36 | MAAF BIKIN LO PANIK, SA.

871 66 8
                                    

A/n : Karena diriku dihantui rasa bersalah akibat lama gak update, akhirnya muncul lah part ini. Maaf kalau agak ngawur, ya. Jangan marah yaa:"

🏹🏹🏹

Semalam itu mimpi buruk. Bisa-bisanya gue ketemu Arvind lagi setelah nekad kabur. Dan sebenarnya, apa sih yang dia mau dengan join ke Gandewa? Sialan aja! Setelah perjodohan Heksa hancur, setelah hubungan Heksa sama keluarganya rusak, setelah ancaman Gahara menjadi nyata, dia baru datang dan maksa gue pulang. Kenapa enggak dari awal-awal coba?!

"Menurut gue, ujian kemarin harus selesai dulu, baru kita bisa ngadain ujian berikutnya." ujar Daniel.

"Gue juga sepemikiran," timpal Ryan, mengangguk setuju.

Gue kembali berada di gedung ujian semi anggota. Dikelilingi anggota inti, termasuk Heksa. Mereka lagi diskusi soal ujian. Meski dari pagi susah fokus karena mikirin Si Berengsek Arvind, gue tetap berusaha mencerna obrolan.

"Sekarang total calon semi anggota ada dua puluh orang. Itu belum termasuk yang ikut ujian semalem. Gue rasa, ujian harus dibuat lebih singkat lagi." kata Agra, mengetukkan ujung jarinya ke meja.

"Kalo progres calon semi anggota secepat itu, ujian memang harus dibuat cepat." Bang Miko memajukan tubuh.

"Tapi kalau dipersingkat, kualitas semi anggota bisa buruk," protes Heksa.

"Kayaknya enggak deh, Sa. Asal dua sisa ujian bisa tetep ada. Jadi kita pangkas waktu, bukan ujiannya. Gitu kan, Gra?" Gue menoleh ke Agra.

Agra semangat nunjuk. "That's right, itu yang gue maksud."

Nata mendesah. "Kalo gitu, ujian malam ini bakal lama banget, ya."

Percakapan berlanjut, sedangkan perhatian gue pindah ke Bang Miko yang merogoh saku celananya. Diam-diam gue perhatikan dia ngambil handphone, membaca, lantas mematikannya dalam waktu sekian detik. Begitu Bang Miko kembali menatap ke depan, gue mengalihkan pandangan.

"Gue setuju dengan usul Agra." katanya, membuat semua diam. "Gue mau dua ujian dilaksanakan sekaligus malam ini. Kalian harus susun agenda sebaik mungkin."

Semuanya mengangguk-ngangguk.

"Sekarang gue ada urusan, sore akan balik lagi kesini." tambah Bang Miko.

"Oke, Bang." sahut orang-orang.

Sinyal kecurigaan gue langsung muncul begitu Bang Miko beranjak. Gue penasaran kemana dia mau pergi. Rasanya mau ngikutin aja, andai keadaan memungkinkan.

"Jadi gimana? Apa yang harus kita lakuin sekarang?" Cellin mengembalikan perhatian.

"Kita harus ngerinci ulang agenda ujian malam ini." jawab Della.

"Ok, ini agenda buat malem." Kemudian Cellin mengeluarkan secarik kertas. "Ujian buat besok ada di lo kan, Nat?"

"Halo?"

Gue menoleh ke Heksa, begitu pun yang lainnya.

"Lalu bagaimana?" Heksa bicara lagi ke telepon.
Mau gak mau gue menyipitkan mata. Telepon dari siapa?

"Baik, saya kesana sekarang." Telepon ditutup. Heksa berdiri. "Ada yang harus saya urus. Saya akan kembali secepatnya."

"Heksa-" Gue bahkan enggak sempat menahannya yang lebih dulu berjalan.

Agra angkat bahu, disusul oleh Della yang menggeleng singkat. "Mungkin ada urusan penting. Nanti juga kesini lagi."

Tapi gue bukan tipe orang yang mudah diyakinkan. "Gue mau susul Heksa. Sorry, gak bisa lanjutin diskusi sama kalian." Sejurus gue pergi meninggalkan satu-satunya ruang ternyaman di bangunan ini.

REMBAS [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang