34

214K 21.4K 3.7K
                                    


Lihatlah sekarang, kamar yang baru saja ia tempati beberapa jam yang lalu terlihat sangat berantakan. Nalla berdecak kesal, matanya menyorot malas menatap barang-barang yang berantakan di depannya.

Ia lalu menatap jam di tangan kirinya, pukul satu siang, namun Alan belum juga pulang. Ia ingin menunggu Alan pulang, sebab ia ingin protes untuk berpisah kamar.

Tiba-tiba ponsel yang ada di sebelahnya berdering, mengalunkan musik favoritnya, Nalla lalu mengambilnya dan melihat nama yang terpampang di layar ponselnya. Dinda.

Dengan malas, Nalla mengangkatnya.

"Kenapa? Lo berantem sama siapa?" Tanya Nalla lebih dulu.

Terdengar keluhan di sebrang sana. "Masalah ini gak akan selesai kalo lo gak dateng, mending lo ke sekolah sekarang, si Riko kayaknya udah mulai sok berani sama gue!"

Mendengar ucapan Dinda, membuat Nalla mengepalkan tangannya. "Riko? Ngapa lagi dia? Tadi juga dia udah buat kesal gue, sekarang dia ngapain lo? Makin nantangin tu anak!" Tukas Nalla geram.

"Oh iya, Gibran setan juga mulai gila tu anak, masalah lo kemarin udah Alisa ceritain sama gue dan Ernon, ya gue gak mau lah lo digituin sama dia, alhasil gue sama dia kelahi di kelas, dan berakhir disini." Ucap Dinda menjelaskan, sementara Nalla menjadi khawatir karena sahabatnya berurusan dengan Gibran.

"Ngapain sih lo berurusan sama tu anak, Gibran itu lo tau sendiri lah, anaknya gimana. Gue gak mau yang udah terjadi sama gue malah balik kesahabat gue." Cibir Nalla.

"Eh, Nal. Gimana kita buat Gibran makin panas."

Nalla mengerutkan dahinya, tidak mengerti.

"Maksud lo?"

"Kita buat Gibran panas. Lo pikir aja gimana caranya. Oh iya, btw happy wedding sayang aku, gue janji akan rahasiakan pernikahan lo." Ucap Dinda sambil terkekeh.

Nalla memutarkan bola matanya malas. "Iya! Terutama Ernon, tuh anak mesti di jaga omongannya. Dia ember banget." Cetus Nalla.

"Iya. Yaudah, cepetan lo kesini, gausah pakai baju sekolah. Bebas aja, masalahnya guru lagi pada rapat. Tenang aja, gak ada guru yang keliaran di sekolah kok." Ucap Dinda dengan terburu-buru.

"Ok-" baru saja Nalla ingin menjawab, Dinda lebih dulu memutuskan sambungan teleponnya.

"Dasar!"

Nalla kembali duduk di ranjangnya. Ia jadi kepikiran dengan ucapan Dinda tadi. "Kita buat Gibran panas". Nalla mulai menerka-nerka apa maksud dari ucapan Dinda.

"Apa ya maksud ucapan Dinda." Nalla memegang kepalanya dan mulai berpikir. Seketika ia ingat, Dinda adalah orang yang selalu punya cara untuk balas dendam. Mungkin maksud Dinda adalah buat Gibran makin panas dan merasa sakit hati karena cintanya di tolak oleh Nalla.

Ya, sekarang Nalla tahu apa yang harus ia lakukan.

Nalla beranjak dari duduknya, ia berjalan menuju koper yang masih setia berdiri di depan lemari besar. Nalla berjongkok dan segera membuat koper besar itu, lalu ia mengambil pakaian yang akan ia kenakan untuk ke sekolah sekarang.

NALLAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang