Happy reading.
"Jangan terlalu berharap pada seseorang, karena ketika dia tak mampu memenuhi harapanmu, kekecewaan akan hiasi harimu."
-Keyzia.
.
.
.
.
.
Zia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Hatinya sakit, hanya dengan hal sepele yang ia lihat tadi.
Saat Zia sedang meratapi nasib cintanya yang seperti itu-itu saja selalu saja hatinya sakit. Tiba-tiba ada yang aneh dengan mobilnya seperti tidak biasa dan benar saja mobilnya langsung berhenti sendiri.
Zia mendengus kesal ia turun dari mobilnya melihat apa yang terjadi dengan mobilnya.
"Ihhh mobil doang merk bagus tapi ngerasain mogok juga sebel ihhh," gerutu Zia.
"Masa udah gerah hati, harus gerah pikiran karena mikirin mobil sih, gini amat nasib Zia."
Mau tak mau Zia menghubungi Elard untuk meminta bantuan nya. Zia sudah memanggil Elard sebanyak 10 kali lebih tapi tak mendapat jawaban darinya.
"Eh neng cantik," sapa seorang laki-laki berpenampilan seperti preman yang membuat Zia terkejut.
"Kalian siapa?" Tanya Zia kepada 5 orang laki-laki yang kini mengepungnya.
"Serahin semua harta kamu kalau kamu mau selamat!" Ucap salah satu preman.
"Nggak mau, ini punya mama sama papa katanya buat Zia bukan buat kalian jadi jangan ambil," ucap Zia.
"Oh jadi kamu mau mati?" Tanya preman itu dengan mengangkat pisau di tangannya.
"Zia belum nikah sama kak El, Zia belum mau mati, aaaaaa," ucap Zia takut.
"Hahahaha," terdengar tawaan dari preman itu.
"Cepet sini kasih harta kamu!" Preman itu berucap mendekat ke arah Zia dengan menodongkan pisau di tangan kirinya.
Bugh.
Seorang laki-laki menendang punggung preman itu keras sampai preman itu terjungkal ke aspal.
"A-alex," ucap Zia bergetar.
"Lo nggak papa kan?" Tanya Alex kepada Zia dan di jawab anggukan oleh Zia.
"Lo pergi, biar gue yang lawan mereka," ucap Alex.
"Kita kabur aja Lex, mereka bawa senjata tajam aku nggak mau nanti kamu kena senjata itu," ucap Zia yang kini menarik tangan Alex.
"Lo ngeremehin gue? Gue nggak se pengecut itu Zi," ucap Alex melepas tangan Zia.
"Sekarang lo minggir," ucap Alex sembari mendorong bahu Zia pelan.
Akhirnya terjadi pertarungan, saling tonjok, saling tendang, saling pukul. Preman itu kalah dari Alex dan langsung melarikan diri. Alex mendekat ke arah Zia.
"Kamu nggak papa kan?" Tanya Zia khawatir.
"Khawatir banget gue kenapa-napa." Senyum jahil itu terukir di wajah Alex.
"Zia cuma nanya," ucap Zia.
"Eh kamu memar gitu, sini aku obatin dulu," Zia menarik Alex ke tempat duduk yang tak jauh dari jalan.
"Lo mau ngapain?" Tanya Alex saat mereka sampai di tempat duduk itu.
"Zia mau obatin Alex," ucap Zia yang langsung mengambil obat p3k dari dalam tasnya dan mengobati Alex dengan telaten sampai selesai.
"Lo selalu bawa alat itu?" Tanya Alex menunjuk kotak p3k.
"Iya, ukurannya kecil dan mudah dibawa, nanti kalau ada yang sakit kan bisa langsung Zia obatin," jawab Zia dengan senyumannya.
"Mau jadi dokter?" Tanya Alex.
"Enggak, Zia mau jadi dokter suami Zia aja nanti ngerawat dia," jawab Zia.
"Gue mau jadi suami lo Zi," ucap Alex tanpa sadar.
"Hah, Alex tadi bicara apa?" Tanya Zia budek.
"Eh enggak, pulang yuk." Alex mengalihkan pembicaraan.
"Ayok," ucap Zia.
Mereka menuju kendaraan mereka masing-masing.
"Lo tadi kenapa turun, lo lebih aman kalo di dalam mobil," ucap Alex.
"Mobil Zia mogok, tadi Zia cuma mau liat," balas Zia.
"Oh mobil lo mogok?" Tanya Alex.
"Iya, kan tadi Zia bilang kalau mobilnya mogok kok balik nanya," ucap Zia.
"Iya-iya gue refleks nanyanya." Alex menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia selalu salah tingkah di depan Zia.
"Gue anterin lo pulang, nanti biar anak buah gue yang urus mobil lo," ucap Alex.
"Yah jadi ngrepotin Alex dong?" Tanya Zia.
"Gue nggak ngerasa di repotin Zi," ucap Alex.
Alex langsung menaiki motornya. "Lo ngapain masih di situ Zia?" Tanya Alex. Melihat Zia yang masih berdiri di tempatnya tadi.
Zia berlari kecil mendekat ke arah motor Alex dan menaikinya. Alex menstater motornya dan melajukannya dengan kecepatan sedang.
"Lo nanti ada acara?" Tanya Alex memecah keheningan.
"Emm enggak ada, emangnya kenapa?" Tanya Zia.
"Nanti pergi sama gue? Tenang bakal gue jemput kok kalau perlu gue yang minta izin dulu sama kedua orang tua lo," ajak Alex.
"Hah?" Tanya Zia bingung.
"Lo nggak mau ya?" Tanya Alex. Zia tidak merasa enak hati untuk menolaknya karena Alex sudah menolongnya.
"Siapa bilang, Zia mau kok," ucap Zia.
"Oke nanti gue jemput," ucap Alex.
"Emangnya mau kemana?" Tanya Zia.
"Nanti lo juga tau sendiri," ucap Alex.
Tak lama kemudian mereka sampai di depan rumah Zia.
"Makasih Alex."
"Iya sama-sama, jangan lupa nanti gue jemput," ucap Alex.
"Iya."
"Gue pergi dulu," ujar Alex kemudian menstater motornya dan melajukannya.
"Dadah Alex," ucap Zia. Zia melihat motor Alex yang semakin menghilang sampai motornya menghilang karena berbelok tikungan.
Zia memasuki rumahnya dengan santai.
"Mobil lo mana?" Tanya Elard saat Zia memasuki rumah.
"Mobil Zia mogok," ucap Zia singkat.
"Lo kan bisa telepon gue, kenapa harus minta antar dia?" Tanya Elard dingin.
"Zia udah telepon kak El 10 kali tapi nggak ada respon sedikit pun, udah baik tadi ada yang mau nolongin Zia dari preman," ucap Zia jutek.
"Lo kan bisa naik taxi, nggak numpang dia juga," ketus Elard.
"Ya terserah Zia lah kak, mau naik taxi, angkot, bus, motor itu kan urusan Zia, kenapa ka El ikut campur," ketus Zia.
"Karena gue tunangan lo," ucap Elard.
"Tadi kak El juga nganterin kak Rissa, ngebonceng kak Rissa, Zia nggak ada tuh larang-larang," ujar Zia.
"Itu urusan gue bukan urusan lo, nggak usah ikut campur."
"Karena aku tunangan kak El," Ucap Zia.
"Males ah bicara sama kak El, selalu belain kak Rissa, bikin gerah hati mending Zia ke kamar aja," ucap Zia yang langsung menuju kamarnya masa bodoh Elard yang selalu meneriaki namanya.
***
Zia menuruni tangga dia sudah siap untuk pergi dengan Alex, dia buru-buru karena Alex sudah menunggunya di depan rumahnya.
"Lo mau kemana?" Tanya Elard tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
Zia yang semula berjalan kemudian berhenti melihat Elard. "Bukan urusan kak El, Zia mau kemana," ucap Zia sewot.
"Lo masih menjadi tanggung jawab gue Zia, selagi gue masih tunangan lo gue berhak tau kemana pun lo pergi," ucap Elard.
"Setiap kak El pergi, nggak pernah tuh izin dulu ke Zia, apa perlu Zia saat ini juga berhak untuk izin?" Ucap Zia yang membuat Elard tersindir.
"Gue cuma menjalankan amanah dari ayah sama bunda," ucap Elard.
"Nggak usah bawa-bawa ayah sama bunda kak, tadi pas Zia butuh kak El kemana? Lebih mentingin kak Rissa kan?"
"Zia pergi dulu, temen Zia udah nungguin," ucap Zia yang langsung ngacir ke luar.
"Dia orang yang nggak baik Zi," peringatan Elard tapi tak mendapat jawaban dari Zia karena Zia sudah di luar.
Elard tau siapa orang yang selama ini mengantar Zia pulang dia adalah Alex. Dia tidak bodoh jaket yang mencolok dengan tulisan Argasa itulah yang menjadi ciri khasnya dan bertuliskan leader.
Elard tau Alex bukanlah orang baik-baik.
***
"Alex nungguin lama ya?" Tanya Zia saat sampai di depan Alex.
"Nggak kok, santai aja lo di izinin kan?" Tanya Alex.
"Iya, Zia di izinin kok," bohong Zia.
Zia memakai helm dan naik motor Alex. Motor yang membawa Zia berjalan dengan kecepatan standar.
Sampai motor mereka berhenti di depan sebuah kafe.
"Mau ajak Zia ke sini?" Tanya Zia dan di jawab anggukan oleh Alex.
"Ayo masuk." Ajak Alex yang tanpa aba-aba menggandeng tangan Zia tapi langsung di tepis oleh Zia.
"Oh sorry gue reflek," ucap Alex.
"Iya nggak papa kok."
Alex mengajak Zia ke sebuah ruangan kafe yang besar, indah, dan terdekorasi dengan banyaknya bunga-bunga. Digelarnya karpet merah yang semua ini membuat Zia bingung.
"Silakan duduk tuan putri," ucap Alex mempersilakan Zia duduk di kursi. Zia duduk dan melihat sekeliling.
"Maksudnya ini apa Alex?" Tanya Zia bingung.
"Lo suka?" Tanya Alex.
"Suka," jawab Zia.
"Ini semua gue persiapin buat lo Zi," ucap Alex.
"Buat zia?" Tanya Zia dengan menunjuk dirinya dan dijawab anggukan oleh Alex.
Para waiters datang membawa makanan dan minuman yang sudah di Alex pesan.
"Alex nyewa semua ini cuma untuk Zia?" Tanya Zia.
"Ini kafe gue, jadi santai," ucap Alex.
"Tapi tetep aja, kenapa mewah banget."
"Nggak papa buat lo," ucap Alex.
"Gue sama mau bilang sesuatu ke lo Zi," Alex berkata serius dengan tatapan intens kepada Zia.
"Apa?" Tanya Zia.
Tiba-tiba Alex berdiri dan berjongkok di depan Zia, membawa satu tangkai bunga mawar.
"Eh Alex jangan sujud di kaki Zia gitu," ucap Zia tak enak. Masih aja bilangnya tidak aesthetic.
"Zi lo udah ngebuat gue ngrasain apa yang namanya jatuh cinta, apa indahnya jatuh cinta, dan betapa senangnya jatuh cinta, gue suka sama lo sejak pertama kita bertemu dan gue ingin lo jadi pacar gue," ucap Alex.
Zia menarik tubuh Alex untuk berdiri dia tidak enak hati jika di perlakukan seperti itu.
Alex mendekat ke arah Zia, Zia pun mundur sampai punggung Zia berbentur dengan tembok jarak antara Zia dengan Alex sangatlah dekat. "Jadi apa jawaban lo?" Tanya Alex.
"Zia---" Ucap Zia yang langsung di potong oleh suara pukulan yang memukul punggung Alex dengan keras.
^^^^^
ANNYEONGHASEYO SEMUA 👋
NEXT PART? SPAM KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA
GIMANA KABARNYA??? BAIKKAN???
MAU BILANG APA KE ELARD?
MAU BILANG APA KE ZIA ?
MAU BILANG APA KE AUTHOR?
JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK YA DENGAN CARA VOTE DAN KOMEN
MAKASIH YANG UDAH MAU BACA PLUS VOMMENTNYA^^
KALAU ADA YANG TYPO TANDAIN YA NANTI BAKAL AKU BENERIN
AKU KASIH LOVE BIRU NIHH💙
SALAM HANGAT DARI AKU
LISTARATNA❤
____