Enam Puluh Satu

116K 13.6K 3.6K
                                    

Azka menggenggam tangan Syifa saat memasuki hotel,kini kelimanya telah tiba di Dandeswara,hotel yang queen tulis di kertas utangan itu.

Syifa menatap sekitarnya,hotel ini tampak tua,bangunannya tak begitu mewah seperti hotel kebanyakan,jujur ini adalah kali pertamanya ia mengunjungi tempat ini bahkan namanya pun baru ia tau kemarin saat menemukan kertas utangan itu.

Revan yang berjalan memimpin menghampiri seorang wanita yang bekerja di bagian admistrasi,entah perasaan Syifa saja atau memang benar jika wanita itu sedang ketakutan,tangannya bergetar di keyboard komputer dengan matanya yang melirik gelisah kesana kemari.

"Permisi"kata Revan,memang kebetulan atau apa jika wanita itu terjingkat kaget,sepertinya memang benar jika wanita ini tengah ketakutan,atau bahkan ia sedang menyembunyikan sesuatu?

"A-da yang bisa saya bantu?"tanyanya terbata bata

Syifa memicing curiga mendengar pertanyaan wanita itu "kok si mbaknya kek takut gitu sih"ceplosnya tanpa memperdulikan tatapan tajam dari orang orang disana.

Melly menggeleng singkat
"Gue yakin ni anak makan cabe sekilo pas sarapan"gumamnya

Azka terkekeh singkat mendengarnya,tangannya mengusap lembut kepala Syifa yang terbalut hijab
"Gak boleh gitu"ucapnya yang membuat Syifa langsung beristighfar.

"Astaghfirullahal'adzim"

Lagi dan lagi Revan mengalihkan pandangannya ke arah lain,sudah muak ia melihat kebucinan Azka,sebelumnya tak pernah ia lihat mantan sahabatnya itu bersikap demikian,tapi lihatlah setelah bertemu Syifa,dunia seakan milik berdua.

"Oh iya,saya mau tanya__"belum revan menyelesaikan ucapannya,sudah terdengar grusak grusuk dari arah tangga.

Seketika,kelimanya menoleh,mbak resepsionis nya juga ikutan ikutan noleh,mungkin dia penasaran.

Dapat mereka lihat disana tiga orang polisi sedang mengamankan beberapa remaja berlawanan jenis,semuanya menunduk takut seolah habis melakukan kesalahan.

Syifa merapatkan tubuhnya ke Azka begitu seorang remaja lelaki me-noticenya dengan kedipan mata,bukannya takut,hanya saja ia geli karena pemuda itu sedang mabuk.

Seakan paham,Azka pun melingkarkan tangannya kepinggang Syifa,memeluknya posesif seolah menegaskan jika Syifa adalah gadisnya bukan orang lain.

Arfan yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya menggeleng singkat,bukan bermain medsos,tapi mencari informasi tentang hotel Dandeswara,dan hasil yang ia temukan sangatlah mengejutkan.

(Jika ada kesamaan nama tempat author gak tau,cuma asal aja ambil nama,okay)

Dari artikel yang ia baca,jika Dandeswara yang ada di Jakarta ini adalah hotel yang kerap ditemukan pasangan ilegal didalamnya,entah apa yang mereka lakukan tapi yang jelas mengarah pada hal negatif.

Hingga salah satu polisi menghampiri kelimanya,sorot mata tajam diperlihatkannya,Arfan yakin jika polisi ini mengira jika ia dan teman-temannya akan melakukan hal negatif disini,secara keterangan hotelnya saja sudah tak mengenakan.

Ia tersenyum singkat
"Kita gak ngapa ngapain kok pak,hanya ingin mencari informasi"jelasnya.

Polisi itu mengangguk singkat, pandangannya menuju pada si wanita resepsionis yang sedari tadi menundukkan kepalanya
"Setelah ini kamu tidak perlu lagi bekerja disini"ucapnya.

Jelas kelimanya bingung,ralat keempatnya karena Arfan sudah tau jelas alasan mengapa wanita didepannya ini tak diperbolehkan lagi bekerja disini.

"Kalian anak muda harus bisa menjadi penerus bangsa,jadi generasi yang sehat supaya negri ini tak diperalat,nakal boleh tapi jangan kelewat batas"nasihatnya dan berlalu pergi menyusul rekan rekannya yang sudah menghilang.

My bad boy Azka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang