「 I love the way you smell 」
Semi Eita menghirup dalam-dalam udara dingin yang menelusup ke paru-paru. Pandangannya dipenuhi gemerlap cahaya bintang yang menaburi langit malam. Matanya terpejam sejenak sebelum sosok yang ditunggu hadir di sebelahnya. Semi Eita menoleh pada sesosok figur yang cantik.
(Name) mengambil posisi duduk di sebelah Eita. Selanjutnya mengikuti arah pandang si rambut abu. "Kenapa kamu suka sekali langit malam?" Tanya (Name) dengan ekspresi lembutnya.
Eita beralih lagi pada (Name) dan tersenyum. Dengan ringan ia menjawab, "karena cantik."
「 You smell like laughter and smiles 」
(Name) tertawa kecil hingga suaranya menyatu dengan gemeresak pepohonan. Eita menatap dalam wajahnya seperti pemandangan yang hanya bisa ia lihat sekali seumur hidup. Pipi (Name) menampilkan semburat merah muda dan kepulan asap tipis keluar dari mulutnya saat ia menghembuskan napas pelan.
Kehadiran (Name) di malam pertama musim gugur membuat Eita merasakan hangat menyelimuti dadanya. Eita sangat menyukai langit malam berbintang. Pemandangan yang tak bisa digapai saking jauhnya. Yang bisa dinikmati oleh seluruh makhluk di muka bumi dalam selang waktu beberapa jam. Namun, berbeda dengan (Name). Tangan Eita masih bisa menyentuhnya, mendekapnya erat seperti tak ada hari esok. Menjadikan (Name) hanya untuk dirinya.
Semi Eita menggerakkan jemarinya untuk meraih jemari mungil milik (Name). Menautkan ujung yang dingin di sela-selanya. "Langit malam sangat cantik bagiku," Eita mengulangi lagi ucapannya demi merebut atensi (Name) dari langit yang ia cintai.
Kedua mata kelam (Name) menatap dalam pada Eita. Menampilkan wajah bertanya-tanya berharap Eita melanjutkan kalimatnya. Ah. Jantung Eita mulai memompa cepat ketika jemari (Name) balik menggenggam telapak tangannya yang kasar.
"Tapi kau tahu apa yang lebih cantik dari itu?"
「 You smell like late night talks 」
"Apa?"
Semi Eita tidak menjawab pertanyaan (Name) dengan kata-kata yang jelas, namun hanya menampilkan guratan senyum. (Name) bertanya sekali lagi guna memenuhi rasa penasarannya.
"Aku tengah menggenggamnya di tanganku sekarang." Eita menyandarkan punggungnya di bangku sembari menyelipkan tangannya yang kosong ke dalam kantong jaket yang ia kenakan.
Wajah (Name) serasa dipenuhi kehangatan saat menerima pujian tak langsung itu. Ia kembali mengalihkan pandangan kearah lain, mengamati sekeliling yang sepi. Detik berikutnya ia menyadari sudah seberapa larut malam ini. Sedikit kekhawatiran muncul di benak (Name). "Eita... kita kembali sekarang?" Tanya (Name) sedikit ragu. Takut akan mengganggu pemuda itu dari momennya, namun juga takut akan dipergoki pengawas asrama karena masih berkeliaran di malam hari.
Eita bergumam dengan matanya yang berkedip dengan pelan. "Sebentar lagi. Aku ingin bersamamu lebih lama lagi."
「 You smell like summertime 」
Semi Eita tahu betul bahwa jam sembilan malam di dalam asrama tidak akan terasa lebih hangat dibandingkan di luar. Bedanya hanya satu, tidak ada sosok (Name) yang bisa membuat dirinya hangat hanya dengan duduk di sampingnya dan tertawa bersamanya. Makanya, untuk beberapa menit saja, pemuda bersurai abu itu ingin tetap disana. Ah, seandainya ia bisa menghentikan waktu.
(Name) menghela napas. Ia tahu sebentar yang diinginkan Eita akan berakhir sejam jika dibiarkan. Namun, tanpa bisa ia pungkiri, dirinya juga menginginkan momen ini berlangsung sedikit lebih lama lagi. Jadi dia tak punya pilihan selain menurut.
