Twins

288 60 3
                                    

Semakin hari hubungan Seulgi dan Jimin semakin dekat, begitu juga dengan hubungan Jaemin dan Seulji. Awalnya Seulgi tidak enak hati saat Jimin menyatakan ingin mengenalnya lebih jauh. Seulgi kepikiran sang adik yang katanya suka dengan Jimin. Pembahasan itu pun terdengar di telinga Seulji, tentu Seulji membantah argumen sang kakak.

Seulji menjelaskan perasaanya pada Jimin itu hanya sebatas rasa kagum, Seulji juga sudah mulai membuka hatinya untuk Jaemin. Benar kata pepatah, lebih baik di cintai dari pada mencintai. Itu yang saat ini Seulji rasakan, Jaemin yang terkenal pembuat onar itu sudah berubah. Jaemin juga belajar memantaskan diri supaya bisa berdampingan dengan Seulji.

Jimin sendiri belum menyatakan cinta, meski akhir akhir ini mereka sering bepergian berdua. Jimin ingin mengenal satu sama lain, karena día tidak mau kejadian seperti kakaknya terulang kembali. Apalagi dengan latar belakang Seulgi yang broken home sedari bayi. Membuat Jimin ingin paham betul bagaimana cara mengambil hati Seulgi dan menjadi satu satunya yang di butuhkan Seulgi atau bisa di bilang sebagai tempat bergantung.

Mama si kembar juga tidak mempermasalahkan hubungan kedua anaknya, yang penting ingat batasan saja. Itu pesannya. Mengenai papa Seulgi dan Seulji, sekarang papa mereka sudah di pindah tugaskan ke Seoul. Meski begitu, mereka tidak serta merta sering bertemu. Papa si kembar itu workaholic, atau penggila kerja. Pantas saja mamá Seulgi lebih memilih berpisah dari pada bersama tapi melakukan semuanya sendiri.

***

"Papa hari ini sedang libur, apa kalian mau menemui papa?" tanya sang mama kepada kedua anak kembarnya. Dan dí hadiahi anggukan antusias dari Seulji, tahukan Seulji memang sedari kecil tinggal dengan papanya, makanya día senang saat ada waktu libur begini. Seulgi juga menggangguk, tapi tidak seheboh adiknya.

"Baiklah, kalau begitu mama akan kabari papa kalau kalian mau bertemu" ucap mamanya, dan kedua anak kembar itu kembali melanjutkan sarapannya.

Sekarang sudah pukul dua siang, waktunya mereka bersiap untuk pergi menemui sang papa. Yena menemui anak anaknya di kamar untuk melihat apakah mereka sudah siap atau belum. Ternyata Seulgi dan Seulji sudah siap, dan mereka akan di antar ahjussi Cho. Hari ini mereka akan bertemu di suatu café yang sedang hits di daerah Itaewon.

Seulji yang memang sangat merindukan papanya terus berceloteh ria. Kalau Seulgi biasa saja, día memang tidak begitu dekat dengan papanya. Wajar saja jika karakter Seulgi terbentuk dengan dingin dan datar. Sejujurnya día juga ingin mempunyai perasaan yang menggebu gebu ketika bertemu dengan papanya, tapi sayang itu belum di rasakan Seulgi sampai saat ini. Ibaratkan, ada atau tidaknya kehadiran sang papa sama saja baginya.

Kurang lebih 30 menit berada di jalan, kini gadis kembar itu sudah sampai di cafe tempat mereka janjian. Di sudut balkon, nampaklah siluet lelaki dewasa berusia 39 tahunan sedang berbicara dengan seorang pelayan. Mungkin sedang memesan makanan atau minuman. Seulji yang melihat papanya langsung memekik girang, berlari kecil menuju Minhyuk dan seolah lupa dengan sang kakak yang pergi bersamanya.

"Aku merindukan papa" ujarnya manja, siapa lagi kalau bukan Seulji.

"Papa juga sayang, bagaimana kabar kalian?" tanya Minhyuk menatap kedua gadisnya bergantian.

"Baik" hanya satu kata yang terucap dari bibir tipis Seulgi.

Obrolan itu hanya di isi dengan canda dan tawa renyah dari Seulji. Seulgi sendiri menikmati, tapi día hanya belum bisa menyampaikan ekspresinya dengan baik, seperti yang di lakukan Seulji.

"Papa mampir tidak ke rumah?" tanya Seulji saat kami sudah ingin berpamitan.

"Main mainlah ke rumah mama, pa" ujar Seulgi dan dí hadiahi tatapan aneh oleh sang adik.

Seulji tentu heran dengan Seulgi yang mulai pandai berbasa basi. Apakah semenjak dekat dengan Jimin membuatnya sadar dengan sekitar. Apakah Jimin yang menyarankan dirinya agar lebih terbuka pada orang lain, suatu perubahan yang patut di acungi jempol.

"Papa masih sibuk sayang, tunggu akhir pekan ini ya. Papa akan mampir ke rumah mama" jawab Minhyuk lembut, sambil mengusak puncak kepala anak sulungnya. Seulji tersenyum hangat melihat interaksi itu, bukannya cemburu día malah terharu.

Dan setelah itu mereka berpamitan pulang pada Minhyuk dan mereka juga di beri paper bag yang berisikan coat kembar berwarna pastel, persis kesukaan Seulji. Seulgi diam saja, tidak protes atau apapun. Karena ini merupakan hadiah yang jarang sekali di dapatkannya dari Minhyuk.

***

Sesuai janjinya, akhir pekan itu datang. Minhyuk sudah berjanji akan mampir ke rumah Yena sang mantan istri, mengajak mereka untuk pergi ibadah bersama dan mengadakan piknik kecil kecilan di taman. Seulji senang bukan main, kalau Seulgi hanya menanggapi dengan senyuman tipisnya.

Yena memang sudah mengobrol dengan Minhyuk tentang rencana piknik mereka dan pergi beribadah bersama. Karena sedari kecil mereka tidak pernah beribadah dengan orang tua yang lengkap. Dan sekaranglah waktunya Yena dan Minhyuk untuk mengabulkannya.

Mereka pergi dengan mobil Minhyuk, mereka berdoa di gereja dengan doa mereka masing masing. Seulgi berdoa agar keluarga mereka senantiasa di berikan kebahagiaan walau mereka sekarang tidak utuh. Dan dí antara yang lain, Seulgi juga mendoakan mendiang kakak dari Jimin, Park Joohyun. Día jadi teringat wajah Jimin saat mendoakan Joohyun.

Wajah yang akhir akhir ini menyita fikiran dan hatinya. Mereka dekat tapi belum ada kata official di antara mereka, entah sampai kapan mereka akan bertahan dengan hubungan yang tidak jelas itu. Seulji saja gemas dengan tingkah kakaknya dan Jimin. Tidak seperti dirinya yang sudah resmi menjalin kasih dengan Jaemin, dari yang awalnya mencoba menjadi budaknya (bucin) sekarang.

"Aku akan membuat Jimin menyatakan cintanya padamu, eonni. Tunggu saja!" gumam Seulgi saat mereka sedang bersantai di taman sambil memakan makanan yang di buat Yena dari rumah.

Tbc
Vomen

Short Story SeulMin (Seulgi Jimin)Where stories live. Discover now