Sunghoon tengah berdiri didepan sebuah pintu kamar milik sang Elder. Sedikit menghela nafas beratnya Sunghoon pun menggerakkan jemarinya untuk memberikan ketukan didaun pintu tersebut. Tak lama kemudian terdengar sebuah sahutan dari dalam sana.
"Masuklah, Ben!".
Dengan agak ragu, si pemuda Halfgod itupun lantas mendorong pintu hingga terbuka cukup lebar. Begitu pintu itu terbuka hal pertama yang ia dapati adalah suasana kamar yang bernuansa merah keemasan serta ditemani beberapa lilin yang sengaja dinyalakan hingga membuat pecahayaan agak temaram. Entah apa maksudnya tapi yang jelas sebelum Sunghoon datang menemuinya, Ren sempat meminta beberapa pelayannya untuk mendekor kamar pribadinya secara khusus.
" Kemarilah.. Aku sudah cukup lama menunggumu". Ujar pemuda bersurai violet itu dalam balutan kain satin berwarna merah yang menjuntai hingga mencium lantai.
Sunghoon sedikit mengeryit melihat penampilan pemuda itu yang tampak begitu berbeda malam ini.
Seolah perintahnya adalah sebuah kemuthlakan yang tak bisa untuk dibantah. Lantas setelahnya Sunghoonpun membawa kedua langkah kakinya menghampiri sosok pemuda bersurai violet itu yang tengah terduduk manis diatas tempat tidurnya dan tengah menantinya.
"Ambilah". Ujar Ren sembari menuangkan anggur merah pada sebuah gelas kecil lantas menyodorkannya kehadapan si pemuda Park tersebut.
Sunghoon tak segera menerimanya. Tentu saja sedikitnya ia menyimpan rasa curiga. "Aku tidak minum, hyung".
Bisa ia lihat setelahnya sang Elder yang mencebikkan bibirnya dengan kesal. "Oh ayolah Park Sunghoon! Kau menolakku secara terang-terangan. Apa kau lupa pada kesepakatan kita sebelumnya bahwa kau akan mengabulkan apapun keinginanku hm?".
'Sial'. Rutuk Sunghoon dalam hati.
Pemuda Halfgod itu sedikitnya merasa menyesal karena kesepakatan yang dibuatnya itu seolah menjebaknya untuk larut dalam permainan licik milik Ren.
Sunghoon menghela nafasnya lantas menerima minuman tersebut. Yang tentu saja hal itu membuat Ren mengulum bibirnya. Ia tersenyum senang.
"Kau tenang saja, aku tidak memasukkan racun apapun kedalam minuman itu. Jadi.. Minumlah". Ucap sang Elder sembari meneguk minumannya. Namun ekor matanya tak pernah sekalipun berpaling menatap si pemuda Park dihadapannya yang tampak masih menimang-nimang untuk meminum anggur merah ditangannya itu atau tidak.
Sunghoon menghela nafasnya lagi entah untuk yang keberapa kalinya. Lantas setelahnya si Park itupun menyerah lalu menenggak minumannya dalam satu kali shoot.
"Ayo duduklah disini..". Pinta Ren dengan nada yang entah mengapa terdengar sangat manja sembari menepuk ruang kosong disampingnya.
Sunghoon hanya menurut. Begitu pemuda Park itu terduduk disampingnya, Ren lantas dengan cepat bergelayut dan
memeluk lengan kekar milik sang Halfgod.
"Kau tau tidak? Aku sudah lama sekali memimpikan hal ini. Dan.. Aku sangat senang karena kau akan menemaniku sepanjang malam". Ucapnya sembari menyandarkan kepalanya dengan nyaman di bahu si pemuda Park.
Sementara itu Sunghoon tak bereaksi apapun. Pikirannya terpecah. Disatu sisi ia memikirkan Jungwon apakah Jay sudah berhasil menyelamatkannya? Lantas disisi lain ia juga merasa bersalah pada kekasihnya.
" Jake.. Maafkan aku". Gumamnya dalam hati.
Melihat tak adanya respon berarti dari si pemuda Park itu tentu saja membuatnya sedikit kesal. Dengan agak kasar, Ren lantas menangkup wajah pemuda Park itu. Hingga membuat kedua manik mata merekapun saling bertemu.
"Jangan mengabaikanku, Ben. Aku tau kau sedang memikirkan banyak hal dibenakmu ini tapi tak bisakah kau hanya memikirkanku saja untuk saat ini?". Ujar Ren sembari mengusap lembut sisi wajah pemuda itu dengan ibu jarinya.
" Maafkan aku..". Sesal Sunghoon.
Seutas senyuman pun lantas terbit di wajah manis milik si pemuda bersurai violet tersebut.
Perlahan jemari lentik milik Ren bergerak mengusap tengkuk pemuda Park itu dengan gerakan sensual. Sedikit menariknya hingga mengikis jarak bahkan Sunghoon sendiri bisa merasakan bagaimana hembusan nafas hangat teratur sang Elder yang menerpa kulit wajahnya.
Hanya tinggal menunggu waktu hingga bilah bibir keduanya saling bertemu tiba-tiba saja..
"Elder, apa kau ada didalam?". Ren seketika berdecak kesal begitu seseorang mengacaukannya.
" Tunggu sebentar". Ujarnya pada Sunghoon lantas iapun beranjak membukakan pintu kamarnya. Dan hal pertama yang ia dapati adalah sosok sang informannya.
"Ada apa, Eric?". Sahutnya dengan sedikit berdecak kesal.
Sang informan itupun membungkuk sebelum berucap. "Elder, aku ingin memberitahumu kalau vampir itu sudah bangun".
Tak lama setelahnya Ren pun menarik kedua sudut bibirnya keatas. Ia tersenyum karena merasa senang mendengar kabar ini. "Benarkah? Itu kabar yang bagus".
"Lalu apa yang harus kami lakukan dengannya?". Sahut Eric seraya menatap sang pemimpin para Helsing tersebut.
Pemuda bersurai violet itu tak segera menyahut. Ia menyunggingkan seringaiannya syarat akan makna. Lantas iapun memberikan isyarat agar Eric mendekat padanya untuk ia bisikkan sesuatu.
Setelahnya Ericpun kembali membungkuk dengan hormat sebelum beranjak pergi dari hadapannya.
'Braak'
Tiba tiba saja terdengar bunyi benda jatuh yang cukup keras terdengar hingga membuatnya sedikit terperanjat. Ren sontak menoleh dan mendapati sosok pemuda Halfgod itu yang telah jatuh di lantai kamar. Lagi, iapun kembali menyunggingkan senyuman tipisnya lantas bergerak menutup pintu kamar dengan rapat dan berjalan menghampiri pemuda itu.
"Park Sunghoon..". Cicitnya sembari membantu pemuda itu kembali duduk diatas tempat tidurnya.
Sunghoon lantas mendongakkan kepalanya menatapnya dengan pandangan yang begitu sayu. Entahlah.. Ia merasakan pening menyerang kepalanya secara tiba-tiba hingga ia tak bisa lagi membedakan antara kenyataan dan delusinya.
"J-jake..?". Gumamnya sedikit mengeryitkan keningnya begitu mendapati sosok kekasihnya.
Ren sedikit mendecak pelan namun dengan cepat ia mulai memainkan perannya. Ren lantas mengangguk mengiyakan ucapan pemuda itu.
"..ya, aku disini". Sahutnya.
Lantas jemari milik pemuda Halfgod itupun terulur menangkup wajahnya lantas mengulas senyumannya sebelum menarik tengkuk pemuda bersurai violet itu dan menyatukan kedua bilah bibir mereka.
Jujur saja Ren sempat terkejut namun hal itu tak berlangsung lama karena setelahnya iapun turut menikmati dan terbuai dalam penyatuan itu.
Cukup lama keduanya saling menempel satu sama lain hingga akhirnya Sunghoon mulai berani menyesap bilah candunya perlahan memberinya sedikit lumatan dan tentu saja segera mendapat sambutan baik dari sang submissive.
'Bugh'
Sunghoon merebahkan tubuh ringkih itu dan mengukungnya. Ia menyisihkan helaian surai violet itu yang sedikit menghalangi paras menawan sang Elder.
"Kau sangat cantik..". Pujinya seraya mengusap lembut bibir bawah milik pemuda itu yang sedikit membengkak dengan ibu jarinya.
Ren tau jika pujian itu terlontar karena Sunghoon ada dalam pengaruh alam bawah sadarnya. Namun meski begitu, ia tak menampik untuk bersemu karenanya.
" Lalu?". Sahut Ren seraya mengalungkan kedua tangannya di leher kekar pemuda itu.
Sunghoon lantas meraih salah satu tangan pemuda bersurai violet itu untuk ia bawa dalam genggaman tangannya.
Chuu~
Satu kecupan ia bubuhkan di punggung tangannya.
"i really want you now, can i..?".
Pemuda bersurai violet itu mengangguk tanpa ragu lantas berbisik tepat didepan wajahnya. "how could i reject you, hm? i'm yours".
Sunghoon lantas tersenyum setelahnya iapun kembali meraup bibir sang Elder. Sunghoon memperlakukannya begitu lembut dan sialnya hal itulah yang membuat Ren semakin terbuai dalam permainannya.
Diam-diam Ren pun mengulas senyuman kemenangannya atas pemuda Halfgod tersebut.
**
Eric kembali dengan cepat hingga langkahnya telah sampai di Ogof Alley. Namun saat ia tiba didalam goa tersebut sudah terjadi kekacauan besar.
"Shaman, apa yang terjadi?". Tanya Eric seraya menghampiri sang tabib yang tampak kepayahan.
"Saat kau pergi, vampir itu sempat menyerang kami semua. Tapi beruntungnya kami bisa menangani situasi itu dengan cepat". Jelas sang tabib itu.
" Lalu dimana vampir itu sekarang?". Tanya Eric dengan sedikit panik.
"Aku meminta para Helsing untuk mengekangnya dengan belenggu". Sang informan itupun menganggukkan kepalanya.
" Shaman, lehermu terluka? Apa dia juga menyerangmu? Kalau begitu sebaiknya kita obati dulu lukamu?".
Sang tabib itu menggeleng pelan. "Bukan masalah, Eric. Aku hanya tergores sedikit dengan cakarannya saja. Aku bisa mengobati lukaku nanti."
"Omong-omong kau kembali dengan cepat apa Elder memberikanmu perintah? Apa yang akan kita lakukan selanjutnya dengan vampir itu?".
Eric tak menyahuti. Ia hanya memberikan tatapan penuh artinya pada sang tabib.
**
Pemuda bersurai blonde itupun akhirnya tiba disebuah tempat dimana kekasihnya itu berada. Namun begitu ia tiba, kedatangannya seolah tengah dinantikan. Para pemburu vampir itu berbaris dengan rapih didepan mulut goa dan memusatkan atensi padanya.
"Selamat datang untukmu..". Ucap Eric seraya mengulas senyum tipisnya.
Jay mendengus kasar. " Apa semua ini? Kalian menyambut kedatanganku secara suka rela?".
"Anggap saja begitu". Sahut Eric seraya mengambil langkah menghampiri pemuda incubbus tersebut.
"Cih, omong kosong macam apa ini? Katakan dengan cepat dimana kau menyembunyikan kekasihku!?". Gertaknya seraya mencengkram leher pemuda Helsing tersebut.
Eric terkekeh pelan lantas menepis tangan pemuda itu darinya. "Hey santai saja Bung! tak perlu ada kekerasan disini. Aku akan dengan senang hati membawamu padanya. Mari.. Ikuti aku".
Setelah mengatakan hal itu, Eric pun lantas berbalik dan berjalan mendahului Jay masuk kedalam goa tersebut. Tanpa ingin membuang banyak waktu, lantas iapun berjalan mengekori sosok pemuda itu.
