Bapak Tangguh | Way V

By 8ukanmemepenjajahan

59.8K 9.7K 2.1K

Seorang single parent yang tiap harinya harus menahan sabar karena mengurus enam anak sekaligus. "Kapan saya... More

Pening
Keluarga
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
27
28
29
30
Epilog

26

859 186 27
By 8ukanmemepenjajahan

Kadar
(Ketentuan Tuhan)
.
.
.
.

[Note: chapter ini menceritakan kisah masa lalu almarhumah istri Kun dari sudut pandang si istri]

"Woy!"

Kaget, aku yang tadinya asik tidur langsung terbangun. Lihat kanan-kiri dulu baru natap temen sebangku yang barusan teriak dikupingku.

"Apa?"

"Ngantin yuk!"

Bergegas aku langsung mengambil selembar uang sepuluh ribu dan menuju kantin dengan sahabatku, Vey namanya.

Di kantin aku langsung memilih kursi, takut-takut bakal gak kebagian tempat. Yakali makan sambil berdiri, udah kaya di acara kondangan yang kursinya kurang aja.

"Beli apaan?" tanya Vey.

"Nasi goreng sambelnya dicampur," jawabku final. Habisnya gatau mau makan apa yaudah nasgor adalah solusi.

"Oke."

Setelahnya Vey berlalu pergi ninggalin aku sendirian.

Balik-balik habis beli nasgor dia malah cekikikan. Gajelas emang.

"Kenapa kamu? Gangguan ya?" tanyaku bercanda.

"Apaan sih? Nggak aku gak gangguan kok," jawabnya sambil menatap kearah lain.

Kuperhatikan arah pandangnya dan aku langsung ngerti kenapa dia bisa senyam-senyum gajelas begitu. Ya, siapa lagi kalau bukan Kun, primadona sekolah.

Gak dapat dipungkiri emang seganteng dan sepinter itu. Ketua ekskul padus, si peringkat pertama seangkatan IPA, apa lagi? Oh sopan santun yang masih terjaga. Cowok idaman kalau kata Vey.

"Ohhhh Kak Kun," ledekku ke Vey yang kini masih aja nyengar-nyengir sambil liatin Kak Kun.

Ngeri ah lama-lama.

Karena gak direspon akhirnya aku lanjut makan. Eh, pertengahan menghabiskan seporsi nargor tiba-tiba Vey nyeletuk,

"Aku pengen nembak Kak Kun."

Kelolodan nasi goreng emang gak lucu. Mana panas banget di tenggorokan soalnya pedes. Segera aku teguk air mineral yang tadi sempat kubawa.

"Gendeng." /trans: gila/

Udah lah gak ngerti lagi mau respon gimana. Intinya Vey mah nekat anaknya. Gatau juga tuh anak mikir apa tiba-tiba ngomong begitu.

"Gak peduli, mau kamu bilang gendeng bakal tetep aku lakuin."

"Nekat sih, tapi yaudahlah ya good luck."

"Ahahaha makasih, tapi aku juga gatau kapan mau nembaknya."

"Halah kampret."

Setelahnya kita berdua langsung buru-buru ke kelas karena bentar lagi bakal masuk jam pelajaran ke-5.

✧*。

Hari ini pulang sekolah aku ada jadwal ekskul. Vey yang niatnya mau pindah ekskul langsung ku antar ke ruang padus. Iya dia anak jurnal yang tiba-tiba banting setir ke padus gara-gara Qian Kun.

"Dah, selamat dan sukses, aku ke ruang lukis dulu."

Vey ngangguk aja sambil senyum semangat. Nah gini ini biasanya ada Kak Kun, dan bener aja gak lama setelah itu Kak Kun datang menghampiri. Hwhwhwhw pingin ku cie-cie in tapi nanti telat masuk ekskul.

✧*。

"Kurang berapa bulan nih ada acara HUT?" tanyaku pada Vey yang sibuk ngemil.

"Dua bulan? Gatau lagi," jawabnya.

Aku ngangguk-ngangguk aja, tapi tiba-tiba penasaran apa yang bakal ditampilin sama anak padus, karena biasanya anak padus penampilannya selalu keren.

"Eh, padus bakal nampilin apa, pas di acara HUT?"

"Drama musikal bareng anak drama juga."

Wuidih, bayangin betapa kerennya. Aku cuma tepuk tangan antusias.

Gabut, akhirnya aku ikut ngemil bareng Vey. Asik-asik ngemil tiba-tiba ada yang menghampiri meja ku sama Vey.

Kak Kun.

Canggung seketika, Vey yang natap Kak Kun cuma kedip-kedip doang kek orang linglung. Karena posisinya aku ada ditengah-tengah dua orang itu. Jadi aku milih minggir. Hehe itung-itung jadi makcomblang ya gak sie.

"Nanti jam pelajaran ke-4 langsung ke aula, sama ini surat dispen," ujar Kak Kun to the point.

"Iya kak makasih."

"Yaudah aku balik dulu, jangan telat."

Seusai Kak Kun pergi aku langsung duduk di bangku lagi.

"Ciyeeeeee," aku menyoraki Vey sambil bertepuk tangan sedang teman-teman yang lain ikut-ikut meramaikan, seperti Doyoung yang tiba-tiba ikut heboh.

"Loh, Vey suka sama Kak Kun?" tanya Doyoung sambil menatapku kepo.

"Iya," jawabku sambil berbisik. Setelah ku bisiki Doyoung langsung tersenyum jail ke arah Vey.

Gak lama Doyoung jailin Vey, sampe dia capek nanggepin.

Bel jam ke-4 berdering. Lantas aku menyikut pelan Vey agar segera pergi ke aula dan memberikan surat dispen ke guru mapel.

"Wkwkwkwk ciyee mau ketemu mas pacar," goda Doyoung. Vey langsung natap Doyoung sengit.

Aku sama Doyoung ketawa lagi.

✧*。

Terhitung sudah beberapa minggu berlalu, HUT sekolah makin dekat. Aku mulai sibuk mendekor dan membuat ini itu untuk menghias panggung.

"Doy tolong beliin cat warna merah! Nih uangnya," suruhku sambil memberikan selembar uang 50 ribu ke Doyoung.

"Sama kamu aja sekalian, takutnya nanti salah beli kamu marah-marah,"

Halah, padahal aslinya Doyoung males nyetir.

Tanpa banyak omong, langsung ku ambil kunci motor Doyoung dan mengajaknya pergi ke parkiran.

"Mio warna merah kan?" tanyaku memastikan.

"Ngawur! Aku ganti vespa, udah gak bawa mio-mio lagi," elaknya.

Aku cuma ngangguk aja, biarkan Doyoung yang mengeluarkan vespanya dari parkiran.

"Ini berangkat kamu yang nyetir nanti pulang aku yang nyetir," ujarku sambil mengenakan helm.

"Siap!"

Vespa milik Doyoung melaju dengan kecepatan sedang, sampai sudah berada di parkiran toko.

"Nanti pulang mampir beli cilor yuk, laper aku," pinta Doyoung.

"GASSS!" sautku semangat.

"Hehe asikk, dibayarin kan?"

Cuma kuliatin aja wajah berharapnya itu dengan wajah datar.

"Iya, beli sendiri-sendiri."

Wkwkwkwk asik juga jailin Doyoung si anak ambis. Sempet heran banyak yang gak suka Doyoung di kelas, karena dia ambis banget belum lagi pelit kalau urusan tugas.

Tapi kalau dipikir lagi ya memang siapa yang mau dimanfaatkan? Datang kalau butuh doang tapi habis itu digibahin di belakang.

"Udah lah kuy gas beli cilor," ajakku setelah selesai membayar cat.

Sewaktu di jalan langit mulai mendung. Belum lagi jalanan yang mulai macet. Takut nanti kehujanan aku memutuskan untuk mengambil jalan pintas.

Awalnya Doyoung takut kesasar, tapi aku yang dasarnya nekat tetap gas pol buat jalan, prinsipku sih kalau nyasar yaudah nyasar aja.