Musim gugur jadi tercium seperti hangatnya musim panas ketika dua sejoli yang salit berpautan tangan itu bersama. Mungkin itu hanya ungkapan yang berlebihan, namun Eita tidak akan membantahnya. "Aku tau aku sudah berkali-kali mengatakan ini, tapi aku benar-benar menyukaimu (Name)," ujar Eita ditengah semilir angin yang kian dingin.
(Name) dengan keadaan jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya hanya bisa mengangguk. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Eita tanpa melepaskan genggamannya. Menghembuskan kembali kepulan asap tipis dari mulutnya. Disana ia menemukan kenyamanan.
「 You smell like a cool breeze fanning me 」
(Name) bergidik di balik jaketnya ketika deru angin semakin kencang menusuk permukaan kulitnya. Suara binatang malam terdengar semakin keras memenuhi gendang telinga di tengah kesunyian dua insan yang menolak untuk beranjak.
Eita menarik senyuman tipis di kedua sudut bibirnya ketika wangi rambut (Name) yang menggelitik penciumannya bercampur dengan udara dingin serta wangi dedaunan yang mulai meninggalkan induknya. Berapa kalipun ia katakan, rasanya ia belum juga puas mengaguminya. Semua hal yang ada dalam diri (Name) membuat pemuda itu seolah jatuh ke alam mimpi yang begitu tentram. Rambutnya. Senyumannya. Aromanya. Semuanya.
Angin sepoi menerpa rambut abu Eita dan membuatnya sedikit berantakan. Ia tidak peduli. Rembulan yang tadinya bersinar terang kini telah terhalangi awan kelam. Bintang-bintang yang menaburi warna hitam pun sebagian telah sirna ditelan mendung.
"Aku menyukaimu melebihi langit malam dan bintang." Suara pelan Eita memecah sunyi yang mencekam. "Tapi aku tau kau juga bisa pergi menghilang dari pandanganku bahkan tanpa sempat kusadari." Sorot mata Eita begitu dalam. Begitu sendu. Namun begitu lega ketika mendengar jawaban dari (Name).
"Aku tidak akan kemana-mana. Aku tidak akan pergi darimu."
Wajah Eita tersenyum sumringah. Dikecupnya kening (Name) dengan bibirnya yang hangat. Kemudian tangannya menarik tubuh mungil (Name) ke pelukannya. Seakan melepas rindu yang membuncah di dada, Eita mendekap erat tubuh menggigil (Name).
Untuk sesaat, (Name) terkesiap. Berikutnya, ia lingkarkan kedua tangannya untuk memeluk balik pemuda itu. Rasanya nyaman. Seperti rumah. Seolah tidak mau kehilangan satu sama lain.
"Eita, kenapa kau memilihku?" Pertanyaan tiba-tiba keluar dari mulut (Name). Walau sudah lama ingin ditanyakan namun tak kunjung mendapat momennya.
(Name) bisa merasakan helaan napas Eita di telinganya. Walau tak terlihat, tapi (Name) tahu kini Eita tengah tersenyum, entah senyuman seperti apa.
"Karena aku bahagia bersamamu," jawab Eita setengah berbisik langsung di daun telinga (Name).
Ada denyut yang mengganggu di dada (Name), tapi bukan sesuatu yang menyakitkan ataupun menyesakkan. Denyutnya berpadu dengan milik si pemuda dan saat itu juga (Name) merasakannya. Perasaan bahagia bersama Semi Eita.
「 You smell like happiness 」
[fin]
~~~
Beautiful poem credit to howaboutyesplease 💕💕
Update-nya lebih cepet hehehe soalnya dapet ide bagus, sayang kalo gak langsung ditulis :) ini juga sebagai ganti chap semi yang sad end waktu itu huhuhu... :"
Thank you for reading❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Haikyuu Boyfriends!!
FanfictionJika karakter Haikyuu!! adalah pacarmu. . . . © Haikyuu!! by Haruichi Furudate. © Fanarts by their artists © Written by itsnavara, 2020