"Dia ada didalam sana". Ujar Eric sembari menunjuk pada sebuah pintu.
Jay hanya menatap sosoknya dengan tajam. " Aku tidak akan mengelabuimu. Masuklah maka kau akan mengetahuinya sendiri".
Lantas setelahnya Jay pun mendorong pintu tersebut dan berjalan memasuki ruangan itu. Hal pertama yang ia dapati didalam sana adalah sosok pemuda manis itu dengan penampilan yang sangat berantakan ditambah kedua tangan dan kakinya yang juga terikat.
"Jungwon..". Lirihnya seraya mengepalkan kedua tangannya kuat hingga membuat buku jarinya memutih.
Begitu mendengar sebuah suara menginterupsinya meski terdengar seperti sebuah bisikkan namun sosok manis itu masih dapat menangkapnya dengan baik. Lantas iapun mendongak dengan gerakan perlahan. Sontak manik mata keduanyapun saling bertemu satu sama lain.
Pemuda bersurai blonde itupun segers menghampirinya. Jay rasanya ingin menangis melihat si manis yang tampak begitu jauh berbeda dengan saat terakhir kali ia melihatnya.
"Aarghh!!". Pekik vampir kecil itu begitu Jay mendekat seolah ingin menerkamnya. Namun begitu ia makin membuat banyak pergerakkan belenggu yang mengikatnya malah semakin menguat hingga membuatnya meringis kesakitan.
" Mine.. Hey, tenanglah dulu ok? Jangan banyak memberontak atau ikatan itu akan semakin kuat dan menyakitimu". Ucap Jay berusaha menenangkannya.
Setidaknya hal itu cukup berhasil. Jungwon mendengar ucapannya dengan baik. "Good boy..".
Lantas pemuda bersurai blonde itupun mengulurkan jemarinya untuk memberikan usapan seringan bulu di puncak kepala si manis setidaknya hal itu bisa memberikan ketenangan bagi sang vampir.
" Ini aku Mine... Jay. Apa kau mengingatku?". Ujarnya sembari mencoba membawa kembali ingatan pemuda manis itu yang seolah tak mengenalinya.
"Mine..".
Entah mengapa begitu mendengar panggilan itu. Perlahan membuat sang vampir berteriak. Seolah sesuatu baru saja menghantam kepalanya dengan kuat. Jungwon pun memejamkan kedua matanya lekat. Lantas secara perlahan kelopak mata itupun kembali terbuka.
" J-jay..". Sontak saja si pemilik namapun mengulas senyumannya.
"Iya, Mine. Aku disini".
Dan setelahnya si manis pun terisak. "Tolong lepaskan ikatan ini hiks.. Sakit sekali".
Dengan cepat pemuda itupun mengangguk dan melepaskan belenggu di kedua tangan dan kaki Jungwon tanpa kesusahan. Begitu ikatan itu terlepas, Jungwon tampak begitu lemas bahkan tubuhnya hampir kehilangan keseimbangannya jika saja ia tak menahannya dengan sigap.
Jungwon hanya dapat menangis keras sembari memeluk tubuh pemuda itu dengan erat seolah menumpahkan segala kerinduannya.
Dengan lembut memberikan usapan di punggung sempitnya sembari mengeratkan pelukannya.
" Aku merindukanmu".
Senyuman hangat terbit di paras tampannya."Aku lebih merindukanmu, Mine".
Cukup lama keduanya saling berpelukan melepas rindu sampai akhirnya Jay merasakan bagaimana Jungwon yang tengah mengendusi lehernya.
" Mine?". Panggilnya namun tak mendapat sahutan.
Jungwon seolah mengabaikannya. Ia terlalu menyukai kegiatannya itu hingga sesekali memberikan jilatan di leher pemuda incubbus itu. Tentu saja hal itu membuat Jay sedikit tersentak.
"Jungwon.. Apa yang kau—akh!".
Belum sempat Jay menyelesaikan kalimatnya, pemuda manis dalam dekapannya itu lebih dulu menancapkan gigi taringnya lantas menghisap darahnya dengan begitu rakus.
Jay masih sangat terkejut dengan apa yang baru saja terjadi belum lagi gigitan Jungwon padanya kali ini benar-benar menyakitkan seolah-olah ia ingin merobek lehernya saat itu juga.
Namun tak lama setelahnya Jay pun mengulas senyuman maklum. Sepertinya Jungwon masih ada dalam pengaruh instingnya.
"Pelan-pelan saja, Mine. Kau bisa meminum darahku sebanyak yang kau mau, aku tau kau pasti sangat lapar". Ucapnya sembari mengusap lembut surai pemuda manis itu. Sesekali Jay pun membubuhkan kecupan kupu-kupu di puncak kepalanya.
Sebesar itulah rasa sayangnya pada Jungwon. Tak peduli lagi jika ia harus merasakan sakit yang berkali lipat lebih menyakitkan ketika pemuda itu menancapkan taringnya untuk menghisap darahnya.
Sementara itu diluar sana..
"Eric, kau sengaja mengumpankan pemuda tadi untuk vampir yang sedang kelaparan itu?". Tanya sang Shaman dengan nada bicara yang sedikit cemas.
Sang informan itupun mengangguk mengiyakan. " Aku hanya melakukan tugas yang Elder perintahkan padaku..".
"Apa dia sudah mati?". Tanya tabib itu karena sebelumnya mereka sempat mendengar suara teriakan dari dalam ruangan tersebut.
Eric mengangkat bahunya acuh. " Jika dia mati sekalipun, itu bukanlah lagi urusan kita".
"Shaman, sebaiknya kau bersiap-siap sekarang. Elder memintaku untuk membawamu dan yang lain untuk meninggalkan tempat ini. Kita akan kembali ke markas. Aku akan memberitahukan yang lain dulu..". Ujarnya lantas berlalu dari sana meninggalkan sang tabib yang masih berdiri disana sembari menatap pintu ruangan dimana sang vampir dan pemuda yang menurutnya malang itu berada.
**
Jay lantas merebahkan tubuh mungil itu diatas sebuah tempat tidur yang terdapat di penthouse miliknya.
Entahlah.. Pemuda manis itu justru tiba-tiba saja jatuh tertidur mungkin karena ia merasa kelelahan atau karena sudah merasa kenyang meminum darahnya.
Jay lantas meraih jemari pemuda manis itu dalam sebuah genggaman. Memberinya kecupan lembut dipunggung tangannya tanpa melepaskan pandangannya menatap sosok manis yang tengah terlelap dalam tidurnya.
"Maaf karena aku datang terlambat, Mine. Aku tak bisa menepati janjiku padamu. Kau pasti kecewa padaku 'kan? Maaf..". Sesalnya sembari mengeratkan genggaman tangannya.
Tak lama setelah itu, Jay pun teringat sesuatu. Iapun lantas merogoh saku mantelnya dan mengambil sebuah botol dengan cairan bening didalamnya. Sebuah ramuan penawar yang sempat Sunghoon berikan padanya.
"Aku harap setelah ini kau kembali menjadi Jungwon-ku yang dulu". Ujarnya sebelum meminum penawar tersebut lantas beranjak mendekatkan wajahnya pada si manis.
Jay membelai pipi berisi yang sedikit menirus itu lembut lantas menciumnya. Mengulum bibir bawah milik pemuda itu dengan hati hati sembari menyelusupkan cairan penawar yang diminumnya tadi hingga dapat tertelan oleh Jungwon.
Jay mengecup sudut bibir si manis sebelum akhirnya melepas tautan keduanya.
"Selamat malam, Mine. Bermimpilah yang indah. Aku mencintaimu..". Bisiknya sebelum membubuhkan kecupan sedikit lama di kening si manis.
***
jaywonnya udah balik nih cuma momentnya kita kasih tipis-tipis dulu ya hehe oh iya sunghoon gimana ya? jake apa kabar?🥺