KINGS: Themis

By ConanFa

298K 50K 15.6K

Dia Aria Ashe Van Amstel. Anak kandung dari keluarga Van Amstel yang tidak diakui keluarganya karena mereka l... More

Kennisgeving
Sinopsis
Prolog
BAB 1: Kisah Aria dan Asia
BAB 2: Laki-laki di Pemakaman Bag.1
BAB 3: Laki-laki di Pemakaman Bag.2
BAB 4: Aria
BAB 5: Keluarga
BAB 6: Kelinci
BAB 8: Praduga
BAB 9: Langkah Pertama
BAB 10: Louist Vromme
BAB 11: Manipulasi
BAB 12: Meminta Hadiah
BAB 13: Pengenalan Karakter
BAB 14: Skenario Aria
BAB 15: Skenario Lily
BAB 16: Hari Bersamanya.
BAB 17: Memasuki Panggung Sandiwara
BAB 18: Beramah Tamah: Louist, Nial, Dante.
BAB 19: Daniel Matheos.
BAB 20: Bercanda Dengan Lily.
BAB 21: Bersandiwara.
BAB 22: Verstoppertje |Petak umpet|.
BAB 23: Punyanya Aria
BAB 23: Langkah Pertama Bag. II.
BAB 24: Nial Ge Douglas.
BAB 25: Main Lari-lari.
BAB 26: Menangkap Kelinci.
BAB 27: Ada Yang Hilang?
BAB 28: Drama Keluarga
BAB 29: Pulang
BAB 30: Skenario-Skenario Baru
Bab 31: Janji Sahabat.
BAB 32: Lily Sang Pencari Hidayah
BAB 33: Pintu Hidayah Buat Dek Lily
BAB 34: Akhirnya Dek Lily Kena Azab.
BAB 35: Cangkang Yang Retak
BAB 36: Tamu Kehormatan Berg: Lecturer
BAB 37: Hari-Hari Di Berg
BAB 38: Pergi Main.
BAB 39: Konser Malam Yang Haqiqi
BAB 40: Riana
BAB 41: Sekadar Prelude.
BAB 42: Patah, Riwayat, Sejarah, Cerita
BAB 43: Menjadi Sedikit Lebih Jujur.
BAB 44: Kegarongan Lily.
BAB 45: Jujur Lebih Banyak.
BAB 46: Ke Gab Selingkuh.
BAB 47: Laki-laki di Pemakaman Bag.3
BAB 48: Segalanya tentang Meng-Ghibah Aria.
BAB 49: Kesudahan Prelude: Penggerebekkan
BAB 50: Perihal Tante.
BAB 51: Prolog Kelinci ke-3.
BAB 52: H-1.
BAB 53: Para Tokoh Penting
BAB 54: Skema.
BAB 55: Leo Van Everhart
BAB 56: Kecelakaan Pendakian Bag 1: Mitos Setan Merah
BAB 57: Kecelakaan Pendakian Bag 2: Pendaki Yang Hilang
BAB 58: Kecelakaan Pendakian Bag 3: Lembah Gunung.
BAB 59: Kecelakaan Pendakian Bag 4: Bertahan Hidup
BAB 60: Kecelakaan Pendakian Bag 5: Naik-Naik Ke Puncak Gunung.
BAB 61: Kecelakaan Pendakian Bag 6: Pendaki Yang Selamat
BAB 62: Busy Hospital
BAB 63: Puisi Mawar Merah
BAB 64: Egaliter
BAB 65: Tempat Pertama.

BAB 7: Kenalan Aria

4.9K 941 278
By ConanFa

****

Aria memiliki kelas malam hari ini, karenanya itu dia masih berkeliaran di Berg pukul 20:00. Ia berjalan di gedung J di mana Fakultas Manajemen, Ekonomi dan Bisnis berada. Lily juga mengambil jurusan ini, setiap Fakultas memiliki gedung yang berbeda, dan pas sekali Fakultas ini memiliki gedung yang bersebelahan dengan Fakultas Hukum.

Aria memiliki tugas wawancara untuk mata kuliah Hukum Kewirausahaan, dia perlu mewawancarai mahasiswa di gedung J. Aria memiliki kebiasaan untuk menuntaskan tugasnya secepat mungkin, setelah kelas malamnya berakhir dia pergi ke gedung J segera untuk mencari narasumber wawancara.

Koridor hampir sepi dan jarang ada mahasiswa di sana, mungkin karena sudah malam. Aria naik ke lantai dua, tempat mahasiswa yang mengambil jenjang pendidikan Graduate atau S2 (gelar master), walaupun jarang ada mahasiswa Graduate pada Fakultas ini di kelas malam, karena ini Berg dan tempat berkumpulnya dan terciptanya sistem kasta sosial kelas atas, mahasiswanya pasti sibuk dengan bisnis mereka.

Namun, nampaknya benang nasib memang membawa Aria ke jalan ini. Aria yang berjalan di tengah koridor begitu sampai ke lantai dua menemukan seorang mahasiswa di tengah jalan, dia dengan ramah meminta waktunya untuk di wawancarai. Sang calon Graduate itu tentu saja mau, siapa yang tidak kenal dewi dari Fakultas Hukum yang cantik dan ramah itu? Aria, semua orang kenal dia, betapa beruntungnya dia.

Di tengah-tengah pembicaraan, suara langkah sekelompok orang datang dan menginterupsi mereka. "Wawancara? Aku rasa aku lebih berpengalaman sebagai narasumber, bagaimana kalau aku saja?"

Aria melihat ke asal suara itu, dia mengenali suaranya, suara di balik topeng pada kegelapan malam, Louist Vromme. Selain Louist, di sisinya ada teman-teman sejatinya itu, para Kelinci. Nial Ge Douglas, Dante Veldman dan Leo Van Everhart .

Berbeda dengan ketiga temannya, Louist tersenyum ramah pada Aria, mereka adalah orang-orang dengan reputasi baik, tapi dengan topeng kelinci mereka, mereka berubah menjadi monster yang mengerikan.

Aria tersenyum ramah, dia menunjukkan wajah tidak enak hati seolah dia bersiap untuk menolak, namun Louist menghentikan niat Aria. Dia bicara dengan narasumber yang sudah Aria pilih. "Kau pasti sibuk,kan? Tidak ada waktu,kan?"

"I–iya ...." Mahasiswa yang Aria tawari menjadi narasumbernya mengiyakan dengan cepat lalu beringsut pergi, dia masih bisa ketakutan dengan latar belakang orang-orang ini meskipun usianya mungkin sudah terlihat lebih dari kepala tiga.

Aria memandang kepergian orang itu seperti keheranan, lalu dia melihat ke mereka. "Sepertinya dia benar-benar sibuk, aku jadi tidak enak hati."

"Iya, sayang sekali ya? Tapi aku tidak sibuk, kau boleh mengambil waktuku sebanyak yang kau mau, Aria." Louist tersenyum hangat sambil mengarahkan Aria ke ruang terdekat di sana untuk wawancara.

"Anda kenal saya?" tanya Aria saat dia sudah sampai di ruangan dan duduk.

Ketiga orang yang melihat Louist dari pintu saling pandang dengan Louist saat Aria menanyakan pertanyaan itu. Dia serius menanyakan itu?

"Haha ... kau lucu," ucap Louist. Aria nampak kebingungan dan heran karena Louist kenal Aria, tidak nampak seperti ekspresi yang dibuat-buat. "Kau serius?"

"Ya?" Aria heran.

Mereka semua jadi mengerti kenapa dia dikenal ramah dan rendah hati, biasanya mahasiswa yang terkenal akan menyombongkan diri karena ini dunia kasta, tapi dia tetap rendah hati tanpa karakter yang dibuat-buat dengan sengaja. Dewi Fakultas Hukum, Aria.

Louist dan Aria memulai sesi wawancaranya, sementara ketiga temannya menunggu Louist dengan enggan, mereka nampak tidak tertarik dan sibuk dengan obrolan mereka sendiri. Namun, tak ayal beberapa kali mereka kehilangan fokus kala mendengarkan interaksi Louist dan Aria, Louist yang berpengalaman disanggah beberapa kali oleh Aria. Well, mahasiswa Hukum memang memang ahlinya dalam berdebat,kan? Sempat ada tawa lucu saat Aria bertanya tentang nama narasumbernya, Louist merasa Aria sangat lucu karena tidak kenal dia dan teman-temannya, namun yang lebih membuatnya tertarik, Louist bisa melihat jika itu tindak dibuat-buat. Dan tawa semakin menjadi saat Aria minta maaf karena tidak kenal mereka, dia sangat rendah hati ....

Aria mewawancarai Louist dengan baik, dia sangat cerdas seperti yang dirumorkan. Di akhir wawancara, Aria mengucapkan terimakasih Louist karena menyempatkan waktunya. Juga ada kesempatan saat Louist berkenalan dengan Aria dan memperkenalkan Aria pada tiga temannya.

"En, matamu hitam?" Nial memperhatikan bola mata Aria yang besar dan hitam.

"Iya." Jawab Aria, lalu dia menggaruk tengkuknya dengan gelisah.

"Kenapa? Kau merasa tidak enak? Aku pernah dengar kalau kau anak adopsi keluarga Van Amstel, kau merasa tidak enak karena bukan keturunan asli pribumi?" ucap Leo, Leo seperti sengaja membuatnya merasa tidak nyaman karena dia anak adopsi.

"Leo, jangan bicara tentang hal seperti itu pada Aria." Louist jelas memiliki alasan untuk membela Aria, dia ingin Aria memiliki kesan yang baik padanya.

Namun siapa Aria? Dia benar-benar menganggap Aria si polos yang berhati lembut?

"Ng? Anak adopsi?" Aria kelihatan keheranan, dia memiringkan kepalanya terlihat bingung. Mereka adalah orang-orang berstatus tinggi, mereka meragukannya karena dia memiliki latar belakang yang tidak seimbang, karena dia adalah anak adopsi keluarga Van Amstel berkat orang tuanya yang terlalu sayang pada Lana dan Lily.

Aria harus menghapuskan keraguan mereka untuk bisa dekat dengan mereka. Karena untuk melawan musuhmu kau harus mengenali musuhmu dengan baik.

Aria menutup mulutnya seolah terkejut dengan apa yang baru saja ia ucapkan, "Ah, iya. Aku anak adopsi." Dia berkata seolah dia lupa namun membuat kesan seolah ada sesuatu yang dia tutup-tutupi.

Mereka terlihat heran dengan kebingungan Aria dan respon mendadak Aria. Namun, Aria tidak melanjutkan ucapannya lagi karena dia ingin semuanya berjalan pelan-pelan, dia tidak boleh terburu-buru menyesatkan musuhnya, untuk menangkap musuhnya dalam perangkap, dia harus sabar menunggu umpannya tersambar. Kalau mereka tertarik maka mereka akan mecari tahu sendiri,kan?

"Aria, maafkan Leo, dia tidak pandai berbicara," kata Louist semakin ingin mengambil kesan baik untuk Aria. Leo memutar bola matanya pada Louist dan Louist tersenyum kecil padanya.

"Tidak apa-apa. Ya, aku anak adopsi keluarga Van Amstel." Ucap Aria sambil tersenyum, namun dia sudah membuat umpan, senyumannya yang ramah malah membuat mereka curiga dengan ucapannya. Biasanya anak adopsi keluarga kaya akan kesal kalau identitas mereka diungkit-ungkit, tapi Aria tidak.

"Aria, kau dapat undangan dari kami?" tanya Louist.

"Undangan? Undangan perkumpulan sosial di Dynasti? Itu dari kalian ternyata ...." Aria mengangguk-angguk seolah dia benar-benar baru tahu.

Aria melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 21:00. Aria pamit untuk pulang, sebelum pulang Louist menawarinya untuk mengantarnya pulang, namun Aria menolak dengan ramah mengatakan jika dia sudah dijemput.

Mereka berjalan bersama keluar gedung, saat Aria berpamitan Louist bicara. "Di masa depan kalau kamu melihat kami, sapa kami ya."

"Iya, terimakasih atas waktunya." Aria berpamitan dan melangkah pergi.

Aria tidak menoleh dua kali lagi, dia melihat ponselnya dan sibuk di sana dengan langkahnya sendiri, seolah dia benar-benar tidak tertarik untuk menarik perhatian orang-orang di belakangnya.

"Bagaimana? Dia menarik,kan?" Louist seolah pamer pada mereka.

"Lihat saja nanti, kalau dia akhirnya tahu siapa kita dan koneksi apa yang dia dapat nanti, dia pasti akan berubah menjadi penjilat." Leo masih bersikeras. "Lily lebih baik."

"Lily?" tanya Louist.

"Leo dekat dengan Lily akhir-akhir ini, dia ada di Fakultas yang sama dengan kita." Nial menjelaskan.

"Tidak, Aria yang terbaik. Dia jelas Dewi seperti yang dirumorkan, kalian sadar betapa ramah dan lembutnya dia? Dia mempunyai karakter yang menarik." Louist bersikeras.

"Jadi dia calon teman kencan yang baru?" tanya Leo

"Tentu saja," jawab Louist yakin, "dia akan menjadi teman kencan yang baru, tunggu sampai dia tidak bisa lepas dariku."

Nial mengangkat alisnya. "Kau terlihat sangat menyukai yang ini, aku pikir kau sudah memutuskan untuk berpacaran."

"Apa-apaan, semua wanita itu sama, hanya benda sekali pakai. Saat sudah bosan maka harus dibuang. Aku tidak akan pernah berpacaran atau membuat ikatan konyol lainnya. Pacar dan pernikahan adalah alat untuk bisnis, aku hanya akan membuat hubungan itu dengan orang pilihan orang tuaku, untuk kepentingan bisnis saja." Louist dan mereka mempunyai prinsip yang sama.

"Saat kau sudah tidak minat lagi dengannya, berbagi denganku," kata Nial. Louist dan Nial ber-tos ria seakan mereka sudah memiliki pikiran buruk di otak mereka.

"Jadi kau setuju dia yang terbaik?" tanya Louist pada Nial.

"Aku suka wajahnya, akan lebih menarik kalau aku bisa membuatnya menangis," jawab Nial dan keduanya tertawa bersama-sama.

"Kau diam saja Dante, kau punya pendapat lain tentang si Aria itu?" tanya Leo. "Lebih baik Aria atau Lily?"

"Lily," jawab Dante.

"Nice!" Leo senang dengan jawaban Dante. Sejak awal masuk ke Berg, Lily sudah dekat dengan mereka, Lily gampang bergaul dan selalu bisa membuat orang terpesona dengan paras dan kelembutannya. Jelas dia sangat menarik, apalagi mereka sering bertemu karena berada di Fakultas yang sama.

Namun Dante belum selesai dengan jawabannya, Dante melanjutkan, "Bukankah lebih baik menyukai orang yang bisa kita kenali, baik karakter dan apa yang dipikirkan orang itu. Tapi Aria itu ... bukankah dia terlalu sempurna? Itu membuatku merinding ...."

****

Aria baru keluar gedung saat Lily datang padanya bersama dua temannya, Meryalene dan Canaria.

"Aria, kamu baru mau pulang? Aku juga ada kelas malam~ ah tadi aku lihat kamu mengobrol dengan Louist dan teman-temannya." Aria lalu sedikit melirik ke Canaria yang nampak jengkel. "Kau pasti sangat dekat ya dengan Louist."

"Aku baru kenal tadi, kami tidak dekat, hanya saja tadi aku ada tugas wawancara jadi–"

"Ya tentu saja tidak dekat, memangnya siapa kamu? Cuma anak adopsi juga ...." Canaria mencibir Aria.

Aria masih tersenyum, dia hanya mengangguk mendengar cibiran Canaria. Lily menegur Canaria dengan lembut, namun juga seolah seperti memancing kemarahan Canaria saat dia berkata : "Canaria, jangan bicara seperti itu dengan Aria, Aria itu saudariku. Meskipun dia dekat dengan Louist ...."

"Anak adopsi, aku harap di masa depan kau bercermin, kau mengerti,kan siapa kau itu. Jangan sok pamer di depanku atau sok dekat dengan Louist. Aku sudah menyukai Louist sejak lama, kalau sampai aku lihat kau mengobrol dengannya lagi, aku tidak akan bermurah hati!"

"Canaria ... jangan seperti itu dengan Aria ...." Lily meraih tangan Aria dan memasang ekspresi kasihan. "Aria, aku tidak mau terjadi sesuatu denganmu, aku sangat menyukaimu. Jadi kau jauhi mereka ya, terutama Louist."

Aria tersenyum sama sekali tidak tersinggung atau getir dengan situasi ini. Tadinya itu hanya prasangka dalam hati Canaria saja, tapi setelah ucapan Lily pada Aria, prasangka itu berubah menjadi amarah, seolah kata-kata Lily adalah pembuktian kalau Aria menggoda Louist yang disukainya.

"Ya, aku mengerti." Lily tersenyum ketika mendengar jawaban Aria.

Itu yang Lily sukai dari Aria, Aria tidak pernah membuat konflik dengannya dan selalu mengambil jalan baik untuk menyelesaikan segala urusan, dia cenderung akan berkata "ya" pada setiap permasalahan untuk menyelesaikan urusannya.

Canaria terkejut karena Aria tidak tersinggung sama sekali dan langsungnya menurut seperti ini. Dia seperti yang dirumorkan ternyata. Dewi Fakultas Hukum yang ramah dan bijaksana. Canaria mau mencelanya lagi, namun ucapannya terhenti saat ada suara lain di sana yang memanggil Aria.

"Aria, sedang apa kau di sana?" itu adalah Lana, Lana berada di Fakultas yang sama dengan Aria dan mungkin dia baru menyelesaikan wawancaranya juga. "Ayo pulang, bukankah kau tadi bilang mau pulang bersama denganku?"

Lana melihat kepada Maryalene dan pada Canaria, terutama Canaria yang dari tadi sudah mencondongkan tubuhnya pada Aria seolah dia bersiap menyerang Aria kapan saja kalau saja jawaban Aria tidak sangat baik tadi. "Apa kau lihat-lihat? Kau mau mati?"

Canaria seketika mundur sedikit, Lana memiliki aura yang berbeda dengan Lily, dengan tubuh yang lebih tinggi dari Lily dan ekspresinya yang dingin membuatnya mudah mengintimidasi orang.

"Ayo pulang, aku sudah menunggumu dari tadi," kata Lana lagi.

Aria menatap Lana, dia mengerti dan langsung mengangguk mengiyakan. "Aku pulang dulu Lily, jangan pulang terlalu larut." Aria pamit dengan Lily, Lily dengan sayang memeluk Aria sebentar sebelum Aria pergi.

"Lily, kau baik sekali dengan Aria," kata Meryalene. "Padahal dia anak adopsi keluargamu. Kalau aku jadi kau, aku sudah menganiaya anak adopsi di keluargaku. Anak adopsi sepertinya selalu minta belas kasihan dan menjilat pada keluarga."

"Itu ... soalnya aku takut ...."

"Apa? Takut kenapa?" Meryalene penasaran dengan ucapan Lily yang hampir terdengar seperti bisikan.

"Ti-tidak! Kalian salah dengar ... aku tidak takut dengan Aria ... Aria sangat baik sungguh ...." Ucapan Lily terdengar seperti dia membela Aria, namun jika dia tiba-tiba bicara seperti itu, orang lain akan membuat spekulasi buruk tentang Aria.

"Sudah aku duga! Dia pasti berpura-pura baik! Dasar licik! Dia pasti sudah menganiayamu selama ini, dia pasti hanya berpura-pura baik di Berg!" Canaria membuat spekulasi.

"Tidak ... bukan seperti itu ...." dia tidak kunjung meluruskan kesalahpahaman dan malah memperlihatkan kalau dia takut, membuat Aria semakin disalah pahami.

"Lily ... Kau pasti sudah menderita selama ini ...." Meryalene merasa malang untuk Lily.

Canaria memeluk Lily, "Lily kita yang malang ...."

****

Lana berpisah dengan Aria saat mereka sampai di basement. Lana menuju mobilnya dan meninggalkan Aria tanpa kata. Sebenarnya Aria tidak membuat janji dengan Lana untuk pulang bersama, itu adalah kebohongan sepihak dari Lana.

Aria tahu Lana sedang menyelamatkannya dari situasi tadi, Lana selama ini sangat acuh pada semua hal, dia tidak suka berisik dan penyendiri. Namun dia elegan dan mempunyai wibawa untuk membuat orang lain takut padanya.

"Lana."

Lana yang sudah masuk ke dalam mobil, membuka kaca mobilnya ketika mendengar panggilan Aria. "Apa?"

"Yang tadi–"

"Aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya jengkel dengan kau yang terlalu bodoh. Lain kali aku tidak akan perduli." Lana menghidupkan mobilnya dan meninggalkan Aria.

Saat mobilnya pergi, Aria tertawa geli. Aria tidak pernah menduga jika satu dari dua anak kembar itu memiliki karakter seseorang Aria sukai. Aria ingin sekali bermain-main dengannya, tapi dia terus membuat Aria menyukainya.

"Lana~ Lana~" Aria tertawa kembali. Dia sepertinya benar-benar menyukai Lana.

****

Aria tiba di rumah pukul 22:00, dia membuat cokelat panas dan membawanya ke taman halaman depan. Malam ini dia melangkah satu langkah ke depan, dia pikir dia akan mulai melangkah saat di pesta sosial itu. Ah benar, pestanya besok malam. Di Dynasty.

Aria hampir tertawa terpingkal-pingkal ketika mengingat pesta yang akan dilaksanakan besok malam. Aria tidak sabar dengan apa yang terjadi besok. Atau mungkin dia harus menambah kemeriahan pestanya?

Aria tersenyum ketika mengingat teman Lily. Canaria namanya? Karena dia suka sekali dengan konflik maka Aria akan memberinya hadiah seperti itu untuknya. Aria mengambil ponselnya dan masuk ke grup chat teman-temannya, Laws.

Aria: [Malam yang menyenangkan, Cokelat panas cocok untuk menemani malam ini].

Dieter: [Aku akan buat Cokelat panas juga Aria].

Karel: [Aku juga].

Lucy: [Aku sedang konser :( aku juga mau Cokelat panas T_T].

Azazel: [Ada sesuatu yang menyenangkan malam ini?].

Aria: [Aku bertemu dengan para Kelinci.]

Azazel : [Mulai sekarang kamu akan pulang denganku].

Karel : [Dengan kita Azazel, Aria bukan milikmu sendiri. Bangs*at kau cumi-cumi.]

Azazel: [Mobilku ada AC].

Dieter: [...]

Karel: [...]

Lucy: [Aku juga ada AC!].

Aria: [Ada sesuatu yang menggangguku].

Aria: [Canaria Horatia].

Aria: [Nikmati cokelat panasmu, selamat malam.]

Aria pergi dari grub chat setelah mengirim pesan itu. Aria tidak melihat lebih lanjut pembicaraan mereka, karena setelah pembicaraan ini mereka akan membicarakan siasat. Aria tidak mau melihat siasat mereka karena dia suka kejutan ....

Saat Aria hendak keluar dari aplikasi chatting, satu pesan baru tiba-tiba datang.

Unknown: [Anak kecil].

Unknown: [Hey].

Siapa ini?

Nomor Aria tidak disebarkan dan hanya segelintir orang yang tahu. Jika orang ini bisa menghubunginya berarti dia mengenal Aria. Atau mungkin karena dia mengetahui semua informasi tentang Aria ....

Unknown: [Tahu tidak? Aku sedang cukur kumis, tidak pakai baju lagi. Yeay!].

Aria, "..." What?

Siapa sih orang gila ini??

Aria tadinya mau membalas pesannya dengan ramah dan bertanya dengan baik siapa dia. Namun, tangan Aria langsung pergi ke pengaturan ponsel untuk memblokir nomor itu saat satu pesan lagi muncul bersama dengan foto seseorang.

Unknown: [Anak kecil, ini aku. Ba!]

Picture Gif

Aria, "..."

Setting-Blokir.

****

Aria tiba di Dynasty, ada pemeriksaan identitas lebih dulu di sana untuk memastikan bahwa pengunjungnya cukup umur, setelah menunjukan undangan, Aria dibimbing menuju lantai tujuh yang sudah direservasi oleh tuan rumahnya. Hampir semua tamu undangan sudah datang, tidak hanya mahasiswa Berg yang memiliki latar belakang luar biasa, ada juga tamu undangan dari kalangan pebisnis muda yang terkenal atau dari orang-orang berlatar belakang tinggi dan tokoh publik yang terkenal seperti influencer atau artis Tok-tok. Bisa dibilang ini pesta sosial kelas atas untuk para lajang saja.

Di ruangan sudah tersedia meja-meja tamu dan di tengahnya dipakai untuk berdansa, konsep pesta ini adalah pesta formal. Pada lantai atas hanya ada beranda-beranda untuk tamu undangan yang ingin mencari udara segar atau untuk sekedar melihat pesta dari atas. Saat Aria sampai, para tamu sedang melihat pada seorang gadis cantik jelita yang memainkan piano di tengah ruangan, Lily.

Aria melihat para kelinci itu berada di sekitar piano memperhatikan Lily dari dekat, sementara dua temannya Canaria dan Meryalene tidak lepas berada di sisi Lily, mereka seperti dayang-dayangnya, padahal latar belakang mereka sangat tinggi.

Aria naik ke lantai atas untuk menyaksikan pertunjukan Lily dari atas, dia sengaja melewati area yang sepi agar tidak menarik perhatian, setelah sampai di lantai atas dia mundur sedikir di dekat gorden merah panjang agar sedikit tertutupi, wajahnya yang tersenyum senang membuat seseorang akan merasa segar melihatnya.

Seperti biasa, Lily bisa menarik perhatian dengan sangat mudah bahkan di pesta sosial besar seperti ini. Dari pada melihat pertunjukan piano yang begitu-begitu saja, sedikit drama picisan pasti akan sangat menyenangkan.

"Aria." Lucy memeluk Aria setelah berhasil menemukannya. Aria berada di tempat yang sepi dan agak gelap hingga seseorang tidak akan melihat mereka. Azazel, Karel dan Dieter ada di belakang Lucy dan berkumpul bersama Aria di sana. "Aria cantik sekali!" Lucy memperhatikan penampilan Aria yang memakai gaun putih tertutup sampai lutut, rambutnya ditata dengan elegan namun sederhana.

"Lucy, kamu juga sangat cantik." Aria tersenyum sambil melepaskan pelukan Lucy, Lucy memakai gaun hitam dan memperlihatkan pahanya, dia bilang kalau dia ada jadwal konser sebelum pergi kemari, sepertinya dia belum mengganti pakaiannya setelah konser. "Aku bosan, bagaimana kalau kau bermain piano di sana."

Lucy adalah aset Negara dengan tangan emasnya yang membanggakan, dia seorang pianis jenius dari latar belakang keluarga pemusik, jadwalnya padat dan untuk mengundangnya tampil memerlukan harga yang sangat tinggi. Seorang Lucy Van Aken secara sukarela mau bermain piano di pesta sosial ini? Betapa beruntungnya yang hadir.

"Aku akan mainkan lagu khusus untuk Ariaku~~ lihat aku baik-baik ya?" Lucy bermanja-manja memeluk leher Aria dan mencium kedua pipinya.

Karel memasang ekspresi seperti anjing mengonggong kala Lucy tidak kunjung juga pergi dari Aria. Lucy mengejek Karel menjulurkan lidahnya padanya, setelah tersenyum pamit pada Aria, sosok angkuh dan dinginnya kembali, dia sempat tersenyum pada ketiga temannya seolah pamer pada mereka karena Aria menginginkannya bermain Piano. Dia meninggalkan mereka dan berjalan ke lantai bawah.

Sosoknya langsung menarik perhatian semua orang apalagi saat dia berjalan ke tengah-tengah aula menuju ke tempat Lily yang sedang memainkan piano. Lily yang mendapati Lucy datang langsung berhenti main, dia tersenyum hangat dan berdiri mendatangi Lucy. "Hai Lucy! Aku penggemarmu, kamu mau memainkan Piano bersamaku? Meskipun aku tidak sebaik kamu tapi aku—"

"Aku tidak boleh main sendiri?" Lucy langsung menyelanya. Hiruk tamu pesta terdengar saat Lucy menawarkan diri untuk bermain piano sendiri, Lucy seolah adalah bintang tamu yang ditunggu kehadirannya. Dengan angkuh dia duduk di kursi piano, dia mendorong Lily sedang bahunya sedikit karena menghalangi jalannya, namun siapa yang bisa menganggap buruk kelakukan Lucy? Dia Lucy Van Aken, pertunjukan jari-jari emasnya sangat dinantikan.

Lucy memainkan nada-nada yang indah, membuat para tamu terpukau. Aria di lantai atas kesulitan menonton pertunjukan Lucy saat Karel dengan sengaja menghalangi penglihatan Aria seolah dia tidak mau Aria hanya memperhatikan Lucy saja.

"Kau tidak suka dia?" tanya Azazel menanyakan perihal Lily, Aria pasti punya alasan untuk membuat Lucy memainkan Piano, sekarang wajah Lily terlihat sedikit tidak suka, dia terlihat menahan kesal dan iri seolah tadi dia dipermalukan, pusat perhatian tadi adalah milik Lily! Namun, perasaan tidak senang itu langsung hilang saat Lily dihampiri oleh keempat kelinci yang mengajaknya mengobrol sambil menonton pertunjukan Lucy.

"Aku suka Lily, sangat suka." Aria tersenyum menatap Lily di bawah sana yang tertawa indah bersama dengan para Kelinci itu. "Aku akan bermain bersama dengannya karena aku sangat suka dia."

Mereka bertiga diam ketika mendengarkan jawaban Aria, mereka menatap Lily dengan pandangan gelap. Aria bilang dia suka Lily dan mau bermain-main dengannya, ada kemungkinan Lily akan merebut semua perhatian Aria dari mereka kalau dia sesuka itu dengan Lily. Mereka tidak suka Aria mereka direbut oleh orang lain, berbagi pertemanan dengan empat orang seperti ini saja sudah seperti toleransi paling besar mereka. Mereka juga tahu dengan jelas Aria mengatakan itu agar memiliki pikiran buruk tentang Lily, karena mereka tahu Aria sangat paham dengan rasa suka mereka padanya, jelas Aria tidak suka dengan Lily.

"Para kelinci itu, bermain-mainnya akan di mulai?" tanya Dieter. "Boleh aku bunuh mereka, Aria?"

"Dieter, Aria pernah bilang kalau kita bukan binatang. Kita tidak membunuh mereka, kita hanya memberi mereka pelajaran yang akan mereka hargai seumur hidup mereka." Karel kesal dengan Dieter yang selalu bertannya hal yang aneh-aneh pada Arianya.

"Turun," ucap Aria. Mereka semua melihat arah pandang Aria, Aria melihat ke Lucy yang sudah selesai bermain, tadinya dia dikerumuni orang banyak, namun semua orang menyingkir saat para kelinci mendatangi Lucy untuk sekedar menyapa dan memujinya. Walaupun orang lain tidak melihatnya, Aria dan teman-temannya bisa melihat Lucy yang gelisah dan sedikit panik ketika kelinci-kelinci itu mendekat. Lucy masih memiliki trauma ....

Dieter dan Karel turun lebih dulu, Azazel tetap di sisi Aria, namun Aria menyuruhnya pergi juga untuk menyusul Lucy, mereka harus terlihat alami membawa Lucy pergi, Azazel yang paling cakap jadi Aria menyuruh Azazel juga pergi. Aria pikir dia akan turun juga, dia hendak pergi juga ke lantai bawah, namun langkahnya terpaksa terhenti.

Seseorang memeluk pinggang Aria dari belakang dan menarik tubuh Aria mendekat padanya hingga Aria bisa merasakan suhu hangat dada bidang itu di punggung Aria, Aria merasakan rambut-rambut halus menggelitik telinganya dan nafas lembut menderu di lehernya. Belum selesai sampai di situ, kejutan berikutnya datang saat suara seseorang yang memeluknya itu terdengar halus di telinganya, setengah berbisik pada Aria. "Ketemu kau, anak kecil ...."

Suara familiar itu ....

"Paman Oom?"

****

Pesta perkumpulan sosial kelas atas di Amsterdam yang diutamakan untuk para lajang dari kalangan kelas atas, dan pebisnis terkenal sepertinya selalu mendapatkan undang-undang sejenis ini yang bertumpuk di mejanya. Namun selama ini dia tidak pernah menggubris undangan-undangan itu, lagi pula tempatnya jauh, di Netherland sana. Apalagi mereka yang mengirim undangan tidak berekspetasi orang seperti dia akan sempat hadir, namun tidak ada salahnya bukan mengirim undangan, siapa tahu mereka memenangkan lotre. Dan benar, dia datang.

Dia datang lebih awal untuk menghindari kerumunan, sekelompok Tuan rumah sudah memperhatikannya ketika dia muncul. Dia menghindari mereka dan naik ke lantai atas, jelas secara tidak langsung dai memberitahu kalau dia tidak ingin disapa atau dia akan pergi dari sini.

Dia tidak punya alasan datang ke pesta sosial seperti ini kalau bukan untuk anak kecil itu. Anak kecil itu mengabaikan pesannya dan sekarang nomornya malah di blokir!

Dia melihat anak kecil itu dari 8 tahun yang lalu dan mulai mengenal dan bicara dengannya sejak 3 tahun yang lalu. Sejak dia muncul dan seringkali terisak-isak di makam saudarinya, bersabar dan menahan diri cukup lama, dia tidak bisa diam lagi dan menegurnya. Awalnya dia sangat mengganggu ketenangannya namun setelah waktu berjalan, kehadirannya menjadi penting, rasanya tidak lengkap kalau hanya ada keheningan di makam itu tanpa anak kecil itu di sisinya. Kalau tidak ada dia dan cekcok setiap bertemu rasanya tidak lengkap.

Awalnya dia hanya kehadiran yang jadi kebiasaan, namun semakin lama hadirnya seperti apsen penting. Dia sangat menghibur, dia selalu bicara seperti orang dewasa, tanggapannya selalu berbeda dengan orang-orang kebanyakan, membuatnya semakin ingin menghabiskan waktu bersama dengannya selain di pemakaman itu, bersamanya di waktu-waktu yang lain.

Dia mulai mencari tahu tentang anak kecil itu, dia ternyata tidak sesederhana yang terlihat. Bersamanya anak kecil itu tidak pernah tersenyum dan hanya ada tangisan, namun di luar sana dia memiliki senyum memikat seolah tidak punya kesedihan dan air mata di wajahnya selama ini. Dia mahir menggunakan topengnya.

Setelah setengah jam dia menemukannya, anak kecil itu. Dia datang sendiri padanya, anak kecil itu menghindari kerumunan dengan berdiri di antara gorden-gorden panjang tanpa menyadari dia sudah ada di balik gorden itu lebih dulu.

Berbeda dengan senyumnya, dia bicara dengan teman-temannya dengan banyak maksud pada kalimatnya. Dia pintar bersilat lidah, dia licik secara alami. Dia benar-benar nakal dan harus disiplinkan ....

Saat teman-temannya pergi, dia mendatanginya mencegahnya untuk pergi. "Ketemu kau, anak kecil."

Dia langsung menjadi tegang dan terkejut, namun seketika ketenangannya hilang saat menyadari siapa yang menangkapnya.

"Paman Oom?"

Kings, "...."

'Bisa tidak kau konsisten sedikit? Paman atau Oom? Kenapa tidak sekalian saja kau panggil aku Tante.'

Kings Alenxader Uino menemukannya.

TBC

****

Mohon maaf untuk segala kekurangan, jangan lupa komentarnya, jaga kesehatan, tetap semangat dan semoga bahagia 🙏

May|2021|Themis|Conanfa

Continue Reading

You'll Also Like

419K 26.9K 31
Bia tidak menyangka jika hidupnya akan sekonyol ini. Masuk dunia novel dan menjadi laki-laki? Bia menghela napasnya kasar dengan menatap kearah bawa...
7.5K 967 53
Kepergiannya pada malam Halloween bersama Rodney Halard ke dalam rengkuhan hutan Cannock Chase mengantarkan Blyhte Alison pada sebuah fakta menakjubk...
43.7K 6.6K 52
[The Elemental Trilogy | Book 1] Pada dasarnya, orang-orang dengan zodiak aktif hanya mampu mengendalikan satu dari empat elemen klasik. Api, tanah...
121K 8.6K 29
[Amazing Cover By : MagicalLantern] [COMPLETED] [END] Menjadi keturunan terakhir sang ras terkuat bukanlah hal yang mudah! Bayangkan saja , kehidupan...