Follow dulu, Biar kalian bisa baca cerita ini!
Jangan lupa vote dan komen disetiap baris yaww!
26. Es-mosi
"Monela selamat ya!"
"Monela jangan lupa undang aku ya!"
"Monela nikahnya dimana?"
"Eh eh Monela, kamu emangnya udah tunangan?"
"Monela aku tunggu undangannya ya!"
Monela menyergit bingung, ketika baru masuk kelas, semua teman-temannya langsung mengerubungi tubuhnya sambil bersalaman dan mengucapkan kata-kata aneh yang berhubungan dengan pernikahan.
Emang sapa yang mau nikah bambangg?!
"Maksut e apa seh?!" Monela memekik bingung, menghentikan barisan panjang teman-temannya yang seolah sedang mengantre sembako. Panjang, kek rel sepur.
"Monela mau nikah kan?" Vita, salah satu anggota Lambe kampus sudah menyiapkan ponsel untuk merekam segala ucapan Monela, dengan sebuah note kecil yang Monela tebak berisi daftar pertanyaan.
"Sapa yang mau nikah?!" Monela memekik.
"Monela!!" Jawab mereka serempak.
"Sama siapa?" Tanya Monela heran, menatap semua.
"Pak Bastian!!" Mereka berujar bersamaan.
Alis Monela sontak menyatu, ia sungguh terjejut dengan berita hoax ini. "Kata siapa?!"
Telunjuk mereka sontak mengarah kepada Abi yang sudah bersembunyi dibawaah meja, dengan tas yang menutupi wajahnya. "Abi!!"
"Abira Kayana!!!" Geram Monela.
🌻🌻🌻
BRAKK!!
Bastian yang sedang mengetik pun sampai berjingkat terkejut. Ditatapanya dosen perempuan cantik yang menatapnya tak terima, di depan pintu, dengan mata menajam.
"Bu Rani?" Panggil Bastian bingung.
BRAKK!!
Rani menutup pintu ruangan Bastian dengan kencang pula. Ia menatap sengit Bastian.
"Bas, sejak kapan kau mau menikah?!" Pekik Rani kencang.
"Maaf? Maksut Bu Rani?" Bastian masih berujar formal. Mengingat, ini masih di dalam kampus.
"Kamu mau menikahi gadis ingusan itu bukan?!" Pekik Rani kencang.
"Bocah ingusan?" Alis bastsian menyergit.
"Mo-ne-la!" Rani memperjelasnya.
Bastian melotot tak terima, ketika Monela dikata bocah ingusan. Monela sudah bukan bocah ingusan lagi. Dia seorang gadis hebat yang memiliki paras cantik dengan tubuh seks—
Bukan waktunya, Bastian...
"Kalo yang Bu Rani maksut Monela calon istri saya, lebih baik Bu Rani keluar, sebelum saya marah." Tegas Bastian, mulai menatap sengit Rani.
Tak gentar, Rani berjalan menuju arah Bastian. Ia menundukan tubuhnya tepat di hadapan bastian, dibatasi oleh meja kerja Bastian.
"Lalu bagaimana dengan aku!" Rani memekik frustasi.
"Aku sudah menunggu mu sejak kuliah Bastian! Aku mencintaimu! Mencintaimuuuu!! Mengertilah!!" Rani histeris.
Ia langsung berjalan menuju Bastian dan menarik tengkuk Bastian dengan gerakan kilat, hingga berakhir menempelkan bibirnya pada bibir Bastian yang masih terdiam. Shock.
Untuk pertama kalinya, dia berciuman dengan perempuan lain, selain Monela.
"Pak bas—"
Monela yang sedang membuka pintu sontak mematung, ketika melihat Bastian berciuman dengan seorang wanita dengan rok yang terangkat sampai paha, akibat membungkuk.
Monela pun segera masuk dan menutup pintu ruangan hingga berdebum, ia berkacak pinggang. "Pak Bastian!!!"
Kedua manusia itu terkejut, dan saling melepaskan diri, Monela semakin bersungut marah, ketika melihat Bu Rani adalah wanita yang berani menodai bibir bastsian. Bibir Bastian kan jadi ternodai! Harusnya hanya Monela yang boleh kecup-kecup manjahhh bonus lumat-lumat!
"Monela, ini tid—"
"Diam!" Monela menunjuk Bastian yang langsung bangkit, berusaha menjelaskan kepada Monela yang terlihat menahan amarah.
"Bu Rani!" Monela menatap Rani sengit. Pun Rani yang juga menatapnya sama sengitnya.
"Masih punya muka? Menggoda calon suami orang? Bagaimana kalo berita ini saya sebarkan ke publik?" Monela menatap sinis Rani yang ternyata langsung melotot.
🌻🌻🌻
"Monela," Bastian merayuk lengan terbuka Monela yang terus menghindarinya. Sejak Rani keluar dari ruangannya dengan wajah merah padam akibat ancaman Monela yang terlihat tak main-main, Monela terus diam tak bersuara.
"Cantik," suara bass Bastian yang lembut pun tak kunjung meluluhkan hati Monela yang batu.
"Sayang.." Bastian mencoba merujuk Monela lagi.
"Panggil sayang si dosen centil itu sana!" Monela menyindir, lalu menghempaskan tangan Bastian yang menyentuh lengannya.
Bastian menghela nafas pelan. Sabar... cewek emang mau benernya doang.. Jadi sabar ya...
"Dia yang cium aku dulu," bela Bastian, untuk dirinya sendiri.
Monela menghadap Bastian, menatap tajam pria itu.
"Ngehindar kan bisa tho!!" Sarkasnya.
"Gak sempet Monela.. Pas mau ngehindar kamu malah masuk." Lagi, Bastian membela dirinya sendiri.
"Terus aja! Terus bela si onoh!" Monela bersiap bangkit, namun Bastian segera memeluk tubuhnya dari belakang.
"Maaf, nggak diulangi lagi.." Bastian berujar lirih.
Monela menghempaskan tangan Bastian yang melilit di pinggangnya. "Oh iya, Monel lupa. Monel kan, bukan siapa-siapanya bapak. Cuman Ma-ha-sis-wa!" Sarkas Monela, dan kemudian berjalan keluar ruangan Bastian tak memperdulikan panggilan Bastian.
🌻🌻🌻
"Halo Ira," Lyn yang sedang melakukan ritual nge-teh sore hari itu menelepon bunda dari Bastian.
"Halo Lyn, ada apa?" Bunda Bastian menyahut suara Lyn, mami Monela— dari sebrang telepon.
"Rencana kita berhasil loh! Aduh, aku gak sabar nimang cucu Iki!" Lyn memekik senang.
Ira terkekeh di sebrang sana. "Aku malah khawatir bubur kacang Ijo adonan Babas keburu mateng, Lyn!" Kekehnya, membuat Lyn tertawa.
"Btw anyway, anjing yang aku suruh anak buah ku nyasarin di taman kompleks juga dirawat baik sama mereka loh, Ra! Pokoke wes mantep jadi orang tua mereka tuh!" Lyn berujar gemas.
"Sabar Lyn, aku mungkin minggu depan baru balik ke rumah.. Kamu kapan?" Ira bertanya.
"Hmmm, disamain aja ya, tar langsung lamaran sekalian Pye? Heheh!" Kekeh Lyn, membuat Ira menggeleng, menghadapi tingkah aneh bin ajaib sahabatnya satu itu.
🌻🌻🌻
"Dibeli dibeli dibeli! Cangcimen cangcimen cangcimen! Krim pemutih kulit, ada! Obat anti bau ketek juga ada!" Suara toa Abi siang ini benar-benar membuat seisi kampus menghela nafas.
Bosen, tiap hari denger suara Abi yang melengking menawarkan dagangannya.
"Mas, mbak, dibeli yok! Ramuan anti putusnya!" Abi nyengir ke arah pasang muda-mudi yang pacaran di bangku kampus.
Nah, kurang aneh apa lagi noh si Abi?
"Mbak, mau obat pengecil jerawat? Saya terawang-terserang kok kayaknya mbaknya mau jerawatan ya?" Abi ganti menjajakan dagangannya ke sekelompok wanita yang bergerumbul.
Maklum, otak Abi mulai sengklek...
Abi menengok kan kepalanya, ketika menatap monela keluar dari ruangan Bastian dengan wajah memerah.
Ia segera memasukan barang dagangannya dan berlari menghampiri gadis itu. "Cece!" Abi berteriak.
Monela menoleh ke belakang. Melihat Abi yang menghampirinya, ia langsung terdiam sambil menghentak-hentakan kakinya di lantai dengan gemas.
"Aaabbiiii!!!" Rengek Monela, seraya memeluk Abi kuat, membuat Abi kecepit di tubuh Monela.
"Aduh Ce, Abi penyet Ce..." lirih Abi dengan tangan yang masih memegang tas jinjingnya.
🌻🌻🌻
Enaknya Abas diapain ya?! eh Babas maksutnya!
Yang belum vote Yuk vote dari awal!
Konflik dikit lah, biar greget...
Mau endignya gimana nih?
Abilike 🐥