Author: "Yaamponn Bang Dikta pake kacamata makin berdamage terus suaranya bikin lopek❤"
Author : "HAPPY READING all !💕💕"
Maaf author sempat unpublish,karena setelah author cek yang terpublish draf kemarin
________________________________________
Pagi harinya, Aya bangun kesiangan ia bangun pukul 5 pagi sedangkan Diaz sudah selesai salat subuh dan sedang mandi. Saat Aya bangun ia merasa seluruh tubuhnya remuk dan pegal melanda, apalagi saat ingin menurunkan kakinya area sensitifnya terasa perih dan saat berdiri kakinya bergetar seperti tidak kuat menahan berat badannya. Aya kemudian kembali terduduk di ranjang dan merasakan perih
"MAS DIAZ!" Teriak Aya yang tidak melihat Diaz disampingnya. Diaz keluar dari kamar mandi dengan hanya lilitan handuk dipinggang. Aya menatap Diaz,membuatnya ingat adegan apa saja yang mereka lakukan semalam. Wajah Aya merah merona dibuatnya.
"Kamu duduk dulu,saya pake baju"ucap Diaz menuju ruang ganti. Karena masih libur lepas tugas, Diaz memakai kaos polos hitam dan celana loreng pendek.
Tanpa aba aba Diaz menggendong Aya ala bridal style ke kamar mandi. Aya pun melingkarkan tangannya ke leher Diaz.Ia menurunkan Aya pada bathtup, menyiapkan handuk untuk Aya tanpa sepatah katapun keluar dari kamar mandi.
Selesai mandi, Aya salat subuh sendiri karena Diaz sudah melaksanakannya terlebih dulu. Selesai salat, Aya menuju dapur untuk membantu membuat sarapan dengan langkah perlahan.
Hari ini Aya gagal berangkat bekerja,karena saat jalan ia masih merasakan sakit. Tubuhnya masih sangat lelah.
Selesai sarapan, Aya dan Diaz pun kembali ke rumah dinas. Saat Aya berjalan ia terlihat aneh,seperti seseorang yang tengah merasakan nyeri.
Sesampainya di rumah dinas,Aya masuk dan merebahkan tubuhnya di kamar.
"Dek, ngga jadi kerja?" tanya Diaz saat melihat Aya yang sudah terkapar di ranjang.
"Nggak,besok aja badan aku capek pegel pegel juga kalo jalan masih nyeri. Karena kamu, aku heran kamu gada capeknya !" ucap Aya jutek dan Diaz hanya tersenyum.
"Mas, nanti sore jalan yuk" ajak Aya saat Diaz akan mengambil buku di rak dekat meja rias Aya.
"Tidak nyeri?"tanya Diaz sambil fokus untuk memilih buku yang akan dibacanya.
"Udah mendingan kalo nanti,mau yaa please" ucap Aya dengan tatapan puppy eyes nya.
"Kemana?" tanya Diaz yang sudah duduk di ranjang dan fokus pada buku yang akan dibaca.
"Taman mungkin atau kemana gitu aku pengen jalan jalan" ucap Aya
"Yaudah" ucap Diaz, singkat padat dan tidak jelas
"Yaudah apa?" tanya Aya
"Yaudah iya" respon Diaz
Sore harinya,mereka jalan jalan berdua. Diaz dan Aya pergi ke taman. Diaz memakai celana cargo pendek warna hitam dan hoodie berwarna abu abu dilengkapi jam tangan warna hitam. Sedangkan Aya menggunakan rok wolfis berwarna dark blue sweater abu abu dan jilbab pasmina berwarna senada.
Saat sampai di area parkir taman mereka turun dan berkeliling. Mereka kemudian duduk di gazebo dekat area bermain anak anak. Aya tersenyum melihat anak anak bermain ditemani orang tua mereka.
"Kenapa?"tanya Diaz dengan wajah datar seperti biasanya.
"Mereka menggemaskan" ucap Aya tanpa menoleh ke arah Diaz.
"Apa kamu ingin segera memiliki anak ?"tanya Diaz sambil mengikuti pandangan Aya
"Iya,aku ingin" ucap Aya cepat, kemudian ia tersadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Matanya membulat sempurna lalu menoleh ke arah Diaz. Diaz hanya tersenyum menyeringai
"G--gak ma-maksud aa-kku ga gi--git--tu" ucap Aya terbata
"Saya tau, saya tunggu nanti malam" ucap Diaz berbisik dekat telinga Aya. Wajah Aya kembali bersemu merah
Kemudian setelah berbincang di gazebo taman,mereka pergi ke mall. Aya ingin membeli sneakers dan flat shoes yang akan ia gunakan besok saat bekerja.
"Mas,bagus yang ini apa ini?" ucap Aya sambil menyodorkan 2 sneakers berbeda merek sedangkan Diaz fokus pada ponselnya.
"Ini" ucap Diaz yang masih fokus pada ponselnya.
"Jawab yang bener"ucap Aya mulai kesal
"Bener" ucap Diaz tanpa menoleh ke arah Aya
"Ih ngeselin banget kamu pilih mana" ucap Aya yang sudah kesal
"Kamu"ucap Diaz tanpa menoleh, Aya menahan senyumnya.
"Duh masnya manis banget walaupun sedikit cuek rela deh jadi yang kedua"lirih seorang pelayan pada temannya dan terdengar oleh Aya
"Hemmm"Aya mulai jengkel, karena pelayan itu terus menatap suaminya.
"Mbak saya ambil dua duanya."ucap Aya ketus
"Baik" ucap pelayan yang tadi memuji suaminya.
Aya menarik tangan Diaz ke kasir. Saat Aya ingin membayar menggunakan kartu debitnya langsung diambil oleh Diaz dan Diaz yang membayarnya menggunakan kartu debit miliknya.
Selesai membeli apa yang Aya inginkan mereka mampir untuk salat magrib kemudian mereka ke restoran untuk makan malam.
Selesai makan,mereka pulang ke rumah dinas.
Sampai di rumah dinas, Aya membersihkan diri sedangkan Diaz duduk di sofa ruang tamu. Setelah Aya selesai mandi kemudian Diaz mandi dan membersihkan tubuhnya.
Saat memasuki waktu isya, Aya dan Diaz salat berjamaah. Kemudian mereka membaca Al Qur'an. Aya benar benar terpesona dengan suara Diaz saat membaca Al Quran sangat merdu dan indah.
Setelah itu, Aya meminta Diaz bukan meminta lebih tepatnya Aya memaksa Diaz untuk bercerita apa yang Diaz lakukan saat tugas dan bertemu siapa saja.
Diaz sebenarnya bukan tipe pria yang suka menceritakan apa yang telah terjadi pada dirinya. Tapi karena Diaz tidak mau Aya merajuk ataupun menuduh Diaz yang tidak tidak terpaksa menceritakannya.
Dan benar saja, saat tugas ada seorang wanita yang menjadi relawan medis. Walaupun sudah hampir 14 tahun yang lalu Lucia dinyatakan hilang dan meninggal tapi Diaz masih bisa memperkirakan wajah Lucia jika seumuran dengan wanita itu. Wajahnya sangat mirip dengan Lucia tapi wanita itu bukan bernama Lucia tapi Tika.
"Terus gelang itu?" tanya Aya pada Diaz yang sudah merebahkan tubuhnya di ranjang sambil memejamkan matanya.
"Dia yang memberi"ucap Diaz datar
"Kenapa kamu terima? Dia kan termasuk orang baru kamu kenal kenapa ga ditolak? Apa karena dia mirip Cia Cia itu ?" Tanya Aya lagi
"Gini" ucap Diaz
Flashback on
Saat itu setelah Diaz berhasil melumpuhkan 2 teroris ia mendapat luka tembak di lengan kirinya.
Diaz bersama prajuritnya yang lain kemudian pergi ke tempat tenda medis darurat agar lengan Diaz mendapat tindakan. Karena dari seluruh prajurit hanya Diaz lah yang terluka.
Sampai disana, lengan kiri Diaz dijahit karena peluru yang mengenai lengannya menyebabkan luka yang cukup lebar.
"Kapten,jangan terkena air dulu ya lukanya"ucap relawan medis yang menjahit lukanya. Diaz merasa mengenali suara itu,lalu ia menatap relawan medis itu.
"Cia?" ucap Diaz lirih, wanita itu hanya tersenyum menampilkan dua lesung pipinya.
"Tika,nama saya Atika Putri Kapten bukan Cia"ucap relawan medis yang bernama Tika itu sambil menjulurkan tangannya.
"Kapten? Maaf sebelumnya nama kapten siapa?" tanya Tika melihat Diaz yang hanya diam.
"Diaz" saat memperkenalkan namanya, Tika malah merasakan ada rasa sakit di kepalanya.
"Arghhh ahhh sak-kit" teriak Tika sambil memegangi kepalanya.
"Anda baik baik saja?" tanya Diaz yang kebingungan kenapa Tika langsung berteriak kesakitan sambil memegang kepalanya kemudian Tika langsung pingsan. Diaz kemudian keluar meminta tolong relawan medis lain untuk memberikan pertolongan pada Tika.
Diaz kemudian keluar dari tenda medis darurat, ia menemui David dan yang lainnya.
"Tangan abang gimana?"tanya Letda Irwan.
"Baik baik saja" jawab Diaz singkat.
"Salah kalo tanya keadaan tangan, harusnya tanya keadaan hati,iya kan Kapten"ucap Lettu David sambil tersenyum mengejek.
"SIKAP TOBAT!" ucap Diaz tegas, mau tidak mau Lettu David melakukan sikap tobat dan menjadi bahan tertawa prajurit lainnya.
"Kasian amat lu,makanya udah tau lagi tugas malah kapten lu becandain" ujar Lettu Candra ikut tertawa.
Malam harinya para prajurit ada yang beristirahat dan ada yang berjaga. Diaz sendiri memilih berjalan jalan kemudian duduk di dekat tenda medis darurat. Diaz menatap ke arah langit malam. Langit malam dengan sedikit bintang, bintang yang setia untuk tidak meninggalkan gelapnya malam tanpa alasan.
Diaz memikirkan Aya, Diaz merasa mamah mertuanya menutupi sesuatu tentang Aya. Selama bertugas, ia sama sekali tidak bisa menghubungi Aya karena susah jaringan. Jikapun bisa yang mengangkat mamah mertuanya. Ia khawatir dengan istri mungil cerobohnya itu. Tiba tiba ada tangan yang menyentuh bahu Diaz.
Sesosok wanita yang sempat pingsan saat mengetahui namanya.
"Maaf Kapten sendirian? Boleh saya duduk?" Diaz hanya mengangguk ia terlalu malas untuk menjawab. Sebenarnya Diaz ingin menikmati malam yang tenang tanpa ada suara ataupun yang mengajaknya bicara.
Kalaupun ada, ia ingin berbicara dan mendengar suara Aya. Wanita yang sudah menjatuhkan hatinya,wanita ceroboh yang sudah menjadi Ibu Persitnya, wanita yang sudah sah menjadi istrinya. Tapi sayang,jaringan di situ sangat tidak mendukung hingga ia harus menahan rindunya pada sang kekasih halal.
"Kapten?" panggil Tika pada Diaz, dan Diaz hanya menoleh tanpa menjawab.
"Apa sebelum ini kita pernah bertemu atau saling mengenal?" tanya Tika pada Diaz.
"Tidak"ucap Diaz singkat tatapan lurus kedepan, Tika mengambil sesuatu dalam saku celananya. Sebuah gelang bertuliskan L-U-C-I-A dan didalamnya terdapat tulisan D-I-A-Z-♡
"Maukah Kapten menyimpan gelang ini,saya yakin ada sesuatu dibalik gelang ini dimasa lalu tentang hubungan antara saya, Lucia dan Diaz."ucap Tika sambil menyerahkan gelang itu pada Diaz. Diaz menoleh dan hanya menaikkan salah satu alisnya tanpa menjawab.
"Saya tidak bermaksud lancang Kapten. Jika memang Diaz didalam gelang ini bukan Kapten, saya akan mengambilnya kembali setelah saya mengingat semuanya"ucap Tika dengan tatapan penuh harap. Diaz kemudian memalingkan wajahnya lagi pandangannya ke depan, seperti seseorang yang tidak peduli.
"Saya mohon Kapten, saya ingin Kapten menyimpannya sampai saya datang meminta gelang itu kembali disaat saya sudah mengingat semuanya." ucap Tika sambil menyatukan tangannya seperti seseorang yang sedang memohon (🙏🏻)
"Kenapa saya?" ucap Diaz tanpa melihat wanita di sampingnya.
"Entah mengapa saya yakin bahwa nama Diaz di gelang ini adalah Kapten, mungkin dulu Lucia adalah saya atau seseorang yang berhubungan dengan saya dan mungkin kapten dan saya atau kapten dengan seseorang yang berhubungan dengan saya itu adalah pasangan kekasih" ucap Tika blak blakan dengan apa yang dipikirkannya.
"Dengar, saya dulu tidak pernah memiliki kekasih." ucap Diaz dengan nada dingin, lalu berdiri dan pergi.
Tiba tiba Tika berlari dan memeluk Diaz dari belakang dan tangannya tepat di dada bidang Diaz. Diaz merasa tidak nyaman dan melepaskan pelukan itu agak kasar.
"Jangan lancang memeluk saya!" ucap Diaz dengan suara dingin dan tatapan mengintimidasi.
"Maaf, saya mohon Kapten" ucap Tika sampai ia terduduk di tanah untuk memohon.
"Baik saya bawa,tapi jika gelang ini hilang saya tidak bertanggung jawab."ucap Diaz mengambil gelang itu dari tangan Tika dan pergi. Moodnya benar benar rusak.
Flashback off
"Lancang banget dia meluk meluk kamu!" ucap Aya tajam sambil mengepalkan tangannya. Diaz yang sadar dengan intonasi suara Aya langsung membuka matanya dan memeluk Aya dari samping.
"Yang penting kan saya nolak dipeluk dia,saya maunya dipeluk kamu"ucap Diaz lembut dan ia mengecup pipi Aya.
"Tapi aku ga suka,enak aja dia tuh mainpeluk peluk suami orang. Kamu juga sih kenapa ga bilang kalo udah punya istri. Kalo ketemu aku, hih aku suntik obat hewan" ucap Aya menggerutu, Diaz tersenyum dan mencium bibir Aya.
Dan malam itu terjadi lagi seperti kemarin malam penyatuan cinta dari keduanya. Hingga mereka kelelahan, mereka masih sanggup untuk membersihkan diri lalu tidur pulas menuju alam mimpi.
(◍•ᴗ•◍)❤(◍•ᴗ•◍)❤(◍•ᴗ•◍)❤(◍•ᴗ•◍)❤(◍•ᴗ•◍)
Pagi harinya, Diaz salat subuh berjamaah di masjid dekat rumah Dinas sedangkan Aya salat subuh di rumah. Kemudian selesai salat Aya membuat sarapan dan mandi. Hari ini Aya akan berangkat ke rumah sakit dan kembali bekerja. Hari ini Diaz lah yang akan mengantar Aya ke rumah sakit.
Selesai sarapan dan membereskan peralatan makan mereka masuk mobil dan pergi ke rumah sakit tempat Aya bekerja.
Sesampainya di depan rumah sakit Aya tidak langsung turun.
Ada rasa takut di hati Aya tapi ia tidak mengungkapkannya pada Diaz karena ia takut Diaz akan melarangnya untuk kembali bekerja.
"Kenapa? Takut ?"Tanya Diaz sambil memegang tangan Aya lembut, Aya hanya mengangguk.
"Dengarkan saya, lawan rasa takut kamu anggap itu semua masa lalu yang tidak pernah terjadi sama kamu. Anggap orang yang telah hampir menghancurkan hidup kamu tidak ada. Bersikap biasa jika bertemu orang itu anggap kalian tidak pernah mengalami apapun di masa lalu anggap kamu hanya tau namanya dan tidak tau apapun tentang dia. Bekerjalah seprofesional mungkin walaupun ada perang batin di hati kamu. Karena tugas kamu menyelamatkan nyawa,Sayang. " ucap Diaz dengan senyum mempesonanya membuat senyum Aya terbit dan mengangguk.
"Kamu kan putri dari seorang Mayor Jendral TNI AD menantu dari seorang Marsekal Madya TNI AU dan istri dari seorang Kapten Infanteri TNI AD, buktikan kamu bukan Aya yang dulu. Kamu bukan Aya yang lemah dan tidak bisa melakukan apa apa. Kata mamah kan kamu jago bela diri saya yakin kamu bisa jaga diri kamu dengan baik." spontan Aya langsung mencium pipi Diaz.
"Makasih mas buat support kamu, kepercayaan kamu dan semuanya aku beruntung memiliki kamu sebagai imam aku. Aku sayang sama kamu, Kapten Rizal Diaz Alfariz Pratama Nugroho" ucap Aya dengan mata berkaca kaca dan memeluk Diaz, kemudian Aya mencium tangan Diaz untuk pamit dan Diaz mencium kening Aya.
"Jika terjadi sesuatu jangan segan menghubungi saya, saya suami kamu" ucap Diaz mengusap puncak kepala Aya yang tertutup hijab.
"Terimakasih Mas, Assalamualaikum" salam Aya sambil tersenyum.
"Waalaikumsalam" jawab Diaz.
Saat Aya masuk jujur jantung Aya berdegub kencang. Ia masuk ruangannya disana teman temannya sudah sangat heboh menyambut Aya.
Ada Sarina, Miranda, Lamira, Aisyah, Mytha dan beberapa dokter dan perawat lainnya. Mereka benar benar merindukan sosok Aya. Mereka berpelukan dan menceritakan banyak hal sebelum tugas mereka sebagai dokter dimulai.
Semuanya berjalan dengan baik. Aya menemui pasien pasiennya untuk memeriksa kondisinya dengan senyum yang tidak luntur dari wajahnya. Ramahnya Aya pada pasien dan keluarga pasien menjadi nilai plus dari Aya. Aya makan siang dengan teman temannya di kantin sambil bercanda gurau.
Diaz juga sempat mengirim pesan agar Aya tidak lupa makan siang.
Selesai makan siang mereka kembali dengan tugas masing masing.
Aya memiliki waktu senggang karena jadwalnya memeriksa pasien masih 1 jam lagi ia duduk santai di ruangannya sambil membuka galeri foto pada ponselnya. Tiba tiba ada yang mengetuk pintu.
Tok tok tok
"Masuk" ucap Aya tetapi ia masih fokus pada ponselnya. Ia melihat foto Diaz yang ia ambil secara diam diam.
"Aku merindukanmu" ucap seorang pria yang sudah berada di ruangan Aya.
Deg.....deg.....deg
Seketika jantung Aya berdegup, tetapi Aya mencoba menetralisir. Ia ingat apa yang di katakan Diaz untuk bersikap biasa dan melupakan apa yang terjadi di masa lalu. Aya berusaha agar psikisnya tetap dalam keadaan baik.
"Ada yang bisa saya bantu Dr.Rian?" ucap Aya tanpa senyum, setelah kejadian itu memang Aya bersikap sangat dingin dengan seorang pria yang mencoba mendekatinya.
"Aku cuma merindukanmu, Sayang"ucap Dr. Rian sambil tersenyum karena ia merasa tidak ada penolakan dari Aya.
"Jaga sikap anda Dr.Rian, jangan lancang memanggil saya seperti itu. Saya tidak suka"ucap Aya tajam menimbulkan aura sedikit mencekam di ruangan itu.
"Kalau kamu tidak suka,apa yang kamu suka ? Aku akan memberikan apapun agar kamu memaafkan aku di masa lalu. Kita mulai semuanya dari awal."ucap Dr.Rian yang maju 2 langkah mendekati meja Aya.
"Saya hanya suka semua yang ada pada suami saya Dr.Rian, dan saya sudah menganggap tidak pernah terjadi apapun diantara kita dan lebih baik anda pergi sudah tidak ada yang perlu dibicarakan. Saya sibuk."ucap Aya kemudian mengambil sebuah map seakan akan sedang membacanya.
"Bohong, kamu bohong Aya tidak mungkin kamu sudah memiliki suami. Cih aku tau kamu cuma ingin menghindar dari aku kan"ucap Dr.Rian dengan nada tinggi seperti sedang membentak.
Tanpa kata dan tanpa mengalihkan pandangan dari map itu, Aya menunjukkan tangannya dimana di jari manisnya sudah terisi cincin indah yang melingkar. Bahkan Aya membalik sebuah figura foto, di foto itu terdapat foto prewed nya dengan Diaz, Diaz yang mengenakan sragam PDU dan wajah Diaz tidak nampak karena menghadap membelakangi kamera sedangkan Aya menghadap ke arah kamera.
Saat berangkat tadi memang Aya sempat mengambil figura itu untuk diletakkan di ruangannya,tidak disangka figura foto itu sangat bermanfaat.
"SAYA TIDAK TERIMA!" Ucap Dr.Rian lalu pergi dari ruangan Aya. Aya jengah dan tidak peduli. Kemudian ia melanjutkan tugasnya untuk memeriksa pasien.
Sore hari saat shift Aya sudah selesai ia membereskan barangnya, tapi tiba tiba Aisyah datang dan ia ingin bercerita.
Aya tidak mungkin menolak,akhirnya ia mendengarkan cerita dari Aisyah.
My Captain
Saya sudah sampai
Mas tunggu bentar ya,temen aku ada yang cerita ga enak mau motong terus aku tinggal
Mas boleh deh jalan jalan di rumah sakit dulu kalo bosen asal jangan modus aja sama perawat dan dokter disini, kalo ngga sini deh ke ruangan aku
Hmm
Diaz pun menunggu di mobil,dan hampir 30 menit Aya belum keluar dari area rumah sakit. Diaz paling tidak suka menunggu akhirnya ia berniat untuk ke ruangan Aya.
Saat memasuki area rumah sakit banyak sekali perawat yang terpesona dengan adanya Diaz.
Hal itu membuat Diaz jengah dan malas.
"Bang Diaz" teriak seseorang membuat Diaz membalikkan badannya.
"Rian?" tanya Diaz memastikan apakah benar dia putra rekan bisnis Om nya atau bukan.
"Iya,ngapain bang ke rumah sakit? Abang terluka? Atau temen abang ada yang sakit?" Tanya Dr.Rian
"Jemput istri"ucap Diaz
"Lah istri Abang sakit apa?" tanya Dr.Rian pada Diaz
"Istri saya dokter disini" ucap Diaz dengan melipat tangannya di dada.
"Lah aku juga dokter disini bang, nama istri Abang si---- bentar bang ada telpon" ijin Dr.Rian pada Diaz untuk mengangkat telepon. Setelah beberapa saat,
"Bang maaf aku harus pulang buru buru,biasa mama"ucap Dr.Rian dan hanya di angguki Diaz.
Diaz kemudian kembali berjalan, karena malas bertanya dengan perawat yang lewat Diaz ingin mengirimi Aya pesan tapi urung karena ia merasa ada yang memanggilnya dengan nama depannya.
"Kak Rizalll" teriak seorang dokter wanita yang tak lain adalah Mytha. Diaz hanya menaikkan sebelah alisnya.
"Kakak ngapain disini? Mau jemput aku ya. Ya ampun Kak jangan bikin aku speechless dong" ucap Mytha dengan percaya dirinya.
"Maksud anda apa?" ucap Diaz cuek.
"Aku tuh seneng banget, Kak Rizal repot repot buat jemput aku pulang kerja. Kok Kakak bisa tau aku baru pulang kerja? Ihh Kak Rizal jangan jangan buntutin aku ya apa nyuruh orang buat ngintai aku. Duh aku terharu Kak apa jangan jangan kakak mau langsung kenalin aku ke orang tua kakak? Aku siap kok Kak siap banget." ucap Mytha sangat excited .
"Saya jemput is--" ucapan Diaz terpotong karena ada yang berteriak memanggilnya.
"Mas Diaz"teriak Aya sambil berlari kemudian ia memeluk Diaz dari samping. Aya tidak sadar di situ ada Mytha.
"Eh sorry sorry Myth gua ga tau ada elu" ucap Aya tidak enak.
"Em iya gapapa, Ay kok lu kenal?" ucap Mytha sambil menunjuk Diaz. Aya kemudian menoleh pada orang yang di tunjuk oleh Mytha.
"Gimana bisa gua ga kenal sama Mas Diaz sih aneh lu" ucap Aya sambil menahan tawa dan menggelengkan kepalanya.
"Mas Diaz? Apa hubungan Aya dengan Kak Rizal sedekat itu sampai Aya memanggilnya mas. Diaz apa itu nama panjangnya Kak Rizal ?. Berpikir positif Mytha mungkin Kak Rizal kakaknya" batin Mytha.
"Oh dia abang lu ya,Ay?" ucap Mytha sambil tersenyum mencoba berpikir positif.
"Dih mana ada abang gua, abang gua ya cuma dua. Si kembar tak seiras Bang Iko sama Bang Eri doang" ucap Aya sambil melingkarkan tangannya ke lengan kanan Diaz dan menyenderkan kepalanya.
Hal itu membuat Mytha cemburu dengan apa yang Aya lakukan.
"Apaan sih lu Ay pegang pegang. Lepasin jangan ganjen kayak jal*ng deh lu" ucap Mytha kesal sambil meraih tangan Aya agak kasar untuk melepaskan pada lengan Diaz.
"Lu apaan sih Myth? Apa yang gua lakuin sampe lu bilang gua ganjen dan jal*ng ?!" ucap Aya dengan nada tajam.
"Lu kan dah punya suami,ngapain gelendotan ke cowok orang. Suami lu kan katanya Kapten ga malu kah liat tingkah lu kayak gitu, tingkah lu tuh yang kayak gini nyoreng nama suami lu and Persit Persit itu tau gak? Emang lu ga malu cih dari keluarga militer sih tapi kayak ga ada harga diri gitu." ucap Mytha dengan nada sombong dan merendahkan sambil melipat tangannya ke atas perut. Aya tidak menyangka Mytha bisa mengatakan hal sekasar itu padanya.
Diaz tidak terima dengan apa yang di ucapkan oleh Mytha terhadap istrinya. Suami mana yang terima jika mendengar orang lain merendahkan istrinya bahkan menyebut istrinya jal*ang tepat di depan matanya sendiri tapi dari tatapan Aya mengisyaratkan dirinya untuk tetap diam.
"Lu bilang apa tadi Myth? Ga ada harga diri? Dan cowok orang? Emang cowok siapa?" tanya Aya dengan tangan sudah berada dipinggir dan tatapan tajam.
"Cowok gue lah, iya kan Sayang? Makanya lu jauh jauh deh Ay jangan gatel dah punya laki juga jangan jadi pelakor lu. Percuma lu pake hijab tapi kelakuan lu kayak set*n." ucap Mytha dengan senyum manja ke arah Diaz lalu melirim tajam ke arah Aga kemudian Mytha berusaha memegang tangan Diaz. Diaz kemudian menepis tangan Mytha dengan kasar lalu merangkul bahu Aya. Hal itu membuat kepercayaan diri Mytha menurun.
"Dengarkan baik baik Dr.Mytha Lestari S.Ked , pria ini laki-laki ini , laki laki yang sedang merangkul bahu saya, laki laki yang anda akui sebagai cowok anda, laki laki yang ada panggil dengan kata sayang." ucap Aya sambil menyeringai kemudian Aya melanjutkan ucapannya tadi.
"Dia Suami Saya, Dia SUAMI SAH SAYA, Kapten Inf. Rizal Diaz Alfariz Pratama Nugroho S.Tr(Han). Laki laki yang sudah bersumpah untuk selalu bersama dengan saya sampai maut memisahkan dan membimbing saya menuju Jannah. Dan saya adalah satu satunya menantu perempuan dari Bapak Wahyu Nugroho seorang Marsekal Madya TNI AU dan Ibu Ratih Devi Tarisa mantan Polri berpangkat AKP yang tidak lain adalah orang tua dari SUAMI SAYA. Ingat satu hal untuk menjaga ucapan anda,jaga sikap anda jika anda tidak tau kebenaran tentang saya dan jangan terlalu percaya diri untuk memuja laki laki dan mengklaim dia milik anda sehingga anda lupa bahkan menutup mata bahwa dia sudah milik orang lain." ucap Aya tajam dan menarik tangan Diaz untuk pergi dari situ.
Jederrrrr
Bagai tersambar petir hati dan perasaan Mytha begitu hancur.
Saat beberapa langkah Aya pergi dari situ, Aya berhenti dan kepalanya menoleh ke belakang melihat Mytha.
"Dengar, jika anda suatu ketika menjadi Persit dan ada salah seorang anggota Persit yang tahu sifat anda yang telah merendahkan istri seorang Kapten di batalyon dan terang terangan menggoda seorang tentara yang sudah beristri. Saya jamin anda tidak akan betah berada di lingkungan Persit walaupun hanya satu minggu. Oh iya, saya juga akan memberikan sedikit pelajaran pada seseorang jika dia ingin merusak rumah tangga saya walaupun itu sahabat saya sendiri. Permisi." ucap Aya dingin kemudian Diaz merengkuh istrinya dan menenangkannya.
Mytha masih diam di posisinya, ia tidak tau lagi harus berbuat apa. Pikiran dan hatinya tidak mempercayai bahwa seseorang yang telah ia idam-idamkan selama ini adalah suami sahabatnya sendiri.
Mytha dengan tatapan kosong menuju tempat parkir mobilnya,saat sudah masuk mobil Mytha langsung menangis.
"Kenapa harus elo terus Aya, semua cowo yang pernah gua suka kenapa mereka sukanya sama elo kenapa ga ada yang ngelirik gua. Dan yang terakhir Kak Rizal cowok yang gua idam-idamin banget ternyata suami elo kenapa harus elo lagi DEWI CLARADIA MAHARANI WIJAYAAA! hiks...hiks" di dalam mobil Mytha terus terisak.
Disisi lain, Aya tidak menyangka dengan apa yang sudah Mytha katakan. Wanita manapun pasti sakit hati dituduh seperti jal*ng dan tidak punya harga diri bahkan yang mengatakan itu sahabatnya sendiri.
Yoaloo
Welkombek
Hehe
Sampai jumpa di next chapter
Paii👋🏻👋🏻
Muachh buat kalean😘