangat pengertian pada dirinya. "Enggak kok, gue gak papa. ini cuma luka kecil aja, lo gak usah khawatir." Ujar Raya.

Chita menghela nafas lega. "Syukur lah lo gak papa. Gue khawatir banget sama lo, Ray!"

Raya tersenyum tipis lalu mereka berjalan ketempat duduk mereka. Baru saja keduanya melangkah, 

"Raya!" 

Keduanya tersentak saat mendengar suara berat laki-laki yang tak asing bagi keduanya. Raya berbalik, dan detik itu juga, ia berhasil dibuat terdiam.

Gimana part kali ini?

Komen donkk gimana perasaan kalian setelah baca?

Satu kata deh buat Negara!

Buat Raya?

Next gak nih? Yukk komen "Next" dan vote^^

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 98.3K 61
~Warning!~ โ€ขSebelum membaca, FOLLOW akun author lebih dulu! โ€ขDILARANG PLAGIAT!! โ€ขMengandung beberapa kata-kata kasar dan adegan kekerasanโš ๏ธ โ€ขHarap bi...
710K 37.1K 48
" 'Lauhul mahfudz' antara qobiltu atau innalilahi, antara kita dan malaikat izrail, antara kapan dan kafan, dan antara Ar Rahman dan yasin" Mencerita...
927 387 21
Duo A----Azel & Azam yang tak sengaja dipertemukan oleh Cafe Quenzella. Awal pertemuan keduanya sedikit tampak absurd, hingga pada akhirnya, keduanya...
3.7K 260 58
"Benar kata mereka, mencintai tak akan bisa jika hanya satu pihak, nyata nya cinta memang menyakitkan hanya ada dua ruang yg tersisa bahagia atau kec...