Beruntung setelah belok kanan-kiri di gang sempit sampai juga di dekat gerobak penjual cilor. Doyoung langsung turun dari vespa dan memesan.

Asik menunggu cilor tiba-tiba hujan turun dengan deras. Aku bergegas mencari tempat berteduh. Beruntung ada toko di dekat sana jadi aku bisa berteduh.

Tak lama Doyoung datang sambil menenteng kresek berisi dua cup cilor. Baju seragamnya sedikit basah, pasalnya ia menerjang hujan untuk ke toko tempatku berteduh.

"Makasih, di vespamu ada jas hujan gak?" tanyaku sambil mengambil cup cilor dari tangan Doyoung.

"Gak ada, jas hujannya aku taruh di tas."

"Hadeh, ini kalau misal hujannya masih lama trabas ajalah ya."

"Yaudah deh, kalau sakit juga pasrah aja."

Aku sama Doyoung akhirnya pasrah nunggu hujan reda di depan toko. Sambil makan cilor aku dan Doyoung masih sempat-sempatnya gibahin guru.

"Doy ini hujannya masih lama, apa trabas aja ya?"

"Aku sih nurut aja, persetan baju basah."

"Yaudahlah."

Aku yang sudah bersiap untuk menyalakan vespa tiba-tiba ditahan sama yang punya toko. Bapak-bapak penjaga toko itu memberikan dua jas hujan plastik ke aku sama Doyoung.

"Waduh pak gak usah repot-repot," ujarku berusaha menolak pemberian bapak tersebut.

"Udah pake aja, hujannya deres gini, kalau sakit gimana? Saya kasih gratis kok."

"Ya karena gratis ini pak, saya sungkan," timpal Doyoung sambil senyum.

"Yaudah, kalian bayar aja lima ribu."

Lantas aku dan Doyoung membayar jas hujan tadi.

✧*。

Pulang sekolah aku dan Vey berjalan kaki menuju gerbang. Karena aku gak bawa payung dan gak sempat makai jas hujan akhirnya Vey berbagi payung sama aku.

Sewaktu jalan, Vey nyenggol tanganku pelan. Kutengok rupanya Vey memberi kode seperti "lihat tuh". Arah pandangku mengikuti apa yang dimaksud Vey tadi.

Kak Kun.

Orangnya lagi duduk di bangku, sambil natap kosong keatas. Gini ini biasanya sasaran empuk makhluk-makhluk ghoib. Tanpa diduga Vey ngajak aku mendekati Kak Kun.

"Kamu bawa jas hujan kan? Pinjemin aja ke Kak Kun nanti pulangnya bareng aku aja, aku pinjemin payung," usul Vey, sedikit ada bumbu modus di dalamnya.

"Modus," ledekku.

"Cepetan gih, aku tunggu di sini."

Aku berjalan pelan mendekati pria yang masih menatap kosong langit sore itu. Ini kalau tiba-tiba kesurupan bisa langsung praktek rukyah.

"Kak butuh jas hujan?" tawarku memastikan.

"I-iya butuh," jawab Kak Kun sambil ngambil jas hujan dari tanganku.

"Yaudah, pinjem aja dulu, aku duluan ya kak, kalau mau ngembaliin taruh aja di ruang lukis."

Habis minjemin jas hujan aku langsung lari mendekati Vey, beruntung gak jatuh. Tapi dari kejauhan aku sempet denger suara orang teriak bilang terima kasih.

✧*。

Satu semester berlalu dan hari ini libur. Gak nyangka bisa menjalani kelas 11 dengan rasa malas yang membara. Tapi bentar lagi kelas 12 dan gak ada waktu main atau sekedar jajan pentol sambil gibahin guru.

Liburan gini biasanya gak ngapa-ngapain di rumah alhasil aku dan Doyoung berencana buat hadir ke acara wisuda kelas 12. Hitung-hitung bisa ngasih ucapan selamat dan bingkisan ke kakel yang dulu satu ekskul.

Belum lagi Vey yang katanya mau ngungkapin perasaannya ke Kak Kun. Nah ini nih moment yang paling ditunggu-tunggu. Setelah memendam rasa dan modus tipis-tipis, akhirnya Vey mau confess juga.

"Wisuda biasanya berapa lama sih?" tanya Doyoung yang mulai bosan.

"Lama biasanya, mungkin 2-3 jam an, itu belum molor-molornya, acara foto sana-sini, sama ngobrol," jawabku.

"Yaudahlah, eh btw mau beli minum nggak? Aku yang bayarin."

"Boleh."

Aku dan Doyoung langsung menuju cafe yang terletak di lantai satu. Cuma pesen moccacino aja sama ngemil chiki yang ku bawa. Sampai barulah terlihat satu-persatu siswa yang tadi wisuda keluar ruangan. Aku dan Doyoung bergegas menuju lantai dua untuk memberikan bingkisan.

Selesai memberi bingkisan aku gak sengaja lihat Vey ngajak ngomong Kak Kun di salah satu koridor yang lumayan sepi. Ku tarik tangan Doyoung buat mendekat kesana.

"Mau ngomong apa?" tanya Kak Kun.

"Jadi, gini kak, aku udah mendem ini dari lama, a-aku suka sama kakak."

Gilak! Aku pengen teriak di situ juga. Tapi gak jadi karena Doyoung nyuruh aku diem. Tapi satu sisi greget banget liatnya udah kaya liat sinetron.

"Hmmm, gimana ya, makasih udah mau ngungkapin perasaanmu, tapi aku minta maaf, soalnya aku gak ada rasa ke kamu. Kamu udah aku anggep jadi adek kelas paling nurut waktu ekskul. Mungkin perasaan itu belum ada dan aku disuruh fokus buat namatin pendidikan sampai dapet gelar sarjana, jadi aku gak mikir tentang jodoh atau pacar."

Aku dan Doyoung menatap kecewa kearah Kak Kun. Vey yang tadinya gugup sekarang berubah jadi kecewa. Confess yang berujung gak bagus ini membuat perubahan sifat ke diri Vey.

Setelah kejadian itu dia ngejauh. Lebih pendiem, bahkan pindah tempat duduk jadi duduk di bangku paling depan deket meja guru. Aku dan Doyoung gak bisa apa-apa, karena tiap kali berusaha mendekat dia menghindar.

✧*。

Kelas 12 hubunganku sama Vey makin merenggang. Vey bener-bener menjauh, alhasil aku lebih sering main dan ngantin bareng Doyoung.

Sampai waktu kelulusan tiba, aku dan Doyoung berencana ingin mengajak makan Vey. Tapi ditolak, dia memberi alasan katanya bakal pindah keluar kota habis lulusan.

Aku sama Doyoung gak bisa maksa dan berakhir cuma makan berdua. Disaat-saat seperti itu juga aku baru tahu kalau Doyoung juga bakal keluar kota karena disuruh orang tuanya kuliah di kota lain.

✧*。

Menjadi mahasiswa ternyata gak semudah itu, selalu ada beban yang diberikan tiap harinya. Ya tapi mau bagaimana lagi, harus tetap dijalani.


Berjalan kaki menuju parkiran tiba-tiba aku dibuntuti kucing. Alhasil aku berhenti dulu buat ngasih makan ke kucing liar tadi. Iya, hal ini sering aku lakukan karena memang suka kasihan sama kucing-kucing terlantar yang gatau mau makan apa itu.

"Permisi."

ALLAHUAKBAR! Ngagetin mulu.

"Ya apa?" tanyaku sambil melihat kearah cowok yang sekarang lagi berdiri di dekatku.

"Kamu anak komunitas pecinta kucing?" tanyanya. Rada canggung gitu tapi berusaha sebisa mungkin sok akrab.

"Iya dulu, kalau sekarang udah nggak lagi."

"Ohh, btw komunitasnya masih nyari anggota nggak? Kalau masih nyari aku mau ikut."

"Udah nggak nyari anggota baru, di komunitas itu udah banyak banget anggotanya, tapi kalau ada info-info nanti aku kabari. Oh iya sama mereka punya kaya program buat ngasih makan kucing-kucing liar tanpa jadi anggota di komunitas itu. Jadi kalau mau coba ya silahkan."

