ARFAN [SUDAH TERBIT]

By septiynti

7M 632K 48.8K

[Sudah terbit & Part masih lengkap] ARFAN itu singkatan [Arka Fanya] 🎧🎧 Arka zaidan adhinata, adalah siswa... More

Prolog
Trailer ARFAN
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Akun IG
PENTING!
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
CAST
Chapter 53 [END]
Quotes
Extra Part
Sequel
SOON TERBIT?
JANGAN LUPA NABUNG
SIAP WAR?😱🔥
Kangen gaa?
Spoiler Novel
S2

Chapter 29

101K 10.5K 1.2K
By septiynti

~ARFAN~

Happy reading

Malam hari saat pukul 21.24. Setelah selesai makan malam dan bermain game sebentar, Arka langsung bersiap-siap untuk pergi keluar.

Fanya yang sedari tadi fokus menonton film di laptopnya, kini beralih menatap Arka. Ia bingung dan penasaran.

"Mau kemana?" celetuk Fanya bertanya. Mengurangi ego, mencoba untuk menyapa lelaki itu lebih dulu setelah beberapa jam ia tak menyapa Arka sama sekali.

Tanpa menjawab, Arka biarkan pertanyaan Fanya menggantung. Ia mulai melangkah mengambil kunci mobil, lalu pergi begitu saja.

Namun, belum sempat Arka keluar dari kamar, seketika langkahnya terhenti saat Fanya mencegatnya.

"Arka," panggil Fanya, berdiri, lalu melangkah menghampiri Arka. "Lo mau kemana?" tanyanya dengan raut wajah serius.

"Kepo!" ketus Arka singkat.

"Emang!" timpal Fanya, membuat Arka memutar bola mata malas.

Dengan menghela napas jengah, Arka kembali melanjutkan langkah kakinya. "Serah lo!" ketusnya.

Lagi dan lagi, Fanya mencoba menghalangi langkah Arka. Baru selangkah lelaki itu berjalan, tiba-tiba Fanya mencekal tangannya. "Jawab dulu. Lo mau kemana?" tanya Fanya menggenggam tangan Arka.

"Gue mau keluar!" jawab Arka melepaskan genggaman Fanya.

"Iya, mau keluar kemana?" tanya gadis itu lagi. Dia penasaran Arka ingin pergi kemana.

"Kepo banget sih! Ini bukan urusan lo!" timpal Arka. Kesal karena Fanya terus-terusan bertanya. "Udah sana, mending lo tidur atau main laptop kek. Terserah!"  lanjutnya, mendorong Fanya pelan agar menjauh darinya.

"Ih Arka! Jawab yang bener dulu!" Kesal Fanya, mengikuti langkah lelaki itu.

"Arka!"

"Arka!"

"Ih! Lo tuh budeg apa gimana sih?"
Panggil gadis itu tanpa henti membuntuti Arka. Namun sang empu masih tak menghiraukannya, dan tetap melanjutkan langkahnya.

"Oh, apa jangan-jangan lo mau main sama cewek, ya?" celetuk Fanya menebak-nebak, membuat Arka seketika menghentikan langkahnya secara tiba-tiba, hingga membuat Fanya menabrak punggung lelaki itu.

Bugh!

"Aduh," lirih Fanya memegangi jidadnya setelah menghantam punggung lelaki yang berada di depannya.

"Lo bilang apa tadi?" tanya Arka berbalik menatap Fanya.

"Aduh," jawab Fanya dengan polos. Mendongak, saling bertatapan.

"Ck! Bukan yang itu, tapi yang sebelumnya!" Arka berdecak kesal. Meminta Fanya mengulangi ucapannya.

"Oh, itu... Gue tadi bilang, lo mau main sama cewek, ya?" jawab Fanya mengulangi perkataan sebelumnya.

Smirk terukir di wajah Arka. Ia menaikan sebelah alisnya dan sedikit menunduk untuk melihat lebih jelas wajah Fanya. "Ka-" Arka hendak menjawab, namun Fanya lebih dulu memotongnya.

"Kalau emang bener, lo jujur aja. Nggak apa-apa kok," potong Fanya, mengalihkan pandangannya dari mata Arka.

Arka mengangguk. Masih tersenyum. Ia mengangkat dagu Fanya agar gadis itu kembali menatap wajahnya. "Iya, emangnya kenapa?" jawabnya berbohong.

Deg.

Jawaban Arka cukup membuat Fanya kaget. "Oh... Ya nggak apa-apa sih," jawabnya mengangguk-angguk pelan.

"Oke. Yaudah, kalau gitu gue keluar dulu, lo tidur gih sana," pamit Arka tersenyum miring.

"Y-yaudah, sana!" timpal Fanya dengan sedikit kesal, entah itu karena cemburu atau bukan. "Tapi ingat! Lo harus pulang sebelum lewat jam 10 malam!" tegasnya pada Arka, lalu ia berbalik, dan berjalan dengan menghentakan kakinya menuju kamar.

"Iya kalau gue ingat! Kalau nggak ya mungkin besok pagi gue baru pulang!" jawab Arka berteriak, sembari tertawa renyah.

Fanya yang tadinya hendak masuk ke kamar, menghentikan langkah dan berbalik menatap Arka yang sedang menuruni anak tangga. "NGGAK BOLEH! Pokoknya sebelum jam 10 malam, lo harus udah pulang! Kalau nggak, gue aduin lo sama Mami!" timpalnya mengancam Arka.

"Bodo amat!" sahut Arka dari lantai bawah. Lalu ia pergi begitu saja.

"ARKA!!" teriak Fanya kesal. Namun Arka tak mengubrisnya dan memilih menutup telinga agar tidak mendengar ocehan Fanya.

***

Setibanya Arka di taman, nampak Megi sudah berada di taman bersama teman-temannya.

"Sorry, Bro. Baru dateng," ucap Arka, tos ala-ala anak muda dengan Megi dan teman-temannya.

"Santai. Nggak apa-apa. Yaudah yuk kita berangkat sekarang," jawab Megi, langsung mengajak mereka semua untuk pergi sekarang.

"Yok," sahut mereka semua, mengangguk, lalu pergi meninggalkan taman menuju club malam yang biasa Megi datangi.

***

Sesampainya di club, nampak senyum bahagia yang terpancar di wajah Arka. Karena ini lah dunianya, dunia dimana ia bisa tertawa puas melepas segala masalah tanpa memikirkan beban apapun.

"Yok, kita masuk," ajak Megi pada mereka semua.

Saat di dalam club, Megi menyarankan pada Arka untuk menampilkan keahliannya dalam bermain DJ untuk malam ini saja.

"Arka, lo coba gih main DJ. Gue penasaran, pengen liat lo main DJ" ucap Megi pada Arka.

"Jangan dulu lah, Gi. Gue, kan baru main ke sini, masa iya langsung main DJ. Nggak enak sama resident DJ nya" sahut Arka menolak ucapan Megi.

"Yaelah, nggak usah ngerasa nggak enak. Resident DJ nya itu temen gue sendiri. Jadi lo tenang aja, oke? Gue panggilin, ya?" ujar Megi membujuk Arka untuk bermain DJ. Ralat, lebih tepatnya memaksa Arka untuk bermain DJ.

Melihat Megi yang tampak memaksa, Arka hanya diam saja, membiarkan lelaki itu memanggil Resident DJ di club itu.

"Bang Varo!" teriak Megi menghampiri salah seorang lelaki yang mengenakan headphones.

"Ya?" sahut Varo - teman Megi, saat hendak naik dan memainkan pioneer.

"Sorry nih Bang sebelumnya. Boleh nggak Bang malam ini yang main DJ temen gue? Soalnya gue bawa temen baru yang jago main DJ," ucap Megi pada bang Varo. "Dari USA," lanjutnya berbisik. Tersenyum. Membanggakan Arka.

"Oh ya? Mana?" tanya Varo penasaran.

"Itu orangnya," jawab Megi menunjukan Arka.

Tatapan Varo langsung tertuju pada Arka saat ini. "DJ AR," gumamnya saat melihat Arka.

"Yoi. DJ AR. Boleh nggak, Bang?" tanya Megi lagi.

Ia tidak heran jika Varo mengenali Arka, karena Arka cukup terkenal dalam dunia per DJ an.

"Serius lo?" sahut Varo menatap Megi. Tak percaya bahwa Arka yang ia lihat saat ini.

"Iya, Bang. Serius gue."

"Gas. Ikut gue. Gue bilang Bos," ucap Varo. Menyetujui Arka bermain DJ dan memberitahu Bos terlebih dahulu.

Waktu semakin larut. Terlihat Arka mulai melepas semua beban pikiran dan berbaur bebas dengan suasana dalam club. Tak sulit baginya meng-akrabkan diri dengan orang-orang baru yang berada di club, karena ia sudah terbiasa saat ia masih di luar negeri.

Dengan lihai jari jemari Arka memainkan pioneer, membuat musik yang asik untuk di dengar.

Nampak dari wajahnya, lelaki itu sangat menikmati musik yang ia mainkan.

Disisi lain Fanya yang berada di rumah, sedang duduk di ruang tamu sembari menatap ke arah pintu dan jam dinding, secara bergantian.

"Arka kemana sih?" gumam Fanya melihat jam dinding yang telah menunjukan pukul 23.42. "Udah lewat dari jam 10 belum pulang juga," lanjutnya. Berdiri melihat ke arah pintu, berharap Arka segera pulang.

"Awas aja tuh anak kalau sampai macem-macem sama cewek lain," gerutunya sembari memilan jari-jari tangannya, kesal.

Entah kenapa malam ini Fanya sangat merasa kesal dengan Arka, setelah lelaki itu mengakui bahwa dirinya akan bertemu dengan seorang gadis.

Lama masih tak ada tanda-tanda kepulangan Arka, Fanya berdecak kesal. "Ck! Dah lah, serah Arka mau pulang atau nggak. Bodo amat!" gerutunya sebab Arka tak kunjung pulang.

Dengan muka yang ditekuk bak singa lapar, Fanya memilih masuk ke dalam kamar. Ingin tidur karena ia sudah mengantuk.

Kini waktu telah menunjukan pukul 01.39, nampak Fanya sudah tertidur pulas di atas tempat tidur, tanpa ada Arka di sampingnya.

Ceklek.

Suara pintu kamar terbuka, menampakkan laki-laki berpostur badan tinggi, dengan jalan sempoyongan seperti orang mabuk, membuka pintu kamar.

Perlahan ia berjalan sempoyongan menuju tempat tidur.

Bruk!

Suara yang ditimbulkan saat ia membaringkan tubuhnya di samping Fanya, tanpa melepas sepatunya terlebih dahulu.

"Hai, istriku," ucap Arka memandangi Fanya yang tengah tertidur pulas di sampingnya.

"Cantik banget sih," lanjutnya membelai wajah Fanya. Dengan perlahan ia mendekati Fanya dan memeluk erat tubuh sang istri. Namun saat Arka memeluk Fanya, tiba-tiba sang empu terbangun dari tidurnya, sebab merasakan sentuhan yang melingkar di pinggang rampingnya.

"Eumm... Arka?" ucap Fanya kaget saat melihat Arka sudah pulang dan memeluk dirinya.

Sontak Fanya langsung beranjak dari tidurnya. Ia duduk, melepaskan pelukan Arka.

"Eh, Sayang. Udah bangun?" tanya Arka melihat wajah Fanya, hendak mengelusnya.

Fanya langsung menepis tangan Arka, lalu menyergit heran saat Arka memanggilnya sayang. "Ih! Lo apa-apaan sih? Minggir sana!" ketus gadis itu mendorong tubuh Arka agar menjauh darinya.

"Kenapa? Kan, gue suami lo," tanya Arka saat Fanya mendorongnya.

Fanya semakin dibuat bingung, namun iya coba menebak kenapa Arka bisa seperti ini. "Lo kenapa sih, Ka?" tanyanya heran melihat tingkah dan cara bicara Arka yang berbeda. "Jangan-jangan lo abis mabok, ya?" lanjutnya menebak-nebak. Mencium aroma alkohol dari baju dan tubuh Arka.

"Gue nggak mabok, Sayang. Cuma tadi minum dikit, dikit banget," sahut lelaki. Menunjukan seberapa dikitnya ia meminum alkohol.

"Sama aja, Arka!" timpal Fanya.

Arka menggeleng cepet. "Beda, Sayang," ucapnya membelai pipi Fanya.

"Ish! Apaan sih sayang-sayang! Jijik tau nggak!" timpal Fanya menepis tangan Arka yang berada di pipinya.

Seketika tatapan sang empu berubah saat mendengar kata jijik keluar dari mulut Fanya.

"Lo bilang apa tadi? Jijik? Lo jijik sama suami kamu sendiri? IYA?" bentak lelaki itu menatap tajam dan perlahan mendekati Fanya.

Fanya menelan salivanya susah saat Arka mendekati dirinya dengan melemparkan tatapan tajam. "Ng-gak, bukan gitu maksud gue," jawab Fanya merasa takut dengan tatapan dan tingkah Arka yang aneh.

Perlahan gadis itu mundur, berdiri, menjauh dari Arka yang sedari tadi mendekatinya.

Baru kali ini Fanya benar-benar merasa takut pada Arka.

"Kenapa mundur-mundur? Takut? Kok sama suami sendiri takut sih?" tanya Arka tersenyum miring, membuat Fanya semakin takut dengan lelaki itu.

Yey up lagi🙌

See you next chapter
👋👋

Follow akun
septiynti

 

Follow IG kami yuk, supaya tau gimana keseharian ARFAN FAMS👇🧚‍♀️
@silvixpy
@vistorywp
@arkazaidanad
@zfnyaiza
@vn_rfld

Continue Reading

You'll Also Like

56M 1.6M 47
When Franny learns why former popular boy Tyler fell from grace, she gets thrown head-first into his dangerous world but also closer to his timid hea...
196M 4.6M 100
[COMPLETE][EDITING] Ace Hernandez, the Mafia King, known as the Devil. Sofia Diaz, known as an angel. The two are arranged to be married, forced by...
1.7M 17.6K 3
*Wattys 2018 Winner / Hidden Gems* CREATE YOUR OWN MR. RIGHT Weeks before Valentine's, seventeen-year-old Kate Lapuz goes through her first ever br...