demon byuntae | jaywon

By bunajaywon_

605K 72.1K 18.3K

Do not allowed to copy paste my story for any reason! [Summary] "Mari kita buat kesepakatan. Kau boleh meminu... More

chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
🦇 Main Cast 🦇
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18
chapter 19
chapter 20
chapter 21
chapter 22
chapter 23
chapter 24
chapter 25
chapter 26
ending saga : demon byuntae.
an epilogue : love wins all.

chapter 27

10.1K 1K 250
By bunajaywon_

Tampak seorang pemuda manis tengah berlari dengan sedikit tergesa melewati koridor gedung agensinya. Beberapa kali ia bahkan sempat menabrak para staff yang kebetulan tak sengaja menghalangi jalannya.

"Jungwon!".

Langkahnya sontak terhenti. Si pemilik namapun lantas menoleh dan mendapati sosok sang Manajer yang berjalan menghampirinya.

" Hyung, dimana Jake?". Ucap si manis dengan nada yang terdengar begitu khawatir.

"Tenanglah dulu, Jungwon. Kalau kau ingin menemuinya sekarang, dia baru saja naik ke rooftop". Sahut si pemuda Lee itu.

" Baiklah.. Aku akan segera pergi untuk menemuinya".

Namun belum sempat Jungwon membawa langkahnya, sang Manajer lebih dulu mencekal pergelangan tangannya. "Jangan bertengkar ya?". Pesannya.

"Itu tidak akan terjadi, lagipula aku dan Jake sudah berbaikan".

Setelahnya, si manispun lantas beranjak dari sana. Menyisakkan Heeseung yang hanya dapat menatap punggung sempit milik pemuda itu yang semakin menjauh dari pandangannya.

Dan hal pertama yang Jungwon dapati setibanya disana adalah hembusan angin yang menerpa kulit wajahnya. Untuk beberapa saat, Jungwon sempat memejamkan kedua matanya. Menikmati bagaimana semilir angin yang bertiup, sebelum membawa kedua kakinya menghampiri sosok pemuda yang tengah berdiri membelakanginya.

"Jake..".

Dengan gerakan perlahan, si pemilik namapun menoleh. Seutas senyuman tipis terukir di paras rupawannya. "Hai, Jungwon? Lama tidak bertemu".

Tanpa membuang banyak waktu, Jungwonpun bergegas menghambur padanya. Memeluk sang sahabat dengan begitu erat.

"Bagaimana kabarmu Jake? Kau baik-baik saja kan?". Ujar si manis setelah mengurai pelukannya.

Sebuah anggukkan kecilpun lantas pemuda Shim itu berikan padanya. "Hmm seperti yang kau lihat. Aku baik".

"Syukurlah kalau begitu. Omong-omong, apa kau tau? Kepergiaanmu membuat semua orang panik dan cemas. Kami semua mencarimu kemanapun tapi sayangnya, kami tak bisa menemukan keberadaanmu. Jadi sebenarnya, kemana saja kau pergi?".

Jake sempat terkekeh pelan begitu mendengar ocehannya, "Aku hanya pergi ke Busan sekaligus mengunjungi Nenekku. Aku memang sengaja tak ingin mengabari kalian terlebih dahulu karena saat itu.. aku hanya ingin pergi sendiri. Maafkan aku".

"Ah tidak, Jake. Kau tak perlu meminta maaf. Aku bisa mengerti kenapa kau melakukan semua ini. Setelah apa yang terjadi padamu, sepertinya kau memang membutuhkan waktu untuk sendiri". Ujarnya sembari memberikan tepukan pelan di bahu pemuda manis dihadapannya.

Lantas setelahnya, keheninganpun menyelimuti. Baik Jungwon maupun Jake sama-sama tengah larut dalam pemikirannya masing-masing. Sepasang manik itupun sama-sama memandang lurus pada hamparan kota Seoul yang terlihat begitu padat dan ramai di bawah sana.

"Jungwon..". Ucap si pemuda Shim itu sembari memecah keheningan.

Sontak saja si pemilik namapun menoleh dan mendapati manik kelam sang sahabat yang ternyata juga tengah menatapnya dengan begitu lekat.

"Kau sudah menganggapku sebagai orang terdekatmu bukan?".

Kening si manispun lantas mengeryit begitu mendengar ucapannya.

"Tentu saja. Tapi.. kenapa kau bertanya seperti itu?".

Sebuah gelengan kecilpun pemuda itu berikan sebelum kembali bersuara, "Jika memang kita sudah sedekat itu, seharusnya sudah tak adalagi rahasia apapun diantara kita bukan?".

"...y-ya?". Sahut si manis sembari menggigit bibir bawahnya ragu.

"Tapi kurasa masih ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku. Jungwon, apa kau tak bisa untuk memberitahukannya padaku?".

"Apa maksudmu?".

Namun Jake tak segera menyahut. Ia tampak terdiam sejenak tanpa melepas tatapannya dari sosok pemuda manis dihadapannya itu dengan pandangan yang tak terbaca.

"Kau bukanlah manusia, Jungwon. Kau... vampir 'kan?".

'Deg'.

Seketika jantungnya pun serasa mencelos begitu mendengar ucapannya.

"Apa yang sedang kau bicarakan? Tentu saja... aku manusia sama sepertimu". Ujar si manis sembari tertawa dengan kikuk.

Sudut bibir milik si pemuda Shim pun lantas tertarik keatas. Ia tersenyum miring.

"Bisakah kau membuktikannya padaku jika kau bukanlah vampir?".

"Apa yang harus kulakukan agar kau mempercayaiku?". Sahut si manis dengan cepat.

Lantas Jake pun merogoh sesuatu dari balik saku celananya. Setelahnya, kedua manik doe itupun kembali terbelalak saat melihat sebuah pisau lipat dalam genggaman tangan sahabatnya.

"Jake!?".

"Kau takut?". Sahutnya sembari memainkan benda tajam tersebut.

"Apa yang akan kau lakukan dengan pisau itu? Apa kau akan menyakiti dirimu sendiri? Jake, kau pasti sudah gila!".

Pemuda itupun lantas menganggukkan kepalanya. Seolah setuju dengan apa yang baru saja dikatakan olehnya.

"Mungkin kau benar. Kurasa, aku memang sudah kehilangan kewarasanku setelah mengetahui banyak hal jika ternyata.. Hidupku di kelilingi oleh orang-orang seperti kalian! Vampir, Helsing dan mungkin masih banyak lagi yang lainnya. Menurutmu, kenapa aku harus menjalani kehidupan yang seperti ini, Jungwon?".

"Jake, kau...".

"Ya! Aku sudah mengetahui semuanya sekarang. Aku sudah tau kebenaran tentang dirimu dan juga Park Sunghoon. Kau bukan manusia Yang Jungwon begitupun dengan Sunghoon. Dia bukanlah manusia sepenuhnya. Dia seorang Halfgod. Aku benar kan?".

Si manispun tampak masih bersikeras mengelak jika dirinya bukanlah seperti apa yang Jake tuduhkan padanya. "Tidak, tolong percaya padakuastaga...!!!". Pekiknya panik begitu melihat Jake mengangkat pisau dalam genggaman tangannya itu lantas mengarahkannya tepat pada lehernya sendiri.

"Jake, jangan macam-macam!".

Seolah menulikan pendengarannya, pemuda itu lantas menorehkan sebuah goresan yang cukup dalam pada permukaan lehernya. Seketika darah segar itupun menciprat hingga mengenai wajah si manis. Dan beberapa saat setelahnya, tubuh ringkih itupun jatuh terkulai.

Namun lain halnya lagi dengan si manis yang tampak masih mencerna apa yang baru saja terjadi.

Jungwon lantas menyeka noda merah di pipinya. Ia berusaha untuk menahan gejolak dalam dirinya begitu melihat bagaimana darah milik sahabatnya yang mengotori telapak tangannya.

Tubuhnya bergetar dengan hebat. Iris doe-nya pun berubah semerah pekat. Bahkan kedua gigi taringnya juga telah menyembul. Nalurinya seolah bersorak agar ia segera menikmati tetesan darah segar yang tersuguh dihadapannya secara percuma. Ia juga sudah bisa membayangkan bagaimana sensasi saat darah segar itu membasahi kerongkongannya.

Namun si manis dengan cepat menggeleng, berusaha menepis segala pemikiran buruknya tersebut. Ya.. Setidaknya sampai saat ini, Jungwon masih memiliki kesadaran untuk tak menyerang sahabatnya sendiri. Ia tak ingin menjadikan Jake sebagai mangsanya.

"Apa... kau sudah merasa puas setelah melihat wujud asliku sekarang!? Katakan padaku, Jake!!". Pekiknya begitu kesadaran kembali menariknya pada kenyataan.

"J-jungwonhh..".

Si pemilik namapun lantas bersimpuh tepat di samping tubuh tergolek itu. Kedua maniknya menatap senyuman sendu yang terpatri di wajah pucatnya.

Dengan gerakan perlahan, Jake pun mengulurkan jemarinya, menggapai bahu milik si manis sembari memberikannya sedikit rematan. Mencoba untuk menyalurkan rasa sakit yang tengah dideritanya. Kedua bilah bibir itupun lantas terbuka, seolah ingin mengatakan sesuatu.

Namun belum sempat ia dapat mengeluarkan beberapa patah katanya, kegelapan datang lebih dulu menjemput seiring dengan kedua maniknya yang ikut terpejam.

"Jake!".

Air mata si manispun jatuh luruh tepat saat sepasang tangan yang tengah meremat bahunya dengan cukup kuat itu terkulai begitu saja.

"Tidak! ini tidak mungkin!!".

"Jake, tolong bangun! Jangan seperti ini hiks.. A-aku mohon".

Sama sekali tak ada respon yang berarti. Pemuda Shim itu benar-benar telah tertidur dalam damainya.

Setelahnya, Jungwon pun bergerak menjauhkan dirinya dari tubuh kaku milik sahabatnya yang sudah tak lagi bernyawa. Bahkan ia sampai menutupi penciumannya sendiri guna menghalau agar aroma memabukkan tersebut tak semakin mengundang hasratnya.

Lantas tak lama kemudian, terdengar suara derit pintu yang terbuka.

"Sunghoon..". Cicitnya.

Pemuda Park itu sempat termenung dalam beberapa saat begitu melihat bagaimana penampilan kacau Jungwon. Dan tepat saat ia ingin membuka suara, seketika niatnya pun urung saat ekor matanya tanpa sengaja menangkap sosok pemuda lain yang terbaring tak sadarkan diri disertai lumuran darah yang menggenang.

"S-sunghoon.. hiks".

Sebuah rematan di lengannya itu sontak saja membuat Sunghoon bergeming.  Iapun mengalihkan atensinya, menatap sosok pemuda dihadapannya itu dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Apa yang sudah kau lakukan?". Ujarnya sembari menepis kasar tangan si manis darinya.

"Apa yang telah terjadi denganmu, Jungwon? Kenapa kau membunuhnya!?". Pekik pemuda itu sembari mengguncang bahu si manis.

"T-tidak, Sunghoon! Aku... Aku sama sekali tak melakukan apapun. Kau sudah salah paham denganku. Demi Tuhan—".

"Kau tak berhak untuk membawa Tuhan atas kejahatan yang sudah kau perbuat!". Sanggahnya yang seakan tak membiarkan si manis melanjutkan ucapannya.

"Kau lihat, jika bukan kau yang sudah melakukannya, lalu apa ini? Bagaimana bisa darah milik Jake tertinggal di sudut bibirmu seperti ini?". Ujar sang halfgod sembari menunjukkan sisa darah yang baru saja ia seka tepat ke hadapan si manis.

Jungwon lantas membungkam. Namun bukan berarti, ia akan mengakui kesalahan yang sama sekali tak ia lakukan. Ia hanya merasa kalau dirinya tak akan bisa untuk mengalahkan Sunghoon yang bahkan terus menyudutkannya sebagai seorang tersangka.

"Jungwon..". Lirihnya dengan suara yang sedikit bergetar.

"Selama ini aku selalu berusaha untuk melindungimu dari para Helsing. Aku melakukan semua itu karena aku sangat peduli denganmu. Aku tak ingin siapapun dapat melukaimu atau bahkan melihatmu terluka. Namun bukan berarti aku tak bisa melukaimu juga".

" Aakhh!!". Pekikkan nyaring milik si manis pun lantas terdengar setelahnya saat sebuah tangan kekar mencekik kuat lehernya.

Bisa Jungwon lihat bagaimana kedua manik itu yang juga menyorot tajam padanya.

"Kau harus membayar apa yang sudah kau lakukan, Yang Jungwon. Aku akan melenyapkanmu!!!".

















***

see u next chapter!!!

Continue Reading

You'll Also Like

80.5K 7K 15
lix sekali lagi kamu pecahin pot bunga, aku pastikan kamu akan tinggal dikuburan tua ujung kota ya. felix belike : sekali lagi kan? cliing 1 pot bu...
204K 27.6K 31
•Bittersweet Series 5• _____________ Tentang June yang tiba-tiba saja didatangi seorang wanita dan menyerahkan seorang bayi mungil yang baru berusia...
34.2K 126 8
kesimpulan cerita : timas harus belajar menjadi mistress bdsm untuk membalaskan dendam mbok rondo kepada bagir si raksasa tampan yang kasar kepada...
45.7K 3.9K 187
Bepergian ke dunia berbahaya yang mirip dengan bumi tetapi dengan monster yang merajalela, Fang Ping mengaktifkan altar monster sebelum dihancurkan o...