"Makasih banyak infonya, oh iya belum kenalan, aku Qian Kun."

Kaya kenal. Tapi siapa?

Gak lama kemudian aku inget, "OH KAK KUN! ANAK PADUS YANG BIASANYA DISURUH KERUANG GURU BUAT JADI BIDUAN ITU KAN? GEBETANNYA SAHABATKU, VEY."

Kak Kun langsung ketawa habis aku bilang gitu. Malu banget njir buang muka kemana ini.

"Maaf kak, ceplas-ceplos."

"Gapapa santai, lagian bener kok."

Gara-gara kejadian itu aku sama Kak Kun jadi akrab. Sering ketemu, bahkan ngerujak bareng. Di luar dugaan yang dulu ku kira Kak Kun anak yang sangat sopan, baik hati, ramah, dan peduli sekitar ternyata yang asli orangnya betulan begitu bahkan lebih kaya malaikat lagi sikapnya. Kesabarannya cukup tinggi, nggak kaya aku yang dikit-dikit senggol bacok. Orangnya serba bisa lagi.

Gak heran waktu Kak Kun mampir ke rumah buat ngasih mangga tiba-tiba berinisiatif buat bantuin ibu benerin pipa air yang kesumbat. Tapi gara-gara itu juga aku jadi dibanding-bandingin sama Kak Kun yang serba bisa. Sialan emang.

✧*。

8 semester sudah kulalui saatnya kelulusan. Hip hip horay! Kalau kata Tuan Krab.

Setelah bergelut dengan skripsi dan dosen akhirnya bisa lulus juga jadi sarjana, bawa nama baik keluarga karena lulus gak telat, belum lagi sudah keterima di perusahaan besar. Cuma bisa bersyukur aja, karena semua dilancarakan sama yang di atas.

"Asikkk lulus," ujar ayah sambil merangkul pundakku. Aku cuma haha hihi aja.

"Udah lulus, dapet kerjaan juga, berarti kurang-"

"Menikah iya tau!"

Kesel banget dari dulu digodain kapan nikah, kapan nikah. Kaya nyari calonnya gampang aja. Tapi semua itu cuma aku anggap bercandaan keluarga besar. Biasalah orang tua.

Acara wisuda kuliah berjalan lancar gak ada hambatan, meskipun lama sampai udah habis makan cilok dua bungkus. Untung make up gak luntur atau kena bumbu kacang, bisa gawat kalau waktu sesi foto ada noda bumbu kacang di sekitar bibir.

Selesai acara wisuda aku langsung ngajak ortu makan siang. Hitung-hitung syukuran karena sudah lulus.

"Nak, hari minggu kamu gak ada acara apa-apa kan?" tanya ibu.

"Nggak ada, emang kenapa?" tanyaku balik.

"Mau diajak makan-makan," jawab ayah sambil senyum secerah matahari telerabies.

"Owh, kirain apa."

Awalnya sih gak curiga tapi waktu hari minggu bener-bener kaget sih. APA INI KOK ADA KAK KUN DAN KELUARGANYA? Apa iya kebetulan mampir di resto yang sama? Gatau lah yang penting makan dulu urusan lain pikir keri /trans: dipikir nanti/.

"Bu aku mau pesen-"

"Udah ibu pesenin, udah kamu duduk aja yang anteng."

Yaudah aku nurut. Satu sisi canggung juga ini kenapa kok keluarga Kak Kun ikut makan semeja sama keluargaku. Apa kehabisan meja? Padahal lesehan masih ada.

"Jadi gini pak, saya berencana mengenalkan anak saya Qian Kun dengan anak bapak."

Kaget dong. Apaan nih pake acara dikenalin segala? Udah kenal woy udah jadi bestie.

Aku bener-bener diem aja gak berkutik, kaya tikus kena racun. Acara makan-makan berlangsung begitu juga dengan diskusi antara keluargaku dan keluarga Kak Kun. Intinya gak lama lagi aku bakal nikah.

Satu sisi aku ngerasa gak enak. Meski udah gak ketemu lama, aku masih mikirin keadaan Vey yang gatau ada di kota mana sekarang. Aku takut kalau Vey tau aku nikah sama Kak Kun dia bakal benci sama aku.

"Hey, kamu gapapa kan?" tanya Kak Kun sambil lihat wajahku yang udah lecek macem kertas buram buat hitung-hitungan mat.

"Kak, bisa ngomong sebentar nggak? Tapi di tempat lain."

Kak Kun ngangguk dan minta izin ke orang tua. Ayah sama ibu sih iya-iya aja malah gembira banget tuh kayanya.

"Jadi gini kak, maaf ya tapi aku rada gak enak sama rencana pernikahan ini."

"Kenapa?"

"Kakak inget Vey kan? Sahabatku yang waktu acara wisuda confess ke kakak."

Kak Kun ngangguk ngerti. Terus aku lanjutin omonganku.

"Aku takut kalau dia tau, nanti dia benci aku."

Kak Kun natap aku, tatapannya tenang banget.

"Gini, gak usah dipikirin sampe sejauh itu, bisa aja sekarang dia udah nemuin jodohnya atau udah ngelupain aku. Itu kejadian udah lama jadi gak perlu kamu pikirin lagi."

Aku ngangguk aja. Semoga Vey gak benci aku setelah ini.

✧*。

Terhitung sudah dua tahun setelah acara pernikahan itu. Pernikahannya digelar kecil-kecilan tidak terlalu meriah juga karena memang keinginanku dan Kak Kun. Doyoung sahabat SMA ku bahkan rela datang jauh-jauh dari kota sebelah buat nyanyi diacara pernikahanku.

Vey sudah kuundang tapi dia gak datang, karena memang pesanku gak dibaca.

Bersyukur semua bisa berjalan lancar. Aku dan Kak Kun sudah bisa beli tanah dan membangun rumah.

Rumah khas Belanda yang ku desain bersama Kak Kun sekarang sudah berada di depan mata. Bahkan Ten keliatan seneng banget sama rumah barunya. Iya Ten anak pertamaku.

"Ten jangan lari-lari nanti ja-"

Terlambat, Ten sudah jatuh nyusruk di taman depan rumah.

"Kan, jatuh kan, makanya nurut sama bapak."

Lucu kalau dilihat-lihat. Kak Kun yang suka nyebut dirinya bapak sedangkan Ten yang masih kecil manggil dia paps. Udah kaya anak gaul zaman sekarang padahal aslinya dia gak bisa bilang papa.

"Kak, kardus yang ini tolong bawain, berat!" suruhku sambil membawa beberapa kerdus lainnya.

"Panggil mas aja, aneh banget manggil kakak kaya aku kakakmu aja."

Hhh ini lagi ngatur-ngatur panggilan. Padahal udah kebiasa manggil 'kak'. Kadang kalau aku tanya alasannya dia bakal jawab "biar romantis aja" Jiakkhhh.

"Iya-iya, mas."

Continue Reading

You'll Also Like

635K 58.1K 47
[ R E V I S I ] S E L E S A I Jayson Jung, atau biasa dikenal Jay. Seorang duda nan kaya memilih untuk menikahi kekasihnya yang tidak lain adalah sek...
169K 18.4K 49
[COMPLETED ✓] 𝙺𝚒𝚜𝚊𝚑 𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑 𝙹𝚞𝚗𝚐𝚠𝚘𝚘 𝚖𝚎𝚗𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝𝚔𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚝𝚒 𝙻𝚞𝚌𝚊𝚜. -𝙱𝚡𝙱 𝚊𝚕𝚕𝚎𝚛𝚝 👬 -𝚈𝚊𝚘𝚒 😌 -𝙼𝙿𝚁𝙴𝙶 😗 ...
504K 48.4K 62
Mengenai HUANG RENJUN yang terpaksa menggantikan posisi kembaranya yang tiada karena sebuah kecelakaan untuk menjadi asisten pribadi seorang NA JAEMI...
1M 216K 75
"KUN GE! MASA LOUIS BERUBAH JADI CEWEK?!"