YGMP 6

870 77 15
                                    

Mean kini tengan mondar mandir di depan Kao dengan gelisah.

Sekarang sudah tiga jam sejak Plan meninggalkan apartement untuk ke super market dan Plan tidak kunjung datang, membuat Mean setengah mati mengkhawatirkan Plan.

"Mungkin Plan pergi berkeliling.."

Kao bergumam mencoba menenangkan Mean yang terlihat begitu gelisah.

Mean menggeleng.

"Tidak, itu tidak mungkin.."

"Kenapa kau tidak mencoba menelfon nya lagi.."

Mean dengan sigap kembali menghubungi nomor Plan.

"Masih sama, dia tidak mengangkatnya! Perasaanku benar benar buruk saat ini"

Suara Mean terdengar begitu frustasi, hati kecilnya berkata sesuatu telah terjadi pada Plan.

Kao berdiri dari duduknya, menghampiri Mean dan menepuk pundak Mean pelan.

"Plan pasti baik baik saja Mean.."

Mean menggelang, hatinya mengatakan Plan tidak sedang dalam keadaan baik saat ini.

Dengan cepat Mean mengambil jaketnya.

"Aku akan mencari Plan"

Langkah Mean begitu terburu buru, namun terhenti saat ponsel di genggamannya bergetar.

Itu dari Plan.

Dengan perasaan was was Mean mengangkatnya.

"Plan AP.."

Teriakan Mean terputus saat mendengar suara seseorang berbicara di ponselnya.

'Apa ini saudara Mean?'

Ini bukan suara Plan nya.

"Ya ini aku Mean"

Hati Mean bergemuruh, tangannya bergetar saat mendengar penjelasan seseorang di sebrang sana.

Kao menatap bingung pada Mean dan mendekat.

"Ada apa Mean?"

Mean menoleh pada Kao dengan raut penuh kehawatiran.

"Ya aku akan segera ke sana.."

Suara Mean bergetar membuat Kao semakin kebingungan.

Mean mematikan ponselnya dan segera berlari keluar dari apartement.

"Iiiisssshh" Kao mendesis kesal dan segera menyusul Mean di depannya.

.

.

Dengan nafas memburu Mean memasuki sebuah kantor polisi dengan Kao mengikutinya di belakang.

Mean mendekat ke salah satu meja penyidik.

"Aku Mean! Aku keluarga dari Plan"

Polisi itu mendongak dan segera berdiri.

"Silakan ikut kami"

Mean dan Kao terus mengekor pada polisi di depan mereka yang sepertinya menuju ke sebuah klinik yang ada di dalam kantor ini.

Polisi itu membuka salah satu ruangan dan Mean bisa melihat, Plannya tengah duduk dengan memeluk lututnya di ranjang kecil itu.

Mean segera mendekat.

"Plan.."

Plan mendongak menatap Mean di depannya.

Hati Mean seakan teriris saat melihat kondisi Plan dengan luka lebam di pipi, ada darah yang sudah mengering di sudut bibir Plan dan juga kepala Plan yang di balut dengan kasa.

You Got Me, Phiravich!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang