Linzy menahan kedua sudut bibirnya agar tidak tersenyum. Memang dasarnya Arka, dia selalu mempunyai cara tersendiri untuk membuat mood-nya kembali. Cover dari luar saja Arka itu galak dan sedikit cuek, faktanya jika bersama Linzy, itu semua akan hilang dari diri Arka, di gantikan dengan Arka yang manis, manja dan bucin.

"Tadi cemberut ga jelas, sekarang udah mesem-mesem. Ck, dasar!" Cibir Dara yang sedari tadi memperhatikan Linzy.

Linzy yang di sindir seperti itu hanya tersenyum memperlihatkan deretan gigi rapihnya dengan lucu.

"Pulang bareng doi?"

"Iya, lo bareng Keenan?" Linzy bertanya kepada Avril yang langsung di balas dengan anggukan.

Dara yang mendengarnya langsung berdecak malas, "Sibuk sama dunia perbucinan semua!"

"Gue sama Keenan cuma pulang bareng, ga lebih." Tegas Avril.

"Itu sih tanggepan lo. Buat Keenan itu jalur pendekatan."

Avril hanya diam. Sebenarnya mereka berdua sudah kenal lama dan dekat pun sudah cukup lama, hanya saja status mereka hingga saat ini sekedar teman dekat. Avril tidak ingin berharap lebih jauh. Apalagi mengharapkan sesuatu yang tidak pasti seperti hubungannya dengan Keenan saat ini. 

Linzy yang paham dengan diamnya Avril, merasa bersalah karena saudaranya itu memang menggantungkan hubungan mereka tanpa adanya status yang jelas. Sudah sangat sering Linzy menasehati Keenan mengenai hubungannya dengan Avril. Dan alasannya tetap sama, Keenan merasa tidak mempermasalahkan status mereka itu apa. Selagi merasa nyaman dan saling menyukai seperti ini, itu sudah cukup. Toh keseharian Keenan pun tidak pernah lepas bersama Avril.

"Keenan udah nunggu di depan. Gue duluan ya gais." Avril bangkit dari duduknya, mencium pipi kedua sahabatnya bergantian.

"KEBIASAAN WOY!" Pekik Dara tak terima. Gadis pecicilan ini memang sering risih jika Avril dan Linzy mencium pipinya.

Avril hanya terkekeh sambil berlari kecil meninggalkan mereka yang masih duduk di dalam kelas.

"Lo-"

"Gue pulang naik taksi. Kek biasa!" Potong Dara dengan cepat. Dia sudah dapat menebak pertanyaan apa yang akan keluar dari bibir Linzy.

"Gue ga maksud ngeledek Dar, siapa tahu lo butuh tebengan."

"Ogah gue nebeng mobilnya Pak Arka. Entar gue kudu liat adegan drama picisan kalian gitu?" Sewotnya.

"Gini nih kalo punya sahabat jomblo, bisanya nyinyirin sahabatnya yang punya doi." Ledek Linzy.

Dara berjalan pergi meninggalkan Linzy yang berteriak protes.

"DARA TUNGGUIN ISHHH!"

"DARA GRISELDA!"

Merasa di hiraukan, Linzy mempercepat langkah kakinya yang memang pendek. Barusaja ia akan kembali berteriak, matanya melihat sosok Arka yang sedang berdiri di depan ruangannya. Dara yang memang lebih dulu melihat keberadaan Arka terkekeh geli, pasti sahabatnya itu sedang kikuk karena tercyduck berteriak seperti toa oleh dosen idola.

"Ini kampus, nona Linzy Adeeva." Tegur Arka.

Dara semakin melebarkan senyumnya, "Omelin aja tuh Pak, tuman!"

"Eh Pak, hehehe." Linzy tersenyum menggaruk tengkuknya dengan canggung.

"Pak Arka, saya duluan." Pamit Dara dengan sopan. "Heh! Gue pulang ya, jangan lupa buka telinga lebar-lebar dengerin apa kata bapak dosen." Sindirnya pada Linzy.

The Lecturer Is MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang