Angin malam berhembus kencang, mengibas rambut abu milik Arcy, membuat dahinya terpapar sinar rembulan yang temaram. Pria itu berdiri di depan jendela, menatap keluar rumah milik Baron. Setelan baju sederhana melekat di tubuh tingginya, malam sudah larut namun pria itu belum memejamkan mata.
"Kau belum tidur, Arcy?" suara serak yang diiringi langkah kaki itu mengalun ditelinga Arcy, ia membawa pandangannya kearah belakang, menatap Baron yang memegang dua cangkir berisikan teh dan kopi, "ini, minumlah." Baron menyodorkan cangkir berisi teh ke hadapan Arcy, tanpa menjawab Arcy menyambut cangkir tersebut.
Keadaan menjadi hening selama beberapa saat, Baron ikut mengarahkan pandangannya keluar jendela seperti yang dilakukan Arcy, "apa hubunganmu dengan Lily, Arcy?" tanya Baron kemudian. Arcy tak langsung menjawab, ia menoleh Baron yang berada tepat disampingnya, "hubungan?" ulang Arcy bingung.
Baron tersenyum kecil, "ya, kau juga sudah tahu bukan, dari caranya menunjukkan sikap padamu, gadis itu sudah pasti menyukaimu."
Arcy tak merespons, ia tersenyum kecil lalu meminum teh hangat yang ia dapat beberapa saat lalu, "aku tidak terlalu memikirkan hal itu," ucapnya.
"Kenapa?" tanya Baron lagi.
Arcy kembali tak menjawab, angin kencang yang sudah datang untuk kesekian kalinya itu terus mencoba untuk membawa rambut Arcy, "entahlah, aku hanya tidak yakin."
Baron tertawa kecil saat mendengar perkataan Arcy, ia meletakkan cangkir kopinya ke atas meja kecil yang terdapat di sampingnya, "karena kau orang Kota, mungkin kau sudah banyak bertemu gadis yang lebih cantik dari Lily, tapi di sini, Lily merupakan gadis tercantik dengan moral yang baik, siapapun yang bertemu dengannya, pasti tidak akan menyangka kalau dirinya itu besar tanpa orang tua, jadi, kau beruntung jika Lily menaruh perasan padamu, Arcy." Baron tersenyum, "jujur saja, kau pasti sudah menyukainya walau sedikit, bukan?"
Arcy tak menjawab, tak ada ekspresi yang terpasang di wajahnya, "aku tidak boleh menikah, ayahku melarang hal itu, jadi meskipun jika aku menyukai Lily, takkan ada hal lain yang akan terjadi." Senyum ramah terpasang di wajah Arcy, ia menatap Baron dengan lekat.
"Ayahmu? kenapa, kenapa dia melarangmu untuk menikah?" alis Baron bertaut.
"Entahlah," jawab Arcy langsung, ia kembali mengarahkan pandangannya ke depan, "tapi aku sudah berjanji untuk menuruti segala kemauannya." Jawab Arcy serius.
Baron terdiam selama beberapa menit, membuat gemuruh suara atap yang sesekali tertiup angin itu terdengar jelas, "Kau aneh Arcy, aku tidak tahu kenapa tapi dari caramu berbicara, sepertinya kau ..." Baron tak melanjutkan kalimatnya, pria paruh baya itu ganti menarik nafas panjang, "maaf---"
"Sepertinya aku apa?" ulang Arcy pada kalimat Baron.
Keadaan kembali menjadi hening diantara mereka berdua, membuat suara semilir angin yang menggoyangkan dahan pohon dan atap rumah berhasil menguasai telinga mereka masing-masing.
"... Kau sepertinya memendam banyak masalah," sahut Baron kemudian.
"Apa terlihat begitu di matamu?"
"Ya, lupakan jika itu tidak benar," Baron kembali meraih cangkir kopinya lalu meneguk isinya untuk menghilangkan rasa canggungnya pada Arcy.
"Tidak, kau benar ..." Sahut Arcy, "contohnya hari ini, aku membawa Lily ke sini karena tidak ingin menghadiri acara makan malam keluargaku."
TMA!
Sayup-sayup suara perbincangan abstrak yang datang dari segala arah saat Malik memasuki rumah besar yang beberapa waktu lalu sempat ia kunjungi memenuhi gendang telinganya. Pria itu datang tanpa menggunakan jas, ia hanya memakai kemeja biru malam tanpa dasi dengan sebuket mawar putih di kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT MAN ARCY! ✔ (SUDAH TERBIT)
Mystery / ThrillerPart lengkap! Juga tersedia di Shopee Rank #1 di Thriller (14 Des 2021) Rank #1 di Misteri (02 Jan 2022) Rank #1 di Mystery (24 Jun 2022) "Kau takkan bisa lepas dariku sekalipun jika kau mati, Lily." - Arcylic Darel Tristan. THAT MAN ARCY, August